Lettu Pierre Andreas Tendean, sebuah kisah pemuda bangsa
TS
dnuraito
Lettu Pierre Andreas Tendean, sebuah kisah pemuda bangsa
Spoiler for hymne pahlawan:
Dengar seluruh, Angkasa raya memuji
Pahlawan Negara
Nan gugur remaja,Di ribaan bendera
Bela nusa bangsa
Kau kukenang, Wahai bunga putra bangsa
Harga… Jasa…, Kau cahaya pelita
Bagi Indonesia merdeka
Assalamualaikum agan-agan dan aganwati yang terhormat, pada hari ini TS akan mencoba untuk mengangkat kisah seorang Pahlawan yang mungkin sudah tidak asing lagi oleh kita semua. Yap, sesuai judul pada thread ini TS akan mencoba untuk mengangkat cerita Kapten Czi (Anm.) Pierre Andries Tendean. Di balik semua tabir gelap tentang peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan berdasarkan dari berbagai sumber, yuk kita mulai...
Spoiler for Lettu Pierre:
Spoiler for Awal kehidupan:
Pierre Andries Tendean, lahir di Jakarta, 21 Februari 1939 adalah salah seorang korban pada peristiwa Gerakan 30 September dan merupakan pahlawan nasional Indonesia. Beliau adalah putera dari DR. A. L Tendean yang berasal dari Minahasa, sedang ibunya seorang berdarah Perancis-Belanda bernama Cornel ME, namun Pierre fasih berbahasa Jawa. Ia memiliki seorang kakak, Mitze Farre, dan adik, Rooswidiati. Untuk mengurangi beban keluarganya, Pierre yang masih kecil giat menanami tanah kosong di sekitar rumahnya dengan singkong, ubi, pepaya dan sayur-sayuran.
Keinginannya setelah menyelesaikan sekolah dasar adalah untuk masuk Akademi Militer Nasional. Namun, orangtuanya ingin dia menjadi dokter seperti ayahnya atau insinyur. Akhirnya Pierre masuk Angkatan Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD), yang ia mulai pada tahun 1958. Tahun 1959 ketika sebagai Kopral Taruna, Tendean menerima pengalaman di akademi ketika ia dikirim ke Barat Sumatera dengan sesama taruna untuk berpartisipasi dalam operasi militer bernama "Sapta Marga". Pada saat itu Kopral Tendean ditugaskan di Angkatan Darat Corps of Engineers ( Indonesia : Zeni Tempur). Saat menjadi taruna Pierre mendapat julukan "Robert Wagner dari Panorama" oleh gadis-gadis remaja Bandung.
Spoiler for Pierre Muda:
Spoiler for awal karir militer:
Pada tahun 1962, Tendean lulus dari ATEKAD dan diberi Letnan Dua (Letda) Czi, dan posisinya dua tahun junior di bawah mantan Wapres Tri Sutrisno. Tugas pertamanya adalah sebagai Komandan Peleton di Batalyon ke-2 dari Corps of Engineers di Komando Militer Daerah 2 ( Indonesian : Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur Komando Daerah Militer 2 II (Danton Yon Zipur 2 / Dam II)). di Medan.
Tahun berikutnya, Tendean menerima pelatihan intelijen di Bogor dan kemudian ditugaskan ke Layanan Pusat Intelijen Angkatan Darat atau Dinas Intelijen Pusat Angkatan Darat (DIPIAD). Ia dikirim ke garis depan selama konfrontasi dengan Malaysia yang dikenal sebagai "Dwikora", di mana dia memimpin sekelompok relawan di beberapa infiltrasi ke intelijen performing Malaysia. Wajah indo-nya membuat Pierre dengan mudah bolak balik Indonesia - Singapura sebagai intelijen untuk mengumpulkan data. Kurang lebih Pierre berhasil melakukan infiltrasi sebanyak 6 kali, yang merupakan sebuah rekor saat itu, namun infiltrasi yang terakhir nyaris membuatnya terbunuh.
Prestasi Pierre kelak selalu disombongkan oleh korps Zeni, yang mungkin membandingkannya dengan dua orang prajurit marinir, Usman dan Harun. Usman dan Harun gugur meregang nyawa di negara tetangga karena upaya spionase yang gagal.
Sepak terjang Pierre di dunia intelijen membuat ibundanya khawatir, berulangkali dia meminta Pierre untuk pindah ke markas dan menjadi staff. Pierre menolak, ibunya pun meminta bantuan kerabat jauhnya, Johanna Nasution, istri KSAB saat itu AH Nasution. Tak sampai 4 bulan, Pierre pindah tugas ke Jalan Teuku Umar, menjadi ADC KSAB Jenderal Nasution. Pada tanggal 15 April 1965, Tendean dipromosikan menjadi Letnan Satu (Lettu) dan ditugaskan sebagai asisten pribadi Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution (Menko Hankam/Kepala Staf ABRI) pada era Soekarno. Pierre merupakan Ajudan Jendral A.H Nasution yang termuda, baik usia maupun dinasnya sebagai seorang militer. Saat itu ada tiga jenderal yang memperebutkan Pierre menjadi ajudan, AH Nasution, Pranoto Reksosamudro dan Suwondo Parman.
Dalam film Om Arifin C Noer (Pengkhianatan G 30 S/PKI), diceritakan keduanya (Pierre dan Pak Nas) memiliki kemiripan, aslinya...boro2....hanya tinggi badan saja yang sama, 175 cm. Kulit pierre terlalu putih jika mau disamakan dengan Pak Nas, begitu juga dengan fisik keseluruhan. Ada fakta unik, saat Pierre mengawal Pak Nas untuk berpidato di ITB bulan Mei 1965. Di ITB saat itu, mendadak ada jargon, telinga untuk Pak Nas, mata untuk ajudannya.
Akhir tahun 1964 Pierre telah menjalin hubungan serius dengan seorang pemudi tanah Deli. Pemudi ini, kelak pada saat perayaan kesaktian pancasila yang kedua, tahun 1967 dipeluk erat oleh bung Karno di Lubang buaya. Pierre dan pemudi bernama Rukmini ini rencananya menikah di bulan November 1965 dan sudah bertunangan, tapi maut terlanjur memisahkan.
Spoiler for PA Tendean:
Spoiler for Penculikan 30 September 1965:
Di saat gerombolan G30S/PKI ingin menculik Pak Nas pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, malam itu seharusnya Pierre tidak bertugas, tapi pertukaran shift membuat Pierre menemui ajal bersama 6 jenderal lainnya .Pierre yang saat itu sedang tidur di paviliun rumah Pak Nas, segera bangun, karena mendengar kegaduhan di rumah pak Nas.Ketika ia keluar ia sudah menjinjing senjata, namun ia ditangkap oleh gerombolan penculik yang mengaku Tjakrabirawa yang dipimpin oleh Pratu Idris dan Jahurup. Pada peristiwa ini anak bungsu dari Pak Nas, Ade Irma Suryani gugur, juga salah satu pahlawan revolusi yaitu Karel Sasuit Tubun yang merupakan pengawal rumah Wakil perdana menteri Indonesia saat itu, Dr. J. Leimena yang bertetangga dengan Pak Nas.
Pierre pun dibawa karena di sangka sebagai Pak Nas. Kemudian dia diikat kedua tangannya dan dibawa dengan truk ke Lubang Buaya. Waktu itu gerombolan menyangka bahwa Pak Nas berhasil ditangkap hidup-hidup. Ketika interogasi di Lubang Buaya, ternyata gerombolan G30S/PKI telah "salah tangkap". Pierre yang dikira sebagai Pak Nas, akhirnya dieksekusi pada giliran terakhir. Ini mungkin karena beliau dianggap bukan orang yang diprioritaskan untuk di eksekusi. Sebelumnya, para perwira telah terlebih dahulu di eksekusi. Lettu Pierre gugur di Lubang Buaya pada tanggal 1 oktober 1965 pada umur 26 tahun.
Spoiler for Pierre bersama Ade Irma:
Spoiler for evakuasi jenazah dan hasil visum:
Salah satu sumber fakta Pierre dieksekusi terakhir adalah dari posisi mayat Pierre yang terletak paling atas di dalam Sumur Lubang Buaya, ketika proses evakuasi jenazah para Pahlawan Revolusi. Yang pertama dimasukkan adalah jenazah Brigjend Pandjaitan, kemudian Letjend A. Yani, Mayjend M.T. Haryono, Brigjend Sutoyo, Mayjend Suprapto yang diikat bersama-sama dengan Mayjend Siswondo Parman dan terakhir Pierre. Jenazah Pierre diangkat pada 4 Oktober 1965 pukul 12.05 WIB, oleh anggota RPKAD Kopral Anang. Selanjutnya menurut dokumen Visum et Repertum, jenazah Lettu Pierre Tendean dikenali oleh perwira kesehatan Dirkes AD CDM Amoro Gondoutomo yang menjadi dokter pribadi Menko Hankam/KASAB. Jenazah Pierre dikenali dari pakaian yang dikenakannya, gigi geligi dan sebuah cincin logam dengan batu cincin berwarna biru. Pada jenazah Pierre tim dokter menemukan empat luka tembak masuk di bagian belakang, dua luka tembak keluar bagian depan, luka-luka lecet di dahi dan tangan kiri, dan tiga luka ternganga karena kekerasan tumpul di bagian kepala.
Spoiler for proses evakuasi, agak DP gan dan Visum et Repertum:
Spoiler for Pahlawan Revolusi:
Atas segala jasa-jasanya selama ini.serta turut menjadi korban Gerakan 30 September maka Pemerintah Memasukannya sebagai salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia.bersama Jenderal Ahmad Yani,Letjen Suprapto,Letjen Mas Tirtodarmo Haryono,Letjen Suwondo Parman,Mayjen Sutoyo,Mayjen Donald Isaac Pandjaitan, Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiono. Pangkatnya dinaikkan satu dari Lettu menjadi Kapten CZI Anumerta.
Spoiler for Monumen Kesaktian Pancasila dan Makam Pierre di TMP Kalibata:
Saat ini kabarnya tengah direncanakan pembuatan film dengan judul "Pierre" untuk mengangkat kisah beliau, namun kabarnya pihak keluarga tidak setuju.. karena menurut mereka Pierre yang orangnya sederhana tidak akan suka jika kisah hidupnya di ekspos utk komersil.. Demikian Thread ini, atas segala kesalahan TS mohon maaf.. selanjutnya TS mohon nya gaann.. atau minimal biar TS jadi Jenderal besar..