- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Wisata Sejarah dan Arsitektur di Bekasi


TS
anggerrailfans
5 Wisata Sejarah dan Arsitektur di Bekasi
Selamat siang gan , bertemu lagi nih dengan saya 
Pasti agan semua sudah tau kota bekasi gan? itu loh utara nya wilayah jawa barat
Sudah cukup basa basi nya gan , kita langsung ke TKP aja

Gedung ini berada pada lingkungan perumahan dan perkantoran. Berada di tepi jalan raya Hasanudin No. 5, Kecamatan Tambun Selatan atau jalan yang menghubungkan Tambun-Bekasi-Jakarta. Gedung Tinggi pada mulanya milik seorang tuan tanah (landheer) keturunan Cina bernama Kouw Tjing Kee. Ia seorarng tuan tanah kaya yang memiliki tanah hektaran baik yang berada di Tambun maupun di luar Tambun. Usaha yang digelutinya antara lain perkebunan kelapa dan pertanian padi. Dalam menjalankan perusahaannya, ia di bantu oleh beberapa orang tenaga kerjanya.
Sejak tahun 1962, Gedung Tinggi telah dibeli dan dimiliki Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Secara historis, gedung ini merupakan saksi sejarah, khususnya dalam rangkaian peristiwa sejarah perjuangan bangsa. Beberapa peristiwa sejarah selama periode 1945-1949, berlangsung di gedung ini yang digunakan sebagai basis perjuangan. Selanjutnya pada masa perjuangan menjelang kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai basis pertahanan para pejuang Bekasi hingga masa mempertahankan kemerdekaan. Sehingga bangunan ini selain disebut Gedung Tinggi juga disebut Gedung Juang.
Bangunan utama Gedung Tinggi ini sekarang digunakan oleh instansi atau lembaga yang berada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bekasi sebagai Perpustakaan dan dua bangunan pendamping ini di kanan dan kiri Gedung Tinggi dengan arsitektur campuran Eropa dan tradisional Indonesia ini digunakan sebagai kantor Veteran, kantor Pemadam Kebakaran dan Labolatorium Dinas Kesehatan. Sedangkan 2 bangunan lainnya adalah bangunan baru yaitu digunakan sebagai Dinas Pencegahan Kebakaran. Disamping itu pada sisi barat terdapat bangunan lama yang telah mengalami sedikit penambahan, terutama pada bagian depannya, sehingga masih menampakan bagian bangunan kunonya.

Bangunan rumah ini cukup megah dibangun dengan gaya Eropa (artdeco), dan hiasan melengkung (geometris), memiliki beranda depan dengan lapangan parkir yang cukup luas. Ruang sisi barat sekarang digunakan sebagai mushola (tempat beribadat) maka atap mengalami perubahan dengan atap menyerupai kubah masjid.
Dahulu rumah ini sebagai tempat tinggal Tuan Tanah Pebayuran, dan sekarang digunakan sebagai kantor Polisi Sektor (Polsek) Pebayuran/ruang pertemuan. Di sisi barat terdapat bangunan pendamping dengan kondisi rusak berat, digunakan sebagai rumah tinggal anggota Polsek Pebayuran. Rumah menghadap ke arah utara ke Jalan Raya Pebayuran; arah selatan, barat dan timur dibatasi rumah-rumah penduduk. Sedangkan pada arah utara rumah ini, sekitar 50 meter di seberang jalan raya Pebayuran terdapat bekas gudang dan pabrik beras, tetapi sudah tidak berfungsi dan diperkirakan sebagai kelengkapan dan kebutuhan penggilingan padi atau hasil bumi daerah setempat. Artefak yang masih dapat kita lihat adalah lapik pintu masuk yang terbuat dari batu andesit berbentuk bulat dengan diberi pahatan dan pada bgian atas terdapat lubang persegi 12 untuk menancapkan tiang pintu masuk. Selain itu juga mesin giling dan bangunan pabrik yang masih relatife kokoh.
Bangunan ini menurut penuturan para pejuang setempat (Bekasi dan Karawang), di masa perjuangan kemerdekaan digunakan sebagai basis perjuangan rakyat Indonesia terutama dari daerah Bekasi dan Karawang, diperkirakan dibangun tahun 1930. Pada saat Ir. Soekarno diasingkan oleh para pejuang untuk persiapan proklamasi kemerdekaan, dari rumah pengasingan di Rengasdengklok (Karawang) dibawa dan mampir dulu di rumah tersebut dan beliau berkesempatan memberikan arahan dan wejangan kepada para pejuang setempat sebelum ke Jakarta. Tempat parkir cukup memadai dan aksebiltas ke lokasi sangat menunjang bila bangunan kuno tersebut dikembangkan sebagai objek wisata budaya (sejarah).

Bangunan memiliki arsitektur sangat berbeda dengan bangunan baru yang ada di sekitarnya. Atap bangunan datar berupa cor semen, terlihat berbeda dengan bangunan pada umumnya. Oleh karena atapnya yang datar atau papak maka bangunan itu disebut dengan Gedong Papak. Bangunan ini tepat menghadap ke arah barat, atau Jalan H. Juanda, di arah selatan PDAM Kota Bekasi, di arah utara PDAM Kota Bekasi, dan di arah timur rumah penduduk.
Bangunan tidak memiliki komponen yang unik, dan pilar-pilar sisi depan, samping utara telah dilapisi keramik baru berwarna hijau bermotif garis (menyerupai batu alam). Cat dindingnya berwarna kuning kecoklatan. Pintu berada di sisi barat dan sisi utara yang masing-masing mempunyai 2 daun pintu, pada sisi timur banyak mengalami perubahan dengan membongkar dinding diganti dengan pintu, sisi selatan tidak mengalami perubahan meskipun pada jendela telah diberi tralis besi dengan pola hias modern. Pada atap yang dibentuk papak digunakan sebagai tempat penyimpanan bak air. Perubahan-perubahan pada bangunan ini terjadi sangat dimungkinkan karena telah beralih fungsi sebagai mushola bagi karyawan-karyawan Dinas tata Ruang dan Pemukiman Kota Bekasi, PDAM Kota Bekasi dan Telkom Kota Bekasi. Kondisi bangunan relatif terpelihara dengan baik.
Gedong Papak ini memiliki luas bangunan 2500 m², dan dibangun di areal tanah seluas ± 1,5 hektar. Selain Gedong Papak di lingkungan sekitarnya terdapat lapangan parkir kendaraan roda 2 ataupun roda 4 karyawan dan tamu dari kantor Dinas tata Ruang dan Pemukiman Kota Bekasi, PDAM Kota Bekasi dan Telkom Kota Bekasi.

Klenteng Liem Thay Soekong (Kong Siang Tee Kong) terletak di Jalan K.H. Fudolih, Kampung Klenteng, Desa Karang Asih, Kecamatan Cikarang Utara. Lingkungan klenteng merupakan perkampungan penduduk keturunan Cina terlihat pada bangunan-bangunan yang terletak di tepi Jl. Raya Pasar Karang Asih masih tampak beberapa bangunan dengan arsitektur Cina yang sejak dulu sebagai pertokoan. Sedangkan Klenteng Liem Thay Soekong (Kong Siang Tee Kong) masuk melintasi gang sejauh ± 20 meter, tetapi terlihat dari jalan. Bangunan ini sudah mengalami banyak perubahan, terakhir direnovasi 2 tahun lalu (2005). Bagian bangunan yang masih terlihat asli adalah pada bagian pintu utama masuk ruang utama klenteng, berupa kuzen pintu dengan 2 daun pintu kanan dan kiri, 2 tambur, dan peti. Tambur, tidak memiliki hiasan atau ukiran, masih digunakan sebagai alat tetabuh pada acara Cap Go Meh (Tahun Baru Cina). Sedangkan peti untuk penyimpanan perlengkapan peribadatan. Dewa Utama yang dipasang pada altar utama adalah Dewa Kong Siang Tee Kong (Dewa Keberuntungan), didampingi oleh Dewa Pendamping Hok Tek Tjeng Sin dan Kwan Tee Kaen.
Klenteng ini sebagai salah satu bukti bahwa Kabupaten Bekasi sejak abad ke-16 M telah mempunyai hubungan perdagangan dengan Cina dan secara budaya telah terjadi akulturasi secara damai.
Stasiun Bekasi adalah stasiun KA yang terletak di Jl. H. Juanda, Kota Bekasi, Jawa Barat. Sebagai stasiun yang terletak diJabodetabek, stasiun ini setiap harinya melayani ribuan penumpang komuter dengan tujuan Jakarta maupun ke arah timur (Cikampek sampaiPurwakarta), baik menggunakan KRL maupun KRD.
Selain itu, sebagai stasiun yang terletak di petak jalur utama KA Jawa antara Jakarta-Surabaya, stasiun ini juga menjadi salah satu stasiun tersibuk karena dilintasi KA dari Jakarta dengan berbagai tujuan di Jawa. Walaupun demikian, sebagian besar KA lintas kota tidak berhenti di sini. Stasiun Bekasi hanya disinggahi beberapa KA ekonomi jarak jauh, dan KA kereta api Argo Parahyangan jurusan Gambir-Bandung juga berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di stasiun ini
Terimakasih buat agan agan semua yang sudah mengunjungi Thread ane , jangan lupa
dan ane juga engga malu malu kalo di kasih 
Kaskuser yang baik biasakan lah komeng

Pasti agan semua sudah tau kota bekasi gan? itu loh utara nya wilayah jawa barat

Sudah cukup basa basi nya gan , kita langsung ke TKP aja

Quote:
Spoiler for 1. Gedung Tinggi:

Gedung ini berada pada lingkungan perumahan dan perkantoran. Berada di tepi jalan raya Hasanudin No. 5, Kecamatan Tambun Selatan atau jalan yang menghubungkan Tambun-Bekasi-Jakarta. Gedung Tinggi pada mulanya milik seorang tuan tanah (landheer) keturunan Cina bernama Kouw Tjing Kee. Ia seorarng tuan tanah kaya yang memiliki tanah hektaran baik yang berada di Tambun maupun di luar Tambun. Usaha yang digelutinya antara lain perkebunan kelapa dan pertanian padi. Dalam menjalankan perusahaannya, ia di bantu oleh beberapa orang tenaga kerjanya.
Sejak tahun 1962, Gedung Tinggi telah dibeli dan dimiliki Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Secara historis, gedung ini merupakan saksi sejarah, khususnya dalam rangkaian peristiwa sejarah perjuangan bangsa. Beberapa peristiwa sejarah selama periode 1945-1949, berlangsung di gedung ini yang digunakan sebagai basis perjuangan. Selanjutnya pada masa perjuangan menjelang kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai basis pertahanan para pejuang Bekasi hingga masa mempertahankan kemerdekaan. Sehingga bangunan ini selain disebut Gedung Tinggi juga disebut Gedung Juang.
Bangunan utama Gedung Tinggi ini sekarang digunakan oleh instansi atau lembaga yang berada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bekasi sebagai Perpustakaan dan dua bangunan pendamping ini di kanan dan kiri Gedung Tinggi dengan arsitektur campuran Eropa dan tradisional Indonesia ini digunakan sebagai kantor Veteran, kantor Pemadam Kebakaran dan Labolatorium Dinas Kesehatan. Sedangkan 2 bangunan lainnya adalah bangunan baru yaitu digunakan sebagai Dinas Pencegahan Kebakaran. Disamping itu pada sisi barat terdapat bangunan lama yang telah mengalami sedikit penambahan, terutama pada bagian depannya, sehingga masih menampakan bagian bangunan kunonya.
Spoiler for 2. Rumah Tuan Tanah Pebayuran:

Bangunan rumah ini cukup megah dibangun dengan gaya Eropa (artdeco), dan hiasan melengkung (geometris), memiliki beranda depan dengan lapangan parkir yang cukup luas. Ruang sisi barat sekarang digunakan sebagai mushola (tempat beribadat) maka atap mengalami perubahan dengan atap menyerupai kubah masjid.
Dahulu rumah ini sebagai tempat tinggal Tuan Tanah Pebayuran, dan sekarang digunakan sebagai kantor Polisi Sektor (Polsek) Pebayuran/ruang pertemuan. Di sisi barat terdapat bangunan pendamping dengan kondisi rusak berat, digunakan sebagai rumah tinggal anggota Polsek Pebayuran. Rumah menghadap ke arah utara ke Jalan Raya Pebayuran; arah selatan, barat dan timur dibatasi rumah-rumah penduduk. Sedangkan pada arah utara rumah ini, sekitar 50 meter di seberang jalan raya Pebayuran terdapat bekas gudang dan pabrik beras, tetapi sudah tidak berfungsi dan diperkirakan sebagai kelengkapan dan kebutuhan penggilingan padi atau hasil bumi daerah setempat. Artefak yang masih dapat kita lihat adalah lapik pintu masuk yang terbuat dari batu andesit berbentuk bulat dengan diberi pahatan dan pada bgian atas terdapat lubang persegi 12 untuk menancapkan tiang pintu masuk. Selain itu juga mesin giling dan bangunan pabrik yang masih relatife kokoh.
Bangunan ini menurut penuturan para pejuang setempat (Bekasi dan Karawang), di masa perjuangan kemerdekaan digunakan sebagai basis perjuangan rakyat Indonesia terutama dari daerah Bekasi dan Karawang, diperkirakan dibangun tahun 1930. Pada saat Ir. Soekarno diasingkan oleh para pejuang untuk persiapan proklamasi kemerdekaan, dari rumah pengasingan di Rengasdengklok (Karawang) dibawa dan mampir dulu di rumah tersebut dan beliau berkesempatan memberikan arahan dan wejangan kepada para pejuang setempat sebelum ke Jakarta. Tempat parkir cukup memadai dan aksebiltas ke lokasi sangat menunjang bila bangunan kuno tersebut dikembangkan sebagai objek wisata budaya (sejarah).
Spoiler for 3. Gedong Papak:

Bangunan memiliki arsitektur sangat berbeda dengan bangunan baru yang ada di sekitarnya. Atap bangunan datar berupa cor semen, terlihat berbeda dengan bangunan pada umumnya. Oleh karena atapnya yang datar atau papak maka bangunan itu disebut dengan Gedong Papak. Bangunan ini tepat menghadap ke arah barat, atau Jalan H. Juanda, di arah selatan PDAM Kota Bekasi, di arah utara PDAM Kota Bekasi, dan di arah timur rumah penduduk.
Bangunan tidak memiliki komponen yang unik, dan pilar-pilar sisi depan, samping utara telah dilapisi keramik baru berwarna hijau bermotif garis (menyerupai batu alam). Cat dindingnya berwarna kuning kecoklatan. Pintu berada di sisi barat dan sisi utara yang masing-masing mempunyai 2 daun pintu, pada sisi timur banyak mengalami perubahan dengan membongkar dinding diganti dengan pintu, sisi selatan tidak mengalami perubahan meskipun pada jendela telah diberi tralis besi dengan pola hias modern. Pada atap yang dibentuk papak digunakan sebagai tempat penyimpanan bak air. Perubahan-perubahan pada bangunan ini terjadi sangat dimungkinkan karena telah beralih fungsi sebagai mushola bagi karyawan-karyawan Dinas tata Ruang dan Pemukiman Kota Bekasi, PDAM Kota Bekasi dan Telkom Kota Bekasi. Kondisi bangunan relatif terpelihara dengan baik.
Gedong Papak ini memiliki luas bangunan 2500 m², dan dibangun di areal tanah seluas ± 1,5 hektar. Selain Gedong Papak di lingkungan sekitarnya terdapat lapangan parkir kendaraan roda 2 ataupun roda 4 karyawan dan tamu dari kantor Dinas tata Ruang dan Pemukiman Kota Bekasi, PDAM Kota Bekasi dan Telkom Kota Bekasi.
Spoiler for 4. Klenteng Liem Thay Soekong:

Klenteng Liem Thay Soekong (Kong Siang Tee Kong) terletak di Jalan K.H. Fudolih, Kampung Klenteng, Desa Karang Asih, Kecamatan Cikarang Utara. Lingkungan klenteng merupakan perkampungan penduduk keturunan Cina terlihat pada bangunan-bangunan yang terletak di tepi Jl. Raya Pasar Karang Asih masih tampak beberapa bangunan dengan arsitektur Cina yang sejak dulu sebagai pertokoan. Sedangkan Klenteng Liem Thay Soekong (Kong Siang Tee Kong) masuk melintasi gang sejauh ± 20 meter, tetapi terlihat dari jalan. Bangunan ini sudah mengalami banyak perubahan, terakhir direnovasi 2 tahun lalu (2005). Bagian bangunan yang masih terlihat asli adalah pada bagian pintu utama masuk ruang utama klenteng, berupa kuzen pintu dengan 2 daun pintu kanan dan kiri, 2 tambur, dan peti. Tambur, tidak memiliki hiasan atau ukiran, masih digunakan sebagai alat tetabuh pada acara Cap Go Meh (Tahun Baru Cina). Sedangkan peti untuk penyimpanan perlengkapan peribadatan. Dewa Utama yang dipasang pada altar utama adalah Dewa Kong Siang Tee Kong (Dewa Keberuntungan), didampingi oleh Dewa Pendamping Hok Tek Tjeng Sin dan Kwan Tee Kaen.
Klenteng ini sebagai salah satu bukti bahwa Kabupaten Bekasi sejak abad ke-16 M telah mempunyai hubungan perdagangan dengan Cina dan secara budaya telah terjadi akulturasi secara damai.
Spoiler for 5. Stasiun KA Bekasi:
Spoiler for Jaman dulu:

Spoiler for Jaman sekarang:

Stasiun Bekasi adalah stasiun KA yang terletak di Jl. H. Juanda, Kota Bekasi, Jawa Barat. Sebagai stasiun yang terletak diJabodetabek, stasiun ini setiap harinya melayani ribuan penumpang komuter dengan tujuan Jakarta maupun ke arah timur (Cikampek sampaiPurwakarta), baik menggunakan KRL maupun KRD.
Selain itu, sebagai stasiun yang terletak di petak jalur utama KA Jawa antara Jakarta-Surabaya, stasiun ini juga menjadi salah satu stasiun tersibuk karena dilintasi KA dari Jakarta dengan berbagai tujuan di Jawa. Walaupun demikian, sebagian besar KA lintas kota tidak berhenti di sini. Stasiun Bekasi hanya disinggahi beberapa KA ekonomi jarak jauh, dan KA kereta api Argo Parahyangan jurusan Gambir-Bandung juga berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di stasiun ini
Terimakasih buat agan agan semua yang sudah mengunjungi Thread ane , jangan lupa


Kaskuser yang baik biasakan lah komeng
Spoiler for Komeng:

Quote:
Jangan lupa mampir di Thread ane yang lain nya gan 
Menengok Isi Pabrik Kereta di MadiunAsal Usul Sushi

Menengok Isi Pabrik Kereta di MadiunAsal Usul Sushi
Diubah oleh anggerrailfans 18-10-2013 06:11
0
5.4K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan