- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Satu-satunya Orang Indonesia yang Punya Peternakan 'Raksasa' di Australia


TS
5armento
Satu-satunya Orang Indonesia yang Punya Peternakan 'Raksasa' di Australia
udah pada tahu belum nih orang indonesia yang sukses jadi pengusaha di negeri tetangga?nih beritanya...
berita terkait lainnya....
website perusahaannya : http://www.omt.com.au/and
http://www.beritametro.co.id/peristi...ali-pulau-bali
http://borneonews.co.id/head/4531-ni...si-anak-hilang
Spoiler for beritanya:
Di tengah panasnya kasus korupsi kuota impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq, tiba kita dikejutkan dengan perusahaan orang Indonesia yang memiliki peternakan sapi di Australia. Perusahaan itu adalah Oceanic Multitrading Pty. Ltd.
Australia dikenal sebagai pemasok pemasok sapi hidup dan daging sapi ke Indonesia. Jangan heran begitu diberlakukan kebijakan penurunan kuota import dan swasembada daging sapi oleh pemerintah Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia telah mengurangi impor sapi ternak dari australia, dari 283.000 ekor pada 2012 menjadi 267.000 ekor tahun 2013 inii. Pengurangan impor sapi pada 2013 menjadi 14 persen dari konsumsi domestik dan akan dikurangi lagi menjadi 10 persen pada 2014.
Di tengah upaya-upaya pengurangan kuota itu, yang mengejutkan ada perusahaan swasta asal Indonesia ternyata telah memiliki lahan peternakan raksasa di Australia luasnya bisa mencapai 2 kali Pulau Bali. Kenyataan ini semakin memberi peluang rencana konsorsium BUMN untuk menggarap lahan serupa di Negeri Kangguru tersebut.
"Ada perusahaan Indonesia di sana, namanya Oceanik. Dia punya tanah 2 kali pulau Bali. Bisa invest di sana, dikasih sama pemerintah di sana. Dari sana, mereka melakukan peternakan 20 ribu-60 ribu (ekor)," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (3/7).
Perusahaan bernama Oceanic Multitrading Pty. Ltd yang didirikan oleh Nisin Sunito pada tahun 1992. Menurutnya, pemerintah Australia membuka peluang untuk investor asing berinvestasi bidang peternakan di negaranya, termasuk investor asal Indonesia.
Diakuinya, terkait rencana BUMN Indonesia membuka 1 juta hektar peternakan sapi di Australia merupakan ide menarik. Hal ini bisa menutupi kekurangan pasokan daging sapi nasional. "Itu sesuatu ide yang bagus. Kita kekurangan lahan di sini," tambahnya.
Menurutnya, untuk mencapai swasembada daging, setidaknya Indonesia harus memiliki cadangan hingga 60 juta ekor sapi. Sementara hasil sensus terbaru, Indonesia baru memiliki 13 juta ekor sapi. "Kalau menurut Pak Gita (Mendag Gita Wirjawan) kita harus punya 60 juta sapi untuk swasembada. Itu dalam waktu 5-10 tahun harus mencapai 60 juta," terangnya.
Tak hanya Oceanic, beberapa perusahaan Indonesia, termasuk milik pemerintah, akan menghabiskan dana puluhan juta dollar guna membeli peternakan sapi di Negara Bagian Western Australia guna memastikan pasokan sapi ke Indonesia terjamin.
Menurut laporan harian The West Australian, pejabat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan berkunjung ke Australia bulan depan. Disebutkan, BKPM akan berusaha meyakinan para pemilik peternakan guna menerima investasi dari Indonesia sehingga pasokan daging sapi untuk kelas menengah yang semakin tumbuh --diperkirakan sekitar 80 juta jiwa-- terpenuhi.
Seorang pengusaha senior Indonesia telah menghubungi pengusaha Indonesia yang tinggal di Perth, Iwan Gunawan, guna mencari peternakan di Western Australia dan Northern Territory yang bisa dibeli.
Kedutaan Indonesia secara terpisah juga menghubungi Direktur Institut Indonesia di Perth Ross Taylor untuk maksud yang sama. Tindakan terkoordinasi ini dimaksudkan agar peluang penghentian larangan ekspor di masa depan akan berkurang.
Bulan lalu, empat pengusaha Indonesia dan dua pejabat pemerintah melakukan kunjungan ke beberapa peternakan di kawasan Broome. Dengan jumlah penduduk 250 juta, kebutuhan sapi di Indonesia sekitar 1 juta ekor setiap tahunnya. "Indonesia berusaha memproduksi sapi sendiri di dalam negeri, tetapi itu akan susah dicapai," kata Gunawan.
"Jadi, kalangan bisnis dari Indonesia berencana melakukan investasi di WA dan Northern Territory guna menjamin pasokan ternak."
Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig menghentikan pengiriman sapi ke Indonesia bulan Juni 2011 setelah laporan ABC mengenai perlakuan buruk terhadap ternak di rumah pemotongan hewan.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, larangan itu dicabut sebulan kemudian, tetapi Indonesia kemudian membalas dengan menurunkan kuota impor ternak dari Australia menjadi separuh dari sebelumya.
Penurunan impor ini menyebabkan beberapa peternakan sapi di Australia mengalami kesulitan keuangan. Di Northern Territory, sekitar 20 peternakan terancam dijual. Menurut Iwan Gunawan, tindakan yang dilakukan Joe Ludwig menyebabkan Indonesia sekarang berusaha melakukan investasi sendiri di Australia.
"Jika sebuah negara sudah setuju untuk memasok makanan, tidak bisa dengan tiba-tiba menghentikannya. Ini harus didiskusikan dengan semua pihak. Sekarang apabila Indonesia melakukan investasi sendiri di Australia, bisa memperkecil masalah di masa depan." kata Iwan Gunawan.
Indonesia akan menaikkan kuota ekspor sapi dari Australia, setelah kunjungan yang dilakukan oleh Menteri Industri Utama dari Northern Territory Willem Westa Van Holthe dan Menteri Pertanian Queensland John McVeigh yang masih berada di Indonesia.
Menurut laporan ABC pada Selasa (14/5/2013) mengutip John McVeigh, kenaikan kuota itu akan mulai berlaku pada bulan Juni, sebulan lebih cepat dari kuota kuartal ketiga tahun 2013. Dengan kenaikan itu, Australia akan bisa memasok tambahan 20.000-25.000 sapi dari Australia bagian utara.
"Kami semua sedang membangun kembali hubungan di sini, mencoba memahami kebutuhan jangka pendek dan visi jangka panjang kedua belah pihak," kata McVeigh sebagaimana dilaporkan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya.
Menurut Westra Van Holthe, perundingan dengan Pemerintah Indonesia berjalan baik, dan Asosiasi Peternak Northen Territory menyambut baik adanya kenaikan kuota tersebut.
Direktur Eksekutif Asosiasi Peternak Northen Territory Luke Bown mengatakan, keputusan ini muncul di saat yang tepat. "Di bagian utara, kami baru saja memulai musim mengumpulkan ternak," kata Bowen. "Ini saatnya hampir semua ternak harus dialihkan. Sekarang ini pasar di Australia sepi sekali. Peluang apa pun untuk bisa memindahkan ternak ini ke pasar ekspor tentu harus disambut dengan gembira," lanjut Bowen.
Menurut Bowen, Indonesia tahun ini hanya mengeluarkan izin 267.000 ternak impor, turun 50 persen dari tahun sebelumnya
web sapinya : http://www.omt.com.au/index-4.html
Australia dikenal sebagai pemasok pemasok sapi hidup dan daging sapi ke Indonesia. Jangan heran begitu diberlakukan kebijakan penurunan kuota import dan swasembada daging sapi oleh pemerintah Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia telah mengurangi impor sapi ternak dari australia, dari 283.000 ekor pada 2012 menjadi 267.000 ekor tahun 2013 inii. Pengurangan impor sapi pada 2013 menjadi 14 persen dari konsumsi domestik dan akan dikurangi lagi menjadi 10 persen pada 2014.
Di tengah upaya-upaya pengurangan kuota itu, yang mengejutkan ada perusahaan swasta asal Indonesia ternyata telah memiliki lahan peternakan raksasa di Australia luasnya bisa mencapai 2 kali Pulau Bali. Kenyataan ini semakin memberi peluang rencana konsorsium BUMN untuk menggarap lahan serupa di Negeri Kangguru tersebut.
"Ada perusahaan Indonesia di sana, namanya Oceanik. Dia punya tanah 2 kali pulau Bali. Bisa invest di sana, dikasih sama pemerintah di sana. Dari sana, mereka melakukan peternakan 20 ribu-60 ribu (ekor)," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (3/7).
Perusahaan bernama Oceanic Multitrading Pty. Ltd yang didirikan oleh Nisin Sunito pada tahun 1992. Menurutnya, pemerintah Australia membuka peluang untuk investor asing berinvestasi bidang peternakan di negaranya, termasuk investor asal Indonesia.
Diakuinya, terkait rencana BUMN Indonesia membuka 1 juta hektar peternakan sapi di Australia merupakan ide menarik. Hal ini bisa menutupi kekurangan pasokan daging sapi nasional. "Itu sesuatu ide yang bagus. Kita kekurangan lahan di sini," tambahnya.
Menurutnya, untuk mencapai swasembada daging, setidaknya Indonesia harus memiliki cadangan hingga 60 juta ekor sapi. Sementara hasil sensus terbaru, Indonesia baru memiliki 13 juta ekor sapi. "Kalau menurut Pak Gita (Mendag Gita Wirjawan) kita harus punya 60 juta sapi untuk swasembada. Itu dalam waktu 5-10 tahun harus mencapai 60 juta," terangnya.
Tak hanya Oceanic, beberapa perusahaan Indonesia, termasuk milik pemerintah, akan menghabiskan dana puluhan juta dollar guna membeli peternakan sapi di Negara Bagian Western Australia guna memastikan pasokan sapi ke Indonesia terjamin.
Menurut laporan harian The West Australian, pejabat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan berkunjung ke Australia bulan depan. Disebutkan, BKPM akan berusaha meyakinan para pemilik peternakan guna menerima investasi dari Indonesia sehingga pasokan daging sapi untuk kelas menengah yang semakin tumbuh --diperkirakan sekitar 80 juta jiwa-- terpenuhi.
Seorang pengusaha senior Indonesia telah menghubungi pengusaha Indonesia yang tinggal di Perth, Iwan Gunawan, guna mencari peternakan di Western Australia dan Northern Territory yang bisa dibeli.
Kedutaan Indonesia secara terpisah juga menghubungi Direktur Institut Indonesia di Perth Ross Taylor untuk maksud yang sama. Tindakan terkoordinasi ini dimaksudkan agar peluang penghentian larangan ekspor di masa depan akan berkurang.
Bulan lalu, empat pengusaha Indonesia dan dua pejabat pemerintah melakukan kunjungan ke beberapa peternakan di kawasan Broome. Dengan jumlah penduduk 250 juta, kebutuhan sapi di Indonesia sekitar 1 juta ekor setiap tahunnya. "Indonesia berusaha memproduksi sapi sendiri di dalam negeri, tetapi itu akan susah dicapai," kata Gunawan.
"Jadi, kalangan bisnis dari Indonesia berencana melakukan investasi di WA dan Northern Territory guna menjamin pasokan ternak."
Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig menghentikan pengiriman sapi ke Indonesia bulan Juni 2011 setelah laporan ABC mengenai perlakuan buruk terhadap ternak di rumah pemotongan hewan.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, larangan itu dicabut sebulan kemudian, tetapi Indonesia kemudian membalas dengan menurunkan kuota impor ternak dari Australia menjadi separuh dari sebelumya.
Penurunan impor ini menyebabkan beberapa peternakan sapi di Australia mengalami kesulitan keuangan. Di Northern Territory, sekitar 20 peternakan terancam dijual. Menurut Iwan Gunawan, tindakan yang dilakukan Joe Ludwig menyebabkan Indonesia sekarang berusaha melakukan investasi sendiri di Australia.
"Jika sebuah negara sudah setuju untuk memasok makanan, tidak bisa dengan tiba-tiba menghentikannya. Ini harus didiskusikan dengan semua pihak. Sekarang apabila Indonesia melakukan investasi sendiri di Australia, bisa memperkecil masalah di masa depan." kata Iwan Gunawan.
Indonesia akan menaikkan kuota ekspor sapi dari Australia, setelah kunjungan yang dilakukan oleh Menteri Industri Utama dari Northern Territory Willem Westa Van Holthe dan Menteri Pertanian Queensland John McVeigh yang masih berada di Indonesia.
Menurut laporan ABC pada Selasa (14/5/2013) mengutip John McVeigh, kenaikan kuota itu akan mulai berlaku pada bulan Juni, sebulan lebih cepat dari kuota kuartal ketiga tahun 2013. Dengan kenaikan itu, Australia akan bisa memasok tambahan 20.000-25.000 sapi dari Australia bagian utara.
"Kami semua sedang membangun kembali hubungan di sini, mencoba memahami kebutuhan jangka pendek dan visi jangka panjang kedua belah pihak," kata McVeigh sebagaimana dilaporkan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya.
Menurut Westra Van Holthe, perundingan dengan Pemerintah Indonesia berjalan baik, dan Asosiasi Peternak Northen Territory menyambut baik adanya kenaikan kuota tersebut.
Direktur Eksekutif Asosiasi Peternak Northen Territory Luke Bown mengatakan, keputusan ini muncul di saat yang tepat. "Di bagian utara, kami baru saja memulai musim mengumpulkan ternak," kata Bowen. "Ini saatnya hampir semua ternak harus dialihkan. Sekarang ini pasar di Australia sepi sekali. Peluang apa pun untuk bisa memindahkan ternak ini ke pasar ekspor tentu harus disambut dengan gembira," lanjut Bowen.
Menurut Bowen, Indonesia tahun ini hanya mengeluarkan izin 267.000 ternak impor, turun 50 persen dari tahun sebelumnya
web sapinya : http://www.omt.com.au/index-4.html
berita terkait lainnya....
Spoiler for lainnya:
SETELAH 36 tahun meninggalkan Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, Nisin Sunito, 48, kembali. Si ‘Anak Hilang’ itu menginjakkan kakinya lagi di Bumi Marunting Batu Aji ini. Kedatangan putra Kobar yang sukses menjadi pengusaha di negara Kanguru, Australia tersebut berkat komunikasinya dengan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Kalimantan Tengah, H Hamdhani.
Hamdhani mengungkapkan, tali silaturahim mereka kembali tersambung berkat jagad maya, beberapa bulan lalu. Suatu hari, urai Hamdhani, Nisin menghubunginya lewat media sosial, facebook. Nisin yang semula ragu lewat FB menanyakan apakah Hamdhani adalah temannya saat di SD Teladan Pangkalan Bun, tamatan 1976. Sejak itu pertemanan kembali tersambung, sampai akhirnya mereka sempat bertemu beberapa kali, di Jakarta dan juga di Australia.
“Pak Hamdhani teman sekolah saya di SD Teladan Pangkalan Bun,” kata Nisin Sunito, Managing Director Oceanic Multitrading PTY.LTD Australia kepada pers, di Restoran Meranti, Pangkalan Bun, Rabu (3/7) siang.
Saat yang sama Nisin ditemani Hamdhani, pengusaha Franky Pangestu. Juga ada dua putra Nisin Sunito, Steven dan Aufar. Kedatangannya ke Kobar selain sebagai obat kangen kampung halaman, juga untuk mengenalkan kepada dua putranya itu, mengenai sejarah asal usul dan kampung halaman ayahnya.
“Sejak lulus dari SD Teladan yang kini dikenal dengan nama SDN 1 Sidorejo saya mengikuti orang tua yang pindah ke Surabaya,” ujar pria kelahiran Pangkalan Bun, 1965 itu.
Nisin mengaku bangga pada orang tuanya yang selalu menekankan pentingnya pendidikan, sampai ke negeri orang, Australia. Ia memberikan keleluasaan bagi anak-anaknya, Nisin, dan adiknya, Iwan Sunito, yang juga sukses sebagai pengusaha properti di Australia.
“Kalau Kobar ingin maju, harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang andal. Kalau kita mau pasti bisa,” katanya.
Tanpa bermaksud menyombongkan diri, Nisin mencontohkan dirinya, yang tergolong sukses di Negeri Orang. Hamdhani mengamini penuturan sobatnya. Bukan perkara gampang untuk sukses dalam persaingan, baik di Kobar, provinsi, apalagi di pentas nasional, dan global. “Selain membutuhkan tingkat intelektual yang baik, juga harus disertai kerja keras dan semangat pantang mundur. Nisin Sunito contoh konkritnya.”
Di Australia, selain adiknya yang sukses sebagai pengusaha properti, Nisin juga tak kalah gemilang. Ia pengusaha kertas, selain sukses sebagai eksportir dan importir. Ia juga memiliki kawasan peternakan dan pertambangan seluas 331.800 hektare di sana. Ia memiliki sekitar 16 ribu ekor sapi yang siap diekspor ke Indonesia, termasuk di Kobar.
“Sayang terkendala oleh ijin impor,” katanya.
Kedatangannya kali ini untuk menjajaki peluang bisnis di Kobar dan Indonesia pada umumnya. Kalau ada jalan ia berniat menanamkan investasi dalam bisnis peternakan sapi dan wisata berburu dan lainnya. “Berbagai potensi sumber daya alam (SDA) dan pariwisata di Kobar bisa dikembangkan guna kemajuan masyarakat.
Hamdhani mengungkapkan, tali silaturahim mereka kembali tersambung berkat jagad maya, beberapa bulan lalu. Suatu hari, urai Hamdhani, Nisin menghubunginya lewat media sosial, facebook. Nisin yang semula ragu lewat FB menanyakan apakah Hamdhani adalah temannya saat di SD Teladan Pangkalan Bun, tamatan 1976. Sejak itu pertemanan kembali tersambung, sampai akhirnya mereka sempat bertemu beberapa kali, di Jakarta dan juga di Australia.
“Pak Hamdhani teman sekolah saya di SD Teladan Pangkalan Bun,” kata Nisin Sunito, Managing Director Oceanic Multitrading PTY.LTD Australia kepada pers, di Restoran Meranti, Pangkalan Bun, Rabu (3/7) siang.
Saat yang sama Nisin ditemani Hamdhani, pengusaha Franky Pangestu. Juga ada dua putra Nisin Sunito, Steven dan Aufar. Kedatangannya ke Kobar selain sebagai obat kangen kampung halaman, juga untuk mengenalkan kepada dua putranya itu, mengenai sejarah asal usul dan kampung halaman ayahnya.
“Sejak lulus dari SD Teladan yang kini dikenal dengan nama SDN 1 Sidorejo saya mengikuti orang tua yang pindah ke Surabaya,” ujar pria kelahiran Pangkalan Bun, 1965 itu.
Nisin mengaku bangga pada orang tuanya yang selalu menekankan pentingnya pendidikan, sampai ke negeri orang, Australia. Ia memberikan keleluasaan bagi anak-anaknya, Nisin, dan adiknya, Iwan Sunito, yang juga sukses sebagai pengusaha properti di Australia.
“Kalau Kobar ingin maju, harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang andal. Kalau kita mau pasti bisa,” katanya.
Tanpa bermaksud menyombongkan diri, Nisin mencontohkan dirinya, yang tergolong sukses di Negeri Orang. Hamdhani mengamini penuturan sobatnya. Bukan perkara gampang untuk sukses dalam persaingan, baik di Kobar, provinsi, apalagi di pentas nasional, dan global. “Selain membutuhkan tingkat intelektual yang baik, juga harus disertai kerja keras dan semangat pantang mundur. Nisin Sunito contoh konkritnya.”
Di Australia, selain adiknya yang sukses sebagai pengusaha properti, Nisin juga tak kalah gemilang. Ia pengusaha kertas, selain sukses sebagai eksportir dan importir. Ia juga memiliki kawasan peternakan dan pertambangan seluas 331.800 hektare di sana. Ia memiliki sekitar 16 ribu ekor sapi yang siap diekspor ke Indonesia, termasuk di Kobar.
“Sayang terkendala oleh ijin impor,” katanya.
Kedatangannya kali ini untuk menjajaki peluang bisnis di Kobar dan Indonesia pada umumnya. Kalau ada jalan ia berniat menanamkan investasi dalam bisnis peternakan sapi dan wisata berburu dan lainnya. “Berbagai potensi sumber daya alam (SDA) dan pariwisata di Kobar bisa dikembangkan guna kemajuan masyarakat.
Spoiler for fotonya:
berdasarkan request dari agan-agan ane tampilin nih fotonya :

orangnya yang paki dasi ya gan

orangnya yang paki dasi ya gan
website perusahaannya : http://www.omt.com.au/and
Spoiler for sumber:
http://www.beritametro.co.id/peristi...ali-pulau-bali
http://borneonews.co.id/head/4531-ni...si-anak-hilang
Spoiler for Tanggapan:
Quote:
Original Posted By rehinoys►Buat agan2 yg masih nanya kenapa ga invest didalem negeri? Ane punya pendapat gan, mungkin dia invest diluar negeri karena kondisinya lebih memungkinan buat invest diluar gan, australia itu luas daratannya sekitar 7 juta km persegi, penduduknya 21 juta, sedangkan di indo, luas daratanya 1,9 juta km persegi, tapi penduduknya 240 juta. Nah dari situ kan keliatan gan bahwa permintaan tanah di indo bakal jauh lebih besar daripada permintaan tanah di australia, ane mahasiswa peternakan gan, dosen ane bilang bakalan susah untuk invest disini karena banyak kepentingannya dalam tata kelola tanah, seperti untuk nyediain rumah, untuk sawah pertanian, untuk kawasan konservasi hutan, untuk industri juga. Di australia tanah luas, tapi kebanyakan gersang gan, ga cocok untuk komoditas pertanian tanaman, jadi cocoknya untuk padang penggembalaan peternakan. Mungkin itu yg jadi pertimbangan kenapa dia invest di aussie
Quote:
Original Posted By darkcloudangel►Kenapa dia investasi di Australia??
1. lahan dikasih (entah free atau dipinjamkan);
2. Tata peraturan pemerintah lebih baik kemana2 dibanding disini;
3. Mungkin dapat tax holiday;
4. biaya produksi lebih terukur (ga ada pungli)
5. ga ada preman kampung minta jatah mabok tiap minggu
6. keamanan (ga banyak maling)
7. penegakan hukum jelas, sekelompok ormas ga bisa ngatur pemerintah kaya disini
8. Ga ada aparat yang minta jatah;
9. Masyarakatnya yang menjadi karyawan disana lebih pintar dan ga banyak macem2 soal kerja
10. dll.
dibanding disini, baru mau bikin izin usaha aja dah diminta duit ini itu..
pas dah jalan usahanya tiap hari ada yang datang minta jatah, dari preman sampai aparat..
belum lagi pemerintahannya yang kelewat bego..
yang ada cuma buang duit doang..
1. lahan dikasih (entah free atau dipinjamkan);
2. Tata peraturan pemerintah lebih baik kemana2 dibanding disini;
3. Mungkin dapat tax holiday;
4. biaya produksi lebih terukur (ga ada pungli)
5. ga ada preman kampung minta jatah mabok tiap minggu
6. keamanan (ga banyak maling)
7. penegakan hukum jelas, sekelompok ormas ga bisa ngatur pemerintah kaya disini
8. Ga ada aparat yang minta jatah;
9. Masyarakatnya yang menjadi karyawan disana lebih pintar dan ga banyak macem2 soal kerja
10. dll.
dibanding disini, baru mau bikin izin usaha aja dah diminta duit ini itu..
pas dah jalan usahanya tiap hari ada yang datang minta jatah, dari preman sampai aparat..
belum lagi pemerintahannya yang kelewat bego..
yang ada cuma buang duit doang..
Quote:
Mampir juga ke thread ane yang lain ya gan :
Cara Menghilangkan Bau Amis Pada Ikan #HT
Aquarium Beku di Jepang Kori no Suizokukan
Petai : “Si Bau” yang Banyak Nutrisi dan Manfaat
RI Import Minyak dari negara yang tidak memiliki SDA minyak
Cara Yang Benar Menyelesaikan Tes Kraeplin
HATI-HATI MENUKAR UANG ASING (DOLLAR,EURO, DLL) DI BALI...!!
Mouse Wireless Logitech Bergaransi
(BAJU ANAK) Piyama GW Anak (49,50,51,52,53) murah, Good Quality.. adem.. lembut
Cara Menghilangkan Bau Amis Pada Ikan #HT
Aquarium Beku di Jepang Kori no Suizokukan
Petai : “Si Bau” yang Banyak Nutrisi dan Manfaat
RI Import Minyak dari negara yang tidak memiliki SDA minyak
Cara Yang Benar Menyelesaikan Tes Kraeplin
HATI-HATI MENUKAR UANG ASING (DOLLAR,EURO, DLL) DI BALI...!!
Mouse Wireless Logitech Bergaransi
(BAJU ANAK) Piyama GW Anak (49,50,51,52,53) murah, Good Quality.. adem.. lembut
Diubah oleh 5armento 09-09-2014 06:55
0
24.9K
Kutip
136
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan