- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cara berburu ala Suku Dayak


TS
fontenoy
Cara berburu ala Suku Dayak

Quote:

Quote:
nubie mau buat trit nih, semoga berkenan buat para kaskuser, maap yah kalo repost
Spoiler for maap kalo repost:

Quote:
Quote:


PENIRUAN BUNYI HEWAN
Adat istiadat Suku Dayak selalu terkait dengan ajaran kehidupan yang baik pada setiap warganya. Terutama dalam hal mencari makanan atau berburu. Mereka tidak pernah melakukan perburuan bisa persediaan makanan masih banyak. Mereka hanya akan berburu selepas musim panen dan jika akan melaksanakan upacara tradisi atau pesta.
Suku Dayak menjalani hidupnya dengan cara mendiami merambah hutan-hutan yang lebat. Untuk mendapat daging, mereka suka berburu. Karena telah terlatih secara turun-temurun, mereka mempunyai cara unik dalam berburu binatang. Sehingga mereka tidak perlu mencari binatang buruannya, melainkan binatang buruan yang mereka inginkan datang dengan sendirinya.
Suku Dayak memiliki keahlian khusus untuk memanggil binatang yang diinginkannya untuk datang mendekati mereka. Caranya tergantung dari binatang apa yang mereka buru.
Jika berburu rusa mereka akan menggunakan sejenis daun serai yang dilipat melintang dan ditiup untuk menirukan suara anak rusa. Hasil tiupannya akan muncul suara seperti suara anak rusa. Secara insting seekor rusa akan mendatangi suara ini, karena mengira anaknya membutuhkan pertolongan.
Jika yang diburu adalah Celeng atau Babi hutan yang suka sekali diambil kutunya oleh Beruk (monyet besar), maka si pemburu akan menepuk pantat mereka berulang kali sehingga muncul suara seperti Beruk menepuk badannya. Atau menangkap beruk lalu ditepuk tubuhnya agar mau mengeluarkan suaranya untuk memanggil celeng.
Kalau ingin berburu Enggang, burung besar yang suka terbang si pemburu akan menirukan suara burung dengan mulutnya sendiri dengan dimiripkan suara Elang.
Suku Dayak hanya menggunakan tombak atau sumpit yang dalam bahasa dayak disebut sipet sebagai alat berburu. Bagi suku Dayak, sumpit merupakan senjata berburu yang paling efektif. Dengan bahan dari kayu, senjata sumpit bisa tersamar di antara pepohonan. Sumpit juga tidak mengeluarkan bunyi ledakan seperti senapan, sehingga binatang buruan tidak bakal lari. Selain itu, dari jarak sekitar 200 meter, anak sumpit masih efektif merobohkan hewan buruan.
Karena sumpit mereka panjang, biasanya sumpit tersebut bisa juga digunakan sebagai tombak. Jarum sumpit yang digunakan berburu diolesi dengan ramuan racun yang berfungsi untuk melumpuhkan atau bahkan mematikan. Mereka juga membawa anjing peliharaan karena anjing mempunyai penciuman yang tajam dan berfungsi untuk mengejar binatang buruan yang lari setelah terkena racun sumpit.
Mereka juga menghitung waktu dan arah angin selama berburu. Perhitungan waktu berkaitan dengan aktivitas binatang buruan sementara arah angin untuk membantu mereka menentukan posisi untuk menyembunyikan diri. Kewaspadaan binatang buruan saat mendekati sumber bunyi yang ditirukan para pemburu, sangat dipengaruhi oleh bau asing yang dibawa angin.
Meski mereka memiliki keahlian khusus dalam berburu, hal yang bisa diambil dari kehidupan suku Dayak adalah kearifan tradisional sangat melekat. Yakni tetap memerhatikan keselarasan dan keseimbangan alam alam beserta sirkulasi rantai makanan. Sehingga mereka hanya berburu pada saat-saat tertentu ketika persediaan lauk mereka sudah mulai menipis atau mereka akan mengadakan pesta.
Suku Dayak sangat menghormati alam. Karena bagi mereka alam memberikan mereka semua kebutuhan yang mereka perlukan tergantung bagaimana kita memanfaatkan dan mengelolanya. Maka mereka tidak pernah menjual daging hewan buruan mereka. Setaip hewan buruan yang mereka dapatkan akan segera dibagi sesuai kebutuhan orang-orang yang turut berburu. Karena pelaksanaan berburu mereka secara berkelompok.
Adat istiadat Suku Dayak selalu terkait dengan ajaran kehidupan yang baik pada setiap warganya. Terutama dalam hal mencari makanan atau berburu. Mereka tidak pernah melakukan perburuan bisa persediaan makanan masih banyak. Mereka hanya akan berburu selepas musim panen dan jika akan melaksanakan upacara tradisi atau pesta.
Suku Dayak menjalani hidupnya dengan cara mendiami merambah hutan-hutan yang lebat. Untuk mendapat daging, mereka suka berburu. Karena telah terlatih secara turun-temurun, mereka mempunyai cara unik dalam berburu binatang. Sehingga mereka tidak perlu mencari binatang buruannya, melainkan binatang buruan yang mereka inginkan datang dengan sendirinya.
Suku Dayak memiliki keahlian khusus untuk memanggil binatang yang diinginkannya untuk datang mendekati mereka. Caranya tergantung dari binatang apa yang mereka buru.
Jika berburu rusa mereka akan menggunakan sejenis daun serai yang dilipat melintang dan ditiup untuk menirukan suara anak rusa. Hasil tiupannya akan muncul suara seperti suara anak rusa. Secara insting seekor rusa akan mendatangi suara ini, karena mengira anaknya membutuhkan pertolongan.
Jika yang diburu adalah Celeng atau Babi hutan yang suka sekali diambil kutunya oleh Beruk (monyet besar), maka si pemburu akan menepuk pantat mereka berulang kali sehingga muncul suara seperti Beruk menepuk badannya. Atau menangkap beruk lalu ditepuk tubuhnya agar mau mengeluarkan suaranya untuk memanggil celeng.
Kalau ingin berburu Enggang, burung besar yang suka terbang si pemburu akan menirukan suara burung dengan mulutnya sendiri dengan dimiripkan suara Elang.
Suku Dayak hanya menggunakan tombak atau sumpit yang dalam bahasa dayak disebut sipet sebagai alat berburu. Bagi suku Dayak, sumpit merupakan senjata berburu yang paling efektif. Dengan bahan dari kayu, senjata sumpit bisa tersamar di antara pepohonan. Sumpit juga tidak mengeluarkan bunyi ledakan seperti senapan, sehingga binatang buruan tidak bakal lari. Selain itu, dari jarak sekitar 200 meter, anak sumpit masih efektif merobohkan hewan buruan.
Karena sumpit mereka panjang, biasanya sumpit tersebut bisa juga digunakan sebagai tombak. Jarum sumpit yang digunakan berburu diolesi dengan ramuan racun yang berfungsi untuk melumpuhkan atau bahkan mematikan. Mereka juga membawa anjing peliharaan karena anjing mempunyai penciuman yang tajam dan berfungsi untuk mengejar binatang buruan yang lari setelah terkena racun sumpit.
Mereka juga menghitung waktu dan arah angin selama berburu. Perhitungan waktu berkaitan dengan aktivitas binatang buruan sementara arah angin untuk membantu mereka menentukan posisi untuk menyembunyikan diri. Kewaspadaan binatang buruan saat mendekati sumber bunyi yang ditirukan para pemburu, sangat dipengaruhi oleh bau asing yang dibawa angin.
Meski mereka memiliki keahlian khusus dalam berburu, hal yang bisa diambil dari kehidupan suku Dayak adalah kearifan tradisional sangat melekat. Yakni tetap memerhatikan keselarasan dan keseimbangan alam alam beserta sirkulasi rantai makanan. Sehingga mereka hanya berburu pada saat-saat tertentu ketika persediaan lauk mereka sudah mulai menipis atau mereka akan mengadakan pesta.
Suku Dayak sangat menghormati alam. Karena bagi mereka alam memberikan mereka semua kebutuhan yang mereka perlukan tergantung bagaimana kita memanfaatkan dan mengelolanya. Maka mereka tidak pernah menjual daging hewan buruan mereka. Setaip hewan buruan yang mereka dapatkan akan segera dibagi sesuai kebutuhan orang-orang yang turut berburu. Karena pelaksanaan berburu mereka secara berkelompok.
Quote:
Spoiler for Suku Dayak:
Quote:



Quote:
Quote:


Di masa lalu, berburu menjadi keseharian Suku Dayak Kenyah Lepoq Jalan, yang mendiami Desa Lung Anai, di kecamatan Loa Kulu, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Berbekal senjata tradisional, mereka mampu melumpuhkan hewan-hewan buruan seperti burung atau monyet.
Senjata tradisional yang mereka gunakan adalah sumpit yang dalam bahasa setempat disebut kleput. Pada bagian depan kleput terdapat mata tombak yang disebut nyatap, yang berfungsi untuk mengantisipasi serangan hewan buruan.
Sebelum menembak ke arah sasaran, anak panah atau anak kleput yang berbahan kayu talang, akan dilumuri racun saloq terlebih dahulu. Racun saloq adalah racun yang terbuat dari getah kayu saloq. Uniknya, racun yang mampu melumpuhkan sasaran ini tidak meracuni manusia yang menyantap hewan buruannya.
Kini, kleput tak melulu dipakai untuk berburu. Ketangkasan menembak papan sasaran dengan menggunakan kleput sering dilombakan. Selain untuk terus menciptakan penyumpit ulung, perlombaan ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan senjata tradisional ini.
Bukan perkara mudah menggunakan kleput. Untuk menjadi penyumpit jitu, proses latihan fisik dan latihan menyumpit harus rutin dilakukan. Senam perut sangat dibutuhkan saat belajar menyumpit.
Fungsinya untuk mengolah pernapasan dan memperkuat otot perut agar mampu mendorong udara secara maksimal saat meniup kleput. Semakin kuat tiupan, semakin cepat dan jauh pula anak kleput melesat.
Senjata tiup berbahan kayu ulin ini memiliki panjang 1,5 hingga 2 meter. Meski ramping, bobotnya cukup berat. Tidak heran jika para penyumpit juga harus melatih kekuatan tangan dengan latihan angkat batu. Sebagai tambahan, cara berjingkat ala pemburu juga diajarkan. Teknik berjalan ini sangat berguna ketika mengintai hewan buruan.

Dalam kompetisi menyumpit, jarak tembak di babak pertama ditentukan sejauh 10 meter. Semakin dekat anak kleput mendekati tengah papan sasaran, semakin besar pula skor yang didapat oleh peserta.
Di babak selanjutnya, jarak tembak yang semula 10 meter akan ditambah menjadi 15 meter. Jika skor akumulasi dari tiap babak berjumlah sama, maka peserta harus melalui babak tambahan.
Di tahap ini, peserta tidak lagi menyumpit sambil berdiri, melainkan berjongkok. Tentunya, perbedaan tinggi papan sasaran membuat tantangan semakin besar. Persaingan pun semakin seru.
Jika Anda berminat untuk mengenal lebih dalam mengenai sumpit, bisa datangi Desa Budaya Lung Anai di Kecamatan Loa Kulu, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Untuk menuju desa ini dapat ditempuh dari Bandara Balikpapan selama sekitar 8 jam perjalanan darat menggunakan mobil.
Sayangnya, tidak ada angkutan umum yang langsung menuju lokasi. Sementara itu, untuk akomodasi bisa pilih penginapan terdekat di Kota Samarinda. Sebab, tidak ada penginapan di sekitar desa.
Anda bisa menyaksikan aneka permainan tradisional seru lainnya di program "Kampung Main" yang tayang di Kompas TV setiap hari Sabtu pada pukul 10.00 WIB.
Senjata tradisional yang mereka gunakan adalah sumpit yang dalam bahasa setempat disebut kleput. Pada bagian depan kleput terdapat mata tombak yang disebut nyatap, yang berfungsi untuk mengantisipasi serangan hewan buruan.
Sebelum menembak ke arah sasaran, anak panah atau anak kleput yang berbahan kayu talang, akan dilumuri racun saloq terlebih dahulu. Racun saloq adalah racun yang terbuat dari getah kayu saloq. Uniknya, racun yang mampu melumpuhkan sasaran ini tidak meracuni manusia yang menyantap hewan buruannya.
Kini, kleput tak melulu dipakai untuk berburu. Ketangkasan menembak papan sasaran dengan menggunakan kleput sering dilombakan. Selain untuk terus menciptakan penyumpit ulung, perlombaan ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan senjata tradisional ini.
Bukan perkara mudah menggunakan kleput. Untuk menjadi penyumpit jitu, proses latihan fisik dan latihan menyumpit harus rutin dilakukan. Senam perut sangat dibutuhkan saat belajar menyumpit.
Fungsinya untuk mengolah pernapasan dan memperkuat otot perut agar mampu mendorong udara secara maksimal saat meniup kleput. Semakin kuat tiupan, semakin cepat dan jauh pula anak kleput melesat.
Senjata tiup berbahan kayu ulin ini memiliki panjang 1,5 hingga 2 meter. Meski ramping, bobotnya cukup berat. Tidak heran jika para penyumpit juga harus melatih kekuatan tangan dengan latihan angkat batu. Sebagai tambahan, cara berjingkat ala pemburu juga diajarkan. Teknik berjalan ini sangat berguna ketika mengintai hewan buruan.
Spoiler for Kleput/Sumpit ala Suku Dayak:
Quote:


Dalam kompetisi menyumpit, jarak tembak di babak pertama ditentukan sejauh 10 meter. Semakin dekat anak kleput mendekati tengah papan sasaran, semakin besar pula skor yang didapat oleh peserta.
Di babak selanjutnya, jarak tembak yang semula 10 meter akan ditambah menjadi 15 meter. Jika skor akumulasi dari tiap babak berjumlah sama, maka peserta harus melalui babak tambahan.
Di tahap ini, peserta tidak lagi menyumpit sambil berdiri, melainkan berjongkok. Tentunya, perbedaan tinggi papan sasaran membuat tantangan semakin besar. Persaingan pun semakin seru.
Jika Anda berminat untuk mengenal lebih dalam mengenai sumpit, bisa datangi Desa Budaya Lung Anai di Kecamatan Loa Kulu, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Untuk menuju desa ini dapat ditempuh dari Bandara Balikpapan selama sekitar 8 jam perjalanan darat menggunakan mobil.
Sayangnya, tidak ada angkutan umum yang langsung menuju lokasi. Sementara itu, untuk akomodasi bisa pilih penginapan terdekat di Kota Samarinda. Sebab, tidak ada penginapan di sekitar desa.
Anda bisa menyaksikan aneka permainan tradisional seru lainnya di program "Kampung Main" yang tayang di Kompas TV setiap hari Sabtu pada pukul 10.00 WIB.
Quote:
[URL="http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1114/cara-berburu-ala-suku-dayak#photo[gallery]Sumber 1[/URL]
Sumber 2
Sumber 2
Quote:
minta koment dan 
nya ya gan 




Quote:
kalo berkenan ane minta di 
ya



Quote:
Quote:


Quote:
Diubah oleh fontenoy 03-04-2013 13:01
0
17.2K
Kutip
98
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan