Jakarta -Selain memindahkan PKL ke Blok G, Pemprov DKI Jakarta juga berencana memindahkan rumah pemotongan hewan (RPH) di Blok G ke tempat lain. Para pejagal setuju asalkan relokasi tersebut masih di kawasan Tanah Abang.
"Kita mau dikosongkan asal tidak jauh-jauh dari Blok G. Kalau di Rusun Marunda atau Tangerang kita tolak mentah-mentah," ujar tokoh senior Tanah Abang, M Yusuf Muhyi di Masjid Jami' Al Ma'mur, Jl KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (5/8/2013).
Pria yang akrab disapa Bang Ucu ini mengusulkan 3 alternatif lokasi. Yaitu kawasan Bongkaran, belakang Museum Tekstil atau di Jalan Sabeni.
Ia juga mendukung upaya Pemprov untuk memindahkan PKL ke Blok G. Menurutnya di Blok G, kenyamanan PKL akan lebih terjamin.
"Saya sangat setuju. Dari pada dagang di jalan ganggu lalin, preman pada malak," ucapnya.
Ia yakin PKL Tanah Abang mudah diatur. Menurutnya selama ini yang membuat PKL sulit ditertibkan adalah preman.
"Kaki lima bisa diatur kok. Asal ada musyawarah. Yang susah itu preman di belakangnya," kata pria yang memiliki tato bertuliskan 'kill of tanah abang' di dadanya ini.
sumber [URL="http://news.detik..com/read/2013/08/06/030622/2324800/10/ini-syarat-bang-ucu-ke-pemprov-bila-ingin-pindahkan-rph-di-tanah-abang?nd771104bcj"]news.detik..com[/URL]
Spoiler for Tokoh Tanah Abang Setuju RPH Dipindah:
Tokoh Tanah Abang Setuju RPH Dipindah
Teraspos - Rumah potong kambing di Kebon Jati Tanah Abang akhirnya setuju dipindahkan agar Blok G yang akan digunakan sebagai tempat relokasi pedagang kaki lima Tanah Abang menjadi lebih nyaman.
Awalnya rencana pemindahan rumah potong itu ditentang tokoh-tokoh Betawi di Tanah Abang termasuk M Yusuf Muhyi. Tokoh yang dituakan di wilayah itu tak menyangka kalau penertiban PKL di Tanah Abang akhirnya juga merembet ke penertiban rumah jagal kambing itu.
"Kalau PKL nggak bisa digusur biar gue yang yang babat kalau nggak bisa ditangani. Tapi kalau soal pemindahan RPH gue sangat tidak setuju." kata Yusuf emosi. "Dari jaman kakek moyang gue itu udah ada jagal kambing dan pasar kambing."
Namun, usai bertemu dengan Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah, Camat Tanah Abang Hidayatullah dan pengelola RPH Ali Jawas Yusuf melunak.
"Tadi setelah pak Wali bilang ada kerohimannya dan rumah jagal dipindahkan untuk sementara, saya sangat setuju. Kita sudah bisa terima jalan keluar yang terbaik untuk rumah jagal sementara dipindahkan dari Tanah Abang. Lokasi Insyaallah akan kita cari" kata Yusuf di sebuah rumah makan di daerah Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Dalam kesepakatan tersebut Ali Jawas pengelola rumah jagal ditugasi untuk mencari tempat relokasi RPH tersebut.
Dia memiliki 3 usulan lokasi untuk RPH sementara. "Tanah PJKA atau bongkaran, di belakang Museum Tekstil Tanah Abang dan di Jalan Sabeni."(*)
Spoiler for Tokoh Tanah Abang Klaim Tak Ada Preman:
Tokoh Tanah Abang Klaim Tak Ada Preman Koordinator Rumah Potong Hewan Pasar Tanah Abang Ali Djawas, tokoh masyarakat Tanah Abang Muhamad Yusuf Muhi, dan Camat Tanah Abang Hidayatullah (duduk, kanan ke kiri) dalam sebuah musyawarah soal relokasi rumah potong hewan di Pasar Blok G, Jakarta, Senin (5/8/2013) malam. Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah (tidak tampak) turut hadir dalam pertemuan tersebut. | KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI
JAKARTA, KOMPAS.com— Tokoh masyarakat Tanah Abang, Muhammad Yusuf Muhi atau Bang Ucu, mengklaim tidak ada warga Tanah Abang yang menjadi preman dan mengutip uang dari para pedagang kaki lima (PKL).
"Saya rasa preman enggak ada, itu adalah (warga) dari luar," kata Ucu seusai buka bersama Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah, Senin (6/8/2013) malam.
Kalaupun ada preman, dia berjanji akan turun tangan menghapus pengutip uang pedagang kecil itu. Menurutnya, keberadaan preman di Tanah Abang hanyalah kerjaan pihak-pihak yang ingin menjelek-jelekkan Tanah Abang.
Dewan penasihat Ikatan Keluarga Besar Tanah Abang (IKBT) itu juga mengatakan, sekecil-kecilnya pemuda Tanah Abang, semiskin-miskinnya orang Tanah Abang, masih bisa berdagang kambing atau menjadi jagal kambing.
"Kalau dikatakan banyak preman Tanah Abang, (itu) bohong. Apa artinya jadi polisi? Tangkep-tangkepin saja itu yang enggak benar," kata Ucu.
Pada Kamis (1/8/2013), Polda Metro Jaya meringkus 48 preman yang beroperasi di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Saat salah seorang dari mereka digeledah polisi, ditemukan uang sejumlah Rp 1,65 juta di kantongnya. Pria itu mengaku bahwa uang tersebut hasil pungutan dari sopir dan sebagai juru parkir selama setengah hari operasi. Di kawasan Tanah Abang, dia menjadi juru parkir liar. Dia juga menjadi timer kopaja.
Harian Warta Kota menyebutkan, dalam sepekan terakhir, para preman bisa mengumpulkan setidaknya Rp 3 juta dari pedagang kaki lima. Jumlah tersebut didapat dalam dua periode, Rp 1,5 juta sebelum Lebaran dan separuhnya lagi seusai Idul Fitri.
Jumlah preman di kawasan Tanah Abang diperkirakan sekitar 300 orang. Pada Lebaran kali ini, mereka akan mendapat bagian Rp 3 juta sampai Rp 10 juta per orang sebagai "tunjangan hari raya" tahun 2013.
sumber megapolitan.kompas.com
Spoiler for GENG PREMAN VAN JAKARTA (dari majalah TEMPO):
GENG PREMAN VAN JAKARTA(dari majalah TEMPO)
PERALIHAN penguasa bisnis jagoan di Ibu Kota bukanlah suksesi yang mulus. Pada 1990-an, area ini dikuasai Hercules. Ia semula pemuda Timor yang direkrut Komando Pasukan Khusus, atau Kopassus, pada saat proses integrasi wilayah itu ke Indonesia. Terluka dalam kecelakaan helikopter, ia dibawa Gatot Purwanto, perwira pasukan yang dipecat dengan pangkat kolonel setelah insiden Santa Cruz, ke Jakarta.
Hercules menetap di Jakarta, dan segera merajai dunia para jagoan. Ia menguasai Tanah Abang. Namanya pun selalu dekat dengan kekerasan. Kekuasaan tak abadi. Pada 1996, ia tak mampu mempertahankan kekuasaannya di pasar terbesar se-Asia Tenggara itu. Kelompoknya dikalahkan dalam pertikaian dengan kelompok Betawi pimpinan Bang Ucu Kambing, kini 64 tahun.
Sejak itu ia tak lagi berkuasa. Tapi namanya telanjur menjadi ikon. Seorang perwira polisi mengatakan, setiap pergantian kepala kepolisian, Hercules selalu dijadikan “sasaran utama pemberantasan preman”.
Pada masa kejayaan Hercules, ada Yorrys Raweyai. Pada awal 1980-an, ia bekerja menjadi penagih utang. Kekuatan pemuda asal Papua ini ditopang Pemuda Pancasila, organisasi yang mayoritas anggotanya anak-anak tentara. Dia menjadi ketua umum organisasi itu pada 2000 dan melompatkan kariernya di politik. Dia kini anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Golkar.
Pemuda Pancasila juga menjual jasa pengamanan lahan, penagihan, dan penjaga keamanan. Ordernya diterima dari perusahaan resmi yang memiliki jaringan dengan Pemuda Pancasila. “Habis, mau kerja apa, mereka tidak punya ijazah,” Yorrys menunjuk anggota kelompoknya. Soal cap preman, dia berkomentar enteng, “Saya anggap koreksi saja.”
Pada generasi yang sama, Lulung, bekas preman Tanah Abang, kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta dari Partai Persatuan Pembangunan. Usahanya dimulai dari pengumpul sampah kardus bekas hingga barang bekas. “Karier”-nya mencorong ketika kemudian bermain dalam usaha pengamanan Tanah Abang.
Untuk melestarikan kekuatan, Lulung memilih jalur resmi. Ia mendirikan PT Putraja Perkasa, lalu PT Tujuh Fajar Gemilang, dan PT Satu Komando Nusantara. Perusahaan ini disesuaikan dengan “kompetensi inti” Lulung: jasa keamanan, perparkiran, penagihan utang. “Kami masuk lewat tender resmi,” ujarnya.
Pada 1996, ketika Hercules berhadapan dengan Bang Ucu, Lulung memilih “berkolaborasi” dengan kelompok Timor. Alhasil, ia dikejar-kejar teman-temannya di Betawi. Bang Ucu menyelamatkannya. Itu sebabnya, kini Lulung rajin menyetor dana ke Ucu. sumber