Kaskus

Entertainment

dic.thoriumAvatar border
TS
dic.thorium 
Yang Dijanjikan Energi Nuklir (Bagian 2)
Spoiler for Disclaimer:


Janji 2: Konservasi Sumber Daya

Bahan bakar fosil itu terbentuk dalam waktu yang lama. Dari fosil purbakala menjadi batubara dan minyak itu butuh waktu jutaan tahun, barangkali dari zaman spesies manusia belum eksis di planet ini. Dan tentu saja, jumlahnya terbatas. Zaman ketika James Watt menemukan mesin uap, barangkali batubara dan minyak bumi masih banyak. Tapi, makin digunakan oleh peradaban manusia, jumlahnya pun makin menipis. Cadangan minyak bumi dan batubara di bumi ini pun tidak bisa bertahan sampai ratusan bahkan ribuan tahun ke depan. Sebentar lagi habis.

Padahal, bahan bakar fosil macam batubara, gas alam, dan minyak itu penggunaannya berbagai macam. Bukan cuma di kendaraan bermotor atau pembangkit listrik. Tapi juga untuk digunakan di industri obat, plastik, serta berbagai keperluan lain. Terlalu banyak penggunaan bahan bakar fosil di berbagai bidang jelas-jelas akan menghabiskan sumber dayanya dengan lebih cepat. Sementara itu, saat ini belum ditemukan bahan-bahan yang bisa mensubstitusikan SDA tersebut untuk keperluan non energi.

Belum lagi beban moral pada generasi mendatang. Generasi saat ini harusnya juga berpikir untuk generasi penerusnya. Apa seluruh sumber daya yang terbatas ini mau dihabiskan begitu saja saat ini, tanpa menyisakan generasi mendatang apa-apa dan kebingungan sendiri setelahnya? Walau barangkali soal ini masih bisa diperdebatkan, mengingat biar bagaimanapun SDA tak terbarukan akan habis-habis juga, tapi sebaiknya hal ini jadi pertimbangan penting juga.

Karenanya, sebaiknya jangan menghabiskan SDA tak terbarukan ini untuk energi, sementara ada produk substitusi yang bisa menggantikannya. Berbeda dengan SDA fosil, SDA nuklir tidak banyak penggunaannya. Uranium dan Thorium, yang notabene jumlahnya lebih banyak dan penggunaannya sendiri lebih efisien daripada bahan bakar fosil, hanya digunakan untuk produksi daya/listrik, senjata nuklir, bahan bakar kapal dan kapal selam, serta penggunaan minor di bidang-bidang seperti kedokteran, pertanian, peternakan, dsb. Dengan catatan, penggunaan minor itu pun lebih dengan menggunakan “limbah” dari bahan bakar nuklir. Bukan dari bahan bakar mentahnya. Sehingga, hal inipun bisa saja diabaikan.

Dengan begitu, SDA fosil yang tersisa bisa dialihkan untuk keperluan lain, dan generasi mendatang pun masih bisa menggunakannya. Setidaknya, sampai kemudian habis juga pada akhirnya, walau tentu pada zaman itu substitusinya sudah ditemukan.

Janji 3: Menyelamatkan Kehidupan

Seperti sudah dibahas sebelumnya, PLTN sudah terbukti nyata lebih aman daripada PLTU dan PLTG, yang notabene berbahan bakar fosil. Tidak adanya emisi yang dihasilkan kecuali uap air yang 100% aman memastikan berkurangnya orang-orang yang terkena penyakit pernafasan akibat polusi karbon, sulfur, dan nitrogen. Dengan itu, angka kematian pun bisa direduksi.

Tidak hanya kehidupan manusia, tapi juga kehidupan makhluk lain di planet ini. Tidak adanya polusi turut menyelamatkan kehidupan hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar instalasi pembangkit daya. Tidak adanya CO2 yang dilepaskan berkontribusi mengurangi efek rumah kaca yang berakibat pada mencairnya es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Ekosistem di area kutub bisa terselamatkan. Begitu pula efeknya terhadap laut. Naiknya suhu air laut yang mengakibatkan berkurangnya Oksigen yang berimbas pada kacaunya ekosistem dan rantai makanan, termasuk merusak terumbu karang, bisa dicegah. Selain itu, kenaikan CO2 yang membuat air laut menjadi asam pun dapat dicegah.

Lagipula, dibanding PLTU, seperti telah dijabarkan sebelumnya, PLTN tidak pernah benar-benar membunuh manusia. Bahkan jumlah orang yang meninggal akibat efek lanjutan dari kecelakaan Chernobyl selama 50-60 tahun ke depan masih lebih sedikit ketimbang korban meninggal akibat partikulat yang dikeluarkan PLTU tiap tahunnya di Amerika Serikat saja.

Janji 4: Meningkatkan Ekonomi

PLTN menghasilkan listrik dengan daya tinggi dan harga murah. Jika menggunakan PLTN berbasis Thorium, listrik yang dihasilkan bisa jauh lebih murah lagi. Robert Hargraves, dosen Kebijakan Energi di Dartmouth ILEAD, memperkirakan bahwa harga listrik dari batubara berkisar 5,6 sen Dollar per kWh (catatan di Amerika Serikat). Sementara itu, menurut Yudiutomo Imardjoko, dosen Teknik Nuklir UGM dan Kepala PT Inuki, produksi listrik menggunakan PLTN Thorium hanya berkisar 2 sen Dollar per kWh. Kurang dari setengahnya batubara. Ujicoba di Jepang menunjukkan bahwa biaya produksi listrik dari PLTN Thorium hanya 2,85 sen Dollar/kWh.

Selain itu, masih banyak instalasi pembangkit daya di Indonesia yang menggunakan mesin Diesel sebagai pembangkit listrik. Tentunya ini akan membebani keuangan negara, yang mana harus mengimpor Solar untuk menyalakan mesin tersebut, juga membuat harga listrik jadi mahal. Dengan menggunakan nuklir, biaya impor Solar bisa ditekan, dan harga listrik bisa turun drastis tanpa perlu disubsidi lagi.

Listrik murah dan daya lebih banyak jelas akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Akses ke berbagai piranti industri, baik perumahan atau dalam skala lebih besar, yang menggunakan listrik secara lebih luas, akan meningkatkan produktivitas industri dalam negeri. Imbasnya pada tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih baik.

Walau utamanya untuk menghasilkan daya listrik, tapi realitanya PLTN juga bisa digunakan untuk keperluan termal lain (istilahnya, kogenerasi). Salah satunya adalah untuk pembentukan gas Hidrogen. Karena gas Hidrogen tidak ada secara alami di alam, alias hanya ada dalam bentuk senyawa, tentu saja untuk mendapatkannya harus melewati proses ekstra. PLTN bersuhu tinggi (> 900 derajat Celsius) dapat digunakan untuk radiolisis air, memecah air menjadi gas Oksigen dan Hidrogen. Gas Hidrogen yang dihasilkan inilah yang kelak bisa digunakan dalam berbagai keperluan, misalnya untuk membuat bahan bakar sintetis yang mirip dengan Bensin atau untuk Hydrogen fuel cell.

Untuk yang terakhir ini, gas Hidrogen akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar bagi kendaraan bermotor. Yang sudah dikembangkan saat ini adalah mobil Hidrogen. Harga Hidrogennya sendiri per kg memang lebih mahal ketimbang Pertamax Plus sekalipun, tapi penggunaannya berkali lipat lebih hemat. Sehingga, jelas-jelas lebih ekonomis. Selain itu, penggunaan Hydrogen fuel celljuga mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil untuk kendaraan bermotor. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengimpor minyak pun berkurang, menghemat banyak anggaran negara.

Untuk dilihat sebagai contoh, Cina. Dr. Yudiutomo pernah pergi ke Cina untuk mengamati perkembangan teknologi nuklir mereka. Dari sana, didapatkan info bahwa Cina mendapat keuntungan 350 ribu Dollar Amerika per jam dari 20 unit instalasi nuklirnya. Pemasukan untuk kas negara tentu bisa banyak bertambah dengan penggunaan PLTN.

(bersambung...)
0
1.7K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan