Nusa Ceninganadalah sebuah pulau kecil—seluas 300.6 Ha—di bagian tenggara Pulau Bali, yang merupakan salah satu bagian pulau dari tiga gugusan kepulaun di Nusa Penida (Nusa Lembongan – Nusa Ceningan – Nusa Penida.)
Di pulau ini terdapat 2 dusun, yaitu Dusun Ceningan Kawan, dan Dusun Ceningan Kangin. Yang terdiri dari 6 Banjar Adat yaitu Banjar Adat Parangan tengah, Ambentiying, Ceningan Tengah, Anggrek, Batumelawang dan Gili Mekarnadi.
Berdasarkan kerjasama pemetaan yang pernah dilakukan pada tahun 2,000 oleh masyarakat sekitar dan berbagai LSM, jumlah penduduk Nusa Ceningan adalah sebanyak 1523 jiwa, dengan 300 Kepala Keluarga.

Di Nusa Ceningan sendiri terdapat beberapa Pura seperti:
- Pura Batu Banglas/Goa Raja - di ujung timur
- Pura Bakung – di ujung utara
- Pura Dalem Buhu – di ujung selatan
- Pura Batumelawang – di ujung barat
- Pura Tri Adi Sakti – di tengah
- Pura Ceng Mundi Raja Peni
- Pura Wayah Dalem Majapahit
- Pura Pesamuan Lawang Sari
- Pura Payogan Manik Gumulung
Masing-masing pura tersebut memiliki ceritanya tersendiri bila dikaitkan dengan keberadaan dan sejarah Nusa Penida dan Nusa Ceningan.

Lantas, apa saja yang ditawarkan oleh Nusa Ceningan untuk para traveler seperti kita? Banyak gan, diantaranya yaitu:

Surfing.Bisa dibilang, surfing adalah atraksi paling utama dari Nusa Ceningan. Ketinggian ombaknya juga tidak menentu, sekarang Cuma selutut, sejam kemudian bisa setinggi kepala orang dewasa, bahkan lebih. Ekstreme pokoknya.


Video Surfing Ceningan

Lompat tebing. Nah, ini atraksi kedua Gan. Tinggi tebingnya ‘Cuma’ 13 meter aja. Tapi biarpun ‘Cuma’ setinggi itu, sayangnya saya gak sempet mencoba lompat waktu mampir kesini. Sibuk banget soalnya. #alibi, padahal mah takut




Hunting sunset. Bisa dilakukan di sekitar area lompat tebing. Arealnya yang sangat terbuka memungkinkan kita untuk bisa melihat matahari terbenam dari beberapa lokasi di sekitar tebing.

Explore area tebing Ceningan. Tempat ini luasnya bukan main gan. Untuk menjelajah ke sekitar tebing-tebing tingginya bisa memakan waktu sekitar 2-3 jam. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki.

Blow Hole. Blow hole ini merupakan ‘goa laut’ yang mengarah ke atas permukaan tanah. Jadi, ketika udara tertiup melalui lubang kecil di permukaan karena adanya perbedaan tekanan antara sistem tertutup di bawah tanah dengan di permukaan, air akan tersembur keluar. Semakin tinggi tekananannya, semakin tinggi pula semburan air yang dihasilkan.

Menyaksikan fauna laut. Pada musim-musim tertentu, dari sekitar area jumping, kita bisa menyaksikan lumba-lumba, mantaray, dan penyu berenang di sekitar blue lagoon Ceningan.

Explore Pulau Ceningan.Bisa dilakukan dengan menggunakan sepeda motor, atau jalan kaki (bila mampu.)

Seluruh atraksi yang ditawarkan oleh Nusa Ceningan di atas, sifatnya sangat tergantung pada kondisi cuaca/musim—kecuali keliling desa—jadi, pastikan waktu kunjungan Agan-agan sekalian benar-benar tepat, sebelum memutuskan untuk berlibur ke Nusa Ceningan.

Sekarang, tinggal bagaimana cara mencapai ke Nusa Ceningan. Untuk mencapai Nusa Ceningan relatif mudah, bila di breakdown, skema perjalanan Agan akan seperti ini:

Bandara Ngurah Rai, Denpasar – Pantai Sanur = 250,000Rp (Sewa mobil - 40 menit)
Pantai Sanur – Nusa Lembongan = 85,000Rp-125,000Rp (Speedboat per-orang - 30 menit)
Dan…
Nusa Lembongan (Desa Jungut Batu) – Nusa Ceningan = 50,000Rp (Sewa Motor – 30 menit)
Nusa Lembongan (Desa Lembongan) – Nusa Ceningan = 50,000Rp (Sewa Motor – 10-15 menit)

Ada 2 lokasi yang bisa kita jadikan sebagai starting point Gan, yaitu dari Desa Jungut Batu, atau dari Desa Lembongan. Pilihannya tinggal tergantung dari kapal apa yang Agan gunakan untuk menyeberang dari Pantai Sanur, apakah tujuannya ke Jungut Batu, atau ke Lembongan.

Untuk ke Ceningan Jumping Cliff, kita bisa ambil jalan yang ke arah selatan. Satu-satunya akses “darat” untuk mencapai Nusa Ceningan, adalah melalui suspension bridge (jembatan gantung) berwarna kuning. Jembatan ini adalah penghubung antara Nusa Lembongan dengan Nusa Ceningan. Jembatan ini hanya bisa dilewati motor dan pejalan kaki saja.

Selepas jembatan, tak ada sama sekali penunjuk arah. Karenanya, kita harus sering-sering bertanya, sekaligus mengandalkan insting ‘orienteering’ Gan. Yang penting yakin. Pasti sampe!