- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
TS
jurigciwidey
RARASUKMA [DESA KOLONG MAYIT] (TAMAT)
Quote:
Good news for me gan, kemaren ane dah ketemu dengan pihak PH, dan sepakat mereka mengangkat ide cerita tentang kolong mayit sebagai film yang akan mereka buat...
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
Mereka akan membuat cerita baru dengan desa kolong mayit sebagai latarnya, sehingga akan sedikit berbeda dengan cerita rarasukma yang ane buat
terlepas dari hal itu, ane hanya meminta doanya kepada agan-agan dan sista semua, semoga semuanya di lancarkan ketika prosesnya berjalan dan ide cerita yang akan di jadikan film bisa diterima oleh masyarakat luas
SAMPURASUN
Setelah beberapa tahun menghilang, karena cerita-cerita sebelumnya di tarik oleh salah satu platform, akhirnya kini ane kembali lagi gan. seperti pulang ke kampung halaman setelah merantau selama dua tahun lamanya
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Di thread ini ane kembali bercerita, sebuah kisah yang mungkin bisa di nikmati oleh para agan dan sista yang mampir ke thread ane ini.
namun, sebelum baca mohon untuk tidak mengcopy, mengedit, bahkan menyebarkan ke platform atau media lain tanpa seizin dari saya ya.
maka dari itu, mari kita mulai ceritanya.
Quote:
Rara, begitulah namanya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
Seseorang yang awalnya adalah gadis biasa, hingga dimana dirinya mendapatkan sesuatu tragedi yang membuat dirinya harus berurusan dengan hal gaib di dalam hidupnya. dan ini adalah awal yang merubah kehidupannya.
Dimana tubuhnya dipaksa untuk bisa menerima semua kejadian yang diluar nalar beserta semua tragedi yang ada di dalamnya.
ARC 1 : AWAL MULA RARA
BAB 1 (DIBAWAH)
BAB 2 (HILANG)
BAB 3 (RAMAI)
BAB 4 (RUANGAN)
BAB 5 (PULANG)
BAB 6 (SUASANA)
BAB 7 (MELARIKAN DIRI)
BAB 8 TERSADARKAN
ARC 2 : EXPEDISI
BAB 9 SATU BULAN KEMUDIAN
BAB 10 PERTEMUAN
BAB 11
MBAH WALANG
BAB 12 KEBERANGKATAN
BAB 13 BERKUMPUL
BAB 14 MALAM PERTAMA
BAB 15 KELUAR
BAB 16 DARAH
BAB 17 MEMULAI PERJALANAN
BAB 18 LEUWEUNG KUNTI
BAB 19 PERDEBATAN
BAB 20 MEREKA
BAB 21 DILUAR RENCANA
BAB 22 KEPANIKAN
BAB 23 MENGIKUTI
BAB 24 BERPENCAR
BAB 25 MIMPI
BAB 26 KETAKUTAN
BAB 27 SAMPAI
BAB 28 DESA
BAB 29 DIMALAM PERTAMA
BAB 30 KERAMAT
BAB 31 TERSENYUM
BAB 32 TIDAK TERDUGA
BAB 33 KEPANIKAN
BAB 34 MENGUNGSI
BAB 35 KETIDAKTAHUAN
BAB 36 KENYATAAN
BAB 37 TERROR
BAB 38 KETAKUTAN
BAB 39 MELARIKAN DIRI
BAB 40 DIA
BAB 41 DIBALIK ITU SEMUA
BAB 42 PENYESALAN
BAB 43 BANTUAN
BAB 44 MENGHILANG KEMBALI
BAB 45 TERNYATA DIA
BAB 46 KEMBALI
BAB 47 DATANG
BAB 48 BEBERAPA WAKTU YANG LALU (TAMAT)
Quote:
“Bener kita harus lakuin ini Wi?”
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Tubuh Rara tiba-tiba bergetar hebat, ketika dia berdiri di salah satu sudut ruangan tua yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan liar yang merambat melalui dinding-dinding yang lembab dan penuh lumut pada malam itu.
“Lu gak perlu takut, semua ini demi konten yang kita bangun. lu tau sendiri kan bagaimana naiknya kalau kita bikin konten tentang horror.”
“Ardi, Dimas, Danang semuanya setuju atas apa yang akan kita lakukan kali ini.”
Tampak seseorang dengan penuh percaya diri memberikan semangat kepada Rara, seseorang yang membuat ide untuk melakukan konten seperti ini di dalam sebuah bangunan yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya karena ada kejadian bunuh diri yang mengakibatkan hampir seluruh keluarga yang tinggal disana meninggal dunia dengan cara digantung di dalam ruangan yang sedang mereka berdua masuki pada saat ini.
Dewi yang kini menemani Rara tampak tersenyum pelan, sebagai seorang leader yang meyakinkan Rara bahwa konten yang akan mereka buat sekarang akan trending. Maka sudah sepantasnya dirinya meyakinkan Rara yang kini tampak ketakutan untuk bisa bertahan di sana sampai akhir.
Sedangkan Rara yang merupakan orang yang harus berada di depan kamera setiap waktu, mau tidak mau harus mengkutinya, karena dia adalah bintang utama dari konten ini.
Parasnya yang cantik dan followers instagramnya yang sudah puluhan ribu, membuat dirinya menjadi ujung tombak dari tim yang Dewi bentuk untuk konten tersebut.
“Lu di depan kamera akan dibuat seolah-olah sendirian, membuat vlog untuk menelusuri tempat ini dari ujung ke ujung dan menceritakan tentang terbunuhnya lima anggota keluarga dengan cara gantung diri di rumah ini.”
“Anggap diri lu menjadi seorang indigo, agar bisa menarik banyak penonton, semakin lu heboh maka akan semakin baik.”
Dewi yang mencoba menyemangati Rara yang tampaknya masih ketakutan kini memegang pundak dirinya dengan senyuman kecil pada malam itu.
“Gue tau lu takut karena baru kali ini lu lakuin hal yang seperti ini.”
“Tapi tenang, sebenarnya lu gak akan sendiri, ada kita yang mantau lu di mobil dengan kamera yang sudah kita simpan di setiap sudut.”
“Sehingga ketika lu merasa ketakutan dan merasa ada yang aneh, kita berempat akan langsung ke tempat lu.”
“Kita sudah janji, semua pendapatan dari konten ini, lu akan dapat porsi yang lebih banyak.”
“Jadi, siap-siaplah untuk tenar, siapa tau lu jadi the next Jurnal Rosi atau Sasra Wijayanta nantinya.”
Rara yang mempunyai hutang budi terhadap Dewi yang menaikan pamornya hingga hari ini mau tidak mau harus menuruti apa yang Dewi katakan apapun kontennya.
Karena selama ini, konten-konten yang dia buat bersama dengan tim nya kini menjadi pendapatan utama dirinya di sela-sela kuliah yang sedang dia jalani selama tiga tahun ini.
Meskipun Rara masih ragu atas apa yang akan dia lakukan, namun dia mengangguk sebagai tanda persetujuan. Dia juga kini terlihat menggerakan wajahnya yang kaku, agar terlihat bagus di depan kamera yang dia bawa.
Sebagai seseorang yang terbiasa tampil di depan kamera, Dia harus siap untuk berakting seolah-olah menjadi seorang indigo yang menceritakan tentang tempat-tempat seram dengan segala makhluk yang tinggal disana.
Tentu saja, itu semua hasil dari briefing dan riset yang telah Dewi lakukan dengan tiga anggota lainnya. Sehingga semuanya bisa tampak seperti asli di depan kamera.
“Ya sudah, kalau memang sudah siap gue akan meninggalkan lu disini ya Ra, lu tinggal jalan aja ke tempat-tempat yang sudah kita briefing dan menceritakan semuanya disana.”
“Apa yang lu rasain, apa yang lu lihat nanti ceritakan di depan kamera yang lu bawa ya. Karena lu adalah ujung tombak dari channel yang kita buat.”
Dewi yang senang karena Rara sudah siap atas apa dia kerjakan akhirnya menepuk pundak Rara beberapa kali.
Tak lama, dia pun akhirnya berbalik dan meninggalkan dirinya sendirian dengan senter dan kamera yang dia bawa.
Sambil tersenyum dia mengangkat tangan ke salah satu kamera yang berada di sudut ruangan tersebut, dan memberi isyarat bahwa semuanya sudah siap untuk memulai penelusuran di tempat yang menyeramkan ini.
***
Sebuah mobil tampak terparkir halaman rumah yang terbengkalai itu. Sebuah rumah yang sangat besar, dengan model seperti rumah-rumah mewah yang ada di sinetron masa kini dengan cat putihnya yang sudah memudar dan tampak lapuk di makan usia.
Rumah itu tampaknya sudah lama ditinggalkan bahkan kini rumah tersebut nampak sudah di ambil alih oleh alam dengan tumbuhan merambat yang terlihat seperti menggerogoti isi dari rumah besar tersebut setelah ditinggalkan selama beberapa tahun lamanya.
Sebuah kejadian naas yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh karena gantung diri di dalam sana membuat rumah itu terbengkalai.
Entah bagaimana ceritanya kelima orang itu bisa tergantung dengan selendang yang menggantung di langit-langit dan leher mereka yang terikat mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan.
Seorang ibu, seorang ayah, dan tiga anak laki-laki yang ditemukan tidak bernyawa oleh anak bungsunya yang pulang ketika libur kuliah.
Semua berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, namun hingga hari ini bukti-bukti itu tidak bisa ditemukan. Bahkan sang anak bungsu pun mendadak gila karena dia merasa di hantui oleh keluarganya sehingga harus dibawa di Rumah Sakit Jiwa.
Meskipun, beberapa tahun ke belakang sang anak bungsu tiba-tiba menghilang begitu saja disana, dia menghilang tanpa jejak dan hingga hari ini belum ditemukan.
Dewi merasa yakin bahwa konten yang dia buat kali ini akan membuat semua orang menonton kontennya.
Karena, hingga hari ini tidak ada satu pun konten kreator yang membahas rumah ini beserta kasus yang menimpanya.
“Guys, gimana sudah mulai live di semua platform kan?”
Dewi yang tampak semangat kini mendekati Ardi, Dimas yang standby di depan mobil dengan semua peralatan yang mereka bawa untuk konten yang dia bawakan.
Semua platform mereka nyalakan, mereka mengatur pergerakan dari Rara yang ditinggalkan di dalam sana. Mereka semua tampak serius seperti layaknya para pegawai televisi yang sedang sibuk memindahkan kamera-kamera yang terpasang disana agar dia bisa mengikuti kemana Rara melangkah di dalam sana.
Ardi hanya mengangkat tangannya ketika Rara datang menghampirinya. Matanya fokus menatap layar-layar kecil di atas laptopnya dan mengatur nya agar bisa dilihat oleh para penonton yang ada disana.
Sedangkan Dimas terlihat fokus dengan headset yang menempel di kepalanya, juga sebuah soundcard yang dia pakai untuk mengatur suara dari Dewi agar terdengar jelas.
Sedangkan Danang, tampak hanya tertidur pulas di kursi supir. Dia tampaknya terlihat sangat kecapean karena medan yang harus mereka tempuh untuk sampai di tempat ini sangatlah berat.
Dewi yang berada di sana terlihat mendekati Ardi yang fokus dengan laptop dan beberapa HP yang menyala di dekatnya, sesekali dia membaca komentar dari para penonton yang melihat Dewi yang berada disana sendirian.
Benar saja, penonton yang awalnya hanya ratusan kini menjadi ribuan dalam sekejap. Tak terhitung banyak sekali gift-gift dari para penonton yang sedang menyaksikan apa yang Rara lakukan, banyak yang berkomentar bahwa apa yang Rara ceritakan tentang rumah itu terlihat sangat menyeramkan.
Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa baru kali ini mereka melihat live yang seperti ini di dalam platform yang mereka tonton.
Dewi merasa senang, banyak feedback yang positif dari para penonton setianya. Bahkan melebihi dari konten-konten lain yang sudah dia lakukan dengan timnya.
Dia merasa, bahkan konten horor yang dia lakukan harus tetap berjalan, bahkan mungkin akan menjadi acara reguler agar mereka semakin terkenal.
Dewi terus memperhatikan komentar-komentar tersebut dengan gift yang tak henti-hentinya mengalir pada malam itu.
Namun, tiba-tiba Ardi menunjuk suatu komentar yang agak sedikit aneh. Komentar yang memakai huruf-huruf besar agar mereka bisa melihat tulisan itu dengan seksama.
Sebuah tulisan yang membuat Dewi tiba-tiba bergidik, karena sesaat setelah tulisan itu muncul.
Tiba-tiba…
Pssstttt
Genset yang menyalakan seluruh peralatan disana tiba-tiba mati, bersamaan dengan laptop dan HP yang mereka pakai untuk live di konten tersebut.
Ardi sedikit panik atas apa yang terjadi, perlu beberapa menit hingga akhirnya genset menyala kembali.
Namun, ketika semuanya menyala dan live itu kembali berlangsung. Tiba-tiba sosok Rara yang seharusnya tampak di dalam kamera tiba-tiba menghilang, dia seperti lenyap ditelan bumi di dalam rumah tersebut pada malam itu.
Diubah oleh jurigciwidey 25-08-2023 07:07
sampeuk dan 45 lainnya memberi reputasi
44
29.6K
Kutip
432
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
jurigciwidey
#139
BAB 41 - DIBALIK ITU SEMUA
Quote:
Darah mengucur dengan derasnya dan membasahi lantai, dua orang tersungkur dengan peralatan mereka yang masih menyala merekam apa yang sedang terjadi disana.
Tubuhnya seperti berontak, namun ajal sudah di ujung tanduk sehingga mereka berdua tidak bisa bertahan.
Seakan tidak percaya kalau ada orang-orang yang menusuknya dari belakang, kedua orang itu hanya bisa terdiam dan merasakan rasa sakit yang luar biasa.
Darah-darah yang mengalir membuat suasana disana semakin mencekam, Aji dan Eko dengan santainya membersihkan pisau yang sudah Mbah Walang siapkan untuk mereka berdua dengan baju yang mereka kenakan.
Mereka berdua seperti sudah terbiasa melakukan hal tersebut, sehingga tidak ada kata jijik atau pun ngeri atas apa yang sudah mereka lakukan terhadap Dimas dan Ardi yang larut dalam hasutan mereka.
Jauh dari sana, terlihat dua orang yang seakan tidak percaya atas apa yang mereka lihat. tubuh mereka bergetar dengan hebat, mata mereka terbelalak seakan tidak mengakui bahwa apa yang mereka lihat adalah sebuah kenyataan.
Sedangkan Pak Brata, dia tertawa, suaranya sangatlah keras, dia seperti senang bahwa kini usahanya berhasil, bahkan Mbah Walang bisa membuatnya lebih cepat dari yang seharusnya.
Meskipun dia yakin akan membuat semua warga marah, terutama Pak Cece yang merupakan ketua desa, namun dirinya tidak peduli. Karena yang dia pedulikan adalah bertemu dengan sosok Aki, sosok yang dipercaya sebagai penjaga desa yang sering dimanfaatkan oleh orang-orang seperti Pak Brata untuk meminta keuntungan dalam hidupnya.
“Hahahaha.”
“Hahahaha.”
“HAHAHAHAHA”
“Entah apa yang sudah kamu lakukan, kamu sampai bisa memajukan kemunculan mayat-mayat itu sehingga kita bisa segera melakukan ritualnya.”
“Hahahaha, bagus-bagus.”
Pak Brata langsung menepuk-nepuk pundak Mbah Walang yang ada di depannya, Mbah Walang terdiam dan tidak bergeming sedikitpun atas apa yang dilakukannya.
Dia hanya diam dengan mata yang terpejam dan tidak melihat apa yang terjadi di belakang sana.
“Aku tau, kamu sudah melihat bahwa mereka sudah menemukan kejanggalan ketika masih di leuweung kunti kan.”
“Sehingga, kamu dengan segera bertindak meskipun Pak Cece marah karena kamu tidak izin kepadanya.”
“Kamu memang benar-benar orang yang bisa aku andalkan,”
“Hahahahaha.”
“Hahahahaha.”
Pak Brata benar-benar senang, ajakan untuk mengajak tim rarasukma ke Desa Kolong Mayit ternyata mempunyai maksud dan tujuan yang lain.
Yaitu menumbalkan mereka untuk melakukan ritual kepada Aki, salah satu sosok yang dipuja dan dianggap sebagai mahluk yang menjaga Desa Kolong Mayit agar diberikan kemakmuran dan panen yang melimpah setiap tahunnya.
Sudah hampir puluhan tahun sosok Aki dimanfaatkan oleh orang luar, dia akan ditemui oleh orang-orang seperti Pak Brata untuk melakukan perjanjian dengannya.
Tentunya, tumbal yang ada tidaklah sedikit, dia harus mengorbankan lima orang untuk menyelesaikan ritualnya.
Dua orang untuk bertemu dengannya.
Dua orang untuk melakukan perjanjian dengannya.
Dan sisanya untuk membuat mereka selamat di tengah mayat-mayat yang sedang berkeliaran di sekitar desa pada malam ini.
Semua yang ditumbalkan harus mereka makamkan di desa, memakai tradisi dan adat dari para warga kolong mayit pada saat itu.
Sehingga, mayat-mayat yang ada di sana, rupanya tidak semuanya adalah warga desa yang sudah meninggal.
Namun, ada juga tumbal-tumbal yang dilakukan oleh Pak Brata sekarang. sehingga setiap tahun. Mayat-mayat yang ada disana bertambah banyak dengan sendirinya.
“Enggeus. (Sudah.)”
“Urang ngadagoan dua jelema deui, jalma anu ditukang oge teu nanaon jang ditumbalkeun meh maneh bisa menta ka urang kahayang maneh (Aku menunggu dua manusia lagi, manusia yang ada di belakang juga tidak apa-apa untuk ditumbalkan, biar kamu bisa minta sesuatu permintaan kepadaku.)” Kata bayangan hitam yang disebut Aki sambil menunjuk ke arah Aji dan Eko yang masih berdiri di depan mayat Dimas dan Ardi.
Pak Brata hanya tersenyum, dia menggelengkan kepalanya dan berkata.
“Tidak, aku sudah mendapatkan tumbalku dengan sempurna, mungkin saat ini mereka sedang syok karena suasana desa yang berubah. biarkan saja mereka ketakutan, karena meninggal dengan rasa takut yang mendalam akan membuat tumbalnya semakin sempurna.”
Bayangan itu hanya terdiam. Lalu tak lama dia kemudian menghilang secara perlahan seperti sebuah pasir yang tertiup angin sehingga membuat dedaunan yang ada di pohon bambu saling bergesekan dan membuat suasana disana semakin mencekam.
Danang yang melihat hal itu tentu langsung sadar, dia langsung menengok ke arah Dewi dan seketika langsung mengajak Dewi untuk pergi dari tempat ini.
“Wi, wi.”
“Dewi, Dewi”
Danang menepuk pundak Dewi, dia melihat dengan seksama bagaimana tubuh Dewi bergetar dengan keras. air matanya muncul dengan derasnya, dia tak kuasa menahan tangis atas apa yang terjadi di depan matanya.
“Dewi, dewi.”
“Cepet wi, kita harus melarikan diri terlebih dahulu.”
Danang yang panik karena kini dia tau bahwa mereka adalah tumbal selanjutnya bagi Pak Brata dan tim nya langsung menarik Dewi dengan salah satu tangannya.
Tubuh Dewi langsung berbalik, seketika dia sadar bahwa Danang langsung mengajaknya pergi dari tempat itu.
“Ayo kita pergi wi, kita nyari tempat yang aman dulu, sambil gue nyadari Rara.”
“Dia mau tidak mau harus tau akan hal ini, karena kalau tidak masih tidak sadar dia akan repot.”
Kata Danang sambil melarikan diri ikut ke dalam hutan.
***
Pak Brata kini terlihat sedang memerintahkan Aji dan Eko membungkus Dimas dan Ardi dengan kain kafan.
Tidak ada ritual memandikan mayat, atau membersihkan tubuhnya layaknya orang yang sudah meninggal pada umumnya.
Kedua tubuh itu langsung dia bungkus seperti halnya mayat-mayat yang lain. sehingga darahnya masih terlihat membekas dan menempel di kain kafan yang seharusnya putih dan bersih ketika membungkus tubuh mereka.
Semuanya seperti sudah dipersiapkan dengan matang oleh Mbah Walang, karena dia yang mengatur semuanya bahkan dia sendiri yang mengatur pertemuan dengan Aki pertama kali.
Pak Brata yang tadi berbicara dengan sosok Aki, kini mulai mengambil rokoknya kembali dan menghisap rokok tersebut dengan santainya.
Fuhhhh
“Tinggal setengahnya lagi, sepertinya mencari tiga orang itu akan sedikit sulit, tapi ya memang ini adalah ujian dari ritual yang harus dijalankan” Kata Pak Brata yang berjalan mendekati Eko dan Aji dengan santainya.
Dia tiba-tiba berbalik, memanggil Mbah Walang yang masih duduk sambil menatap batu besar yang ada di depannya.
“Mbah Walang, kamu mau ikut kita mencari mereka bertiga?” Kata Pak Brata sambil sedikit berteriak.
Tidak ada jawaban dari Mbah Walang, dan hal itu membuat Pak Brata hanya terdiam sebentar sambil menghisap rokok yang dia bawa lalu menghembuskannya ke langit-langit malam yang gelap.
“Sepertinya kamu tidak mau ikut, ya sudah urusan mereka kita yang cari, kamu menunggu disini saja, dan lakukan ritual selanjutnya ketika kita sudah bisa membawa mereka bertiga ke tempat ini.”
Pak Brata akhirnya, mengajak Eko dan Aji untuk meninggalkan tempat itu. dia bahkan membiarkan tubuh Dimas dan Ardi yang tidak bernyawa di salah satu pojok tempat itu dibawah pohon bambu yang rimbun.
Darah-darah mereka masih tersisa di tanah dan belum sempat dibersihkan oleh Pak Brata, dia langsung pergi dan meninggalkan itu semua karena dia tau ritualnya belum selesai dilakukan.
Mbah Walang akhirnya ditinggalkan sendirian, dia yang tadinya menatap batu besar yang ada di depan matanya kini menunduk ke arah sesajen yang ada dibawah batu itu.
Tangannya terkepal, seperti ada sebuah kemarahan dari dalam dirinya sehingga terlihat urat-urat yang muncul dari kepalan tangannya.
Tak lama berselang.
Tiba-tiba dari arah kiri, muncul seseorang yang berjalan mendekatinya, seseorang yang selalu mengawasi mereka dari Leuweung Kunti tanpa dia sadari.
Mbah Walang yang tahu bahwa dia akan datang langsung menoleh ke arahnya. dan berkata dengan pelan.
“Aku sudah melakukan apa yang kamu minta, memajukan mayat-mayat itu terbangun adalah ide mu, dan itu sudah aku lakukan sekarang.” Katanya sambil menatap orang itu dengan tatapan yang tajam.
Tubuhnya seperti berontak, namun ajal sudah di ujung tanduk sehingga mereka berdua tidak bisa bertahan.
Seakan tidak percaya kalau ada orang-orang yang menusuknya dari belakang, kedua orang itu hanya bisa terdiam dan merasakan rasa sakit yang luar biasa.
Darah-darah yang mengalir membuat suasana disana semakin mencekam, Aji dan Eko dengan santainya membersihkan pisau yang sudah Mbah Walang siapkan untuk mereka berdua dengan baju yang mereka kenakan.
Mereka berdua seperti sudah terbiasa melakukan hal tersebut, sehingga tidak ada kata jijik atau pun ngeri atas apa yang sudah mereka lakukan terhadap Dimas dan Ardi yang larut dalam hasutan mereka.
Jauh dari sana, terlihat dua orang yang seakan tidak percaya atas apa yang mereka lihat. tubuh mereka bergetar dengan hebat, mata mereka terbelalak seakan tidak mengakui bahwa apa yang mereka lihat adalah sebuah kenyataan.
Sedangkan Pak Brata, dia tertawa, suaranya sangatlah keras, dia seperti senang bahwa kini usahanya berhasil, bahkan Mbah Walang bisa membuatnya lebih cepat dari yang seharusnya.
Meskipun dia yakin akan membuat semua warga marah, terutama Pak Cece yang merupakan ketua desa, namun dirinya tidak peduli. Karena yang dia pedulikan adalah bertemu dengan sosok Aki, sosok yang dipercaya sebagai penjaga desa yang sering dimanfaatkan oleh orang-orang seperti Pak Brata untuk meminta keuntungan dalam hidupnya.
“Hahahaha.”
“Hahahaha.”
“HAHAHAHAHA”
“Entah apa yang sudah kamu lakukan, kamu sampai bisa memajukan kemunculan mayat-mayat itu sehingga kita bisa segera melakukan ritualnya.”
“Hahahaha, bagus-bagus.”
Pak Brata langsung menepuk-nepuk pundak Mbah Walang yang ada di depannya, Mbah Walang terdiam dan tidak bergeming sedikitpun atas apa yang dilakukannya.
Dia hanya diam dengan mata yang terpejam dan tidak melihat apa yang terjadi di belakang sana.
“Aku tau, kamu sudah melihat bahwa mereka sudah menemukan kejanggalan ketika masih di leuweung kunti kan.”
“Sehingga, kamu dengan segera bertindak meskipun Pak Cece marah karena kamu tidak izin kepadanya.”
“Kamu memang benar-benar orang yang bisa aku andalkan,”
“Hahahahaha.”
“Hahahahaha.”
Pak Brata benar-benar senang, ajakan untuk mengajak tim rarasukma ke Desa Kolong Mayit ternyata mempunyai maksud dan tujuan yang lain.
Yaitu menumbalkan mereka untuk melakukan ritual kepada Aki, salah satu sosok yang dipuja dan dianggap sebagai mahluk yang menjaga Desa Kolong Mayit agar diberikan kemakmuran dan panen yang melimpah setiap tahunnya.
Sudah hampir puluhan tahun sosok Aki dimanfaatkan oleh orang luar, dia akan ditemui oleh orang-orang seperti Pak Brata untuk melakukan perjanjian dengannya.
Tentunya, tumbal yang ada tidaklah sedikit, dia harus mengorbankan lima orang untuk menyelesaikan ritualnya.
Dua orang untuk bertemu dengannya.
Dua orang untuk melakukan perjanjian dengannya.
Dan sisanya untuk membuat mereka selamat di tengah mayat-mayat yang sedang berkeliaran di sekitar desa pada malam ini.
Semua yang ditumbalkan harus mereka makamkan di desa, memakai tradisi dan adat dari para warga kolong mayit pada saat itu.
Sehingga, mayat-mayat yang ada di sana, rupanya tidak semuanya adalah warga desa yang sudah meninggal.
Namun, ada juga tumbal-tumbal yang dilakukan oleh Pak Brata sekarang. sehingga setiap tahun. Mayat-mayat yang ada disana bertambah banyak dengan sendirinya.
“Enggeus. (Sudah.)”
“Urang ngadagoan dua jelema deui, jalma anu ditukang oge teu nanaon jang ditumbalkeun meh maneh bisa menta ka urang kahayang maneh (Aku menunggu dua manusia lagi, manusia yang ada di belakang juga tidak apa-apa untuk ditumbalkan, biar kamu bisa minta sesuatu permintaan kepadaku.)” Kata bayangan hitam yang disebut Aki sambil menunjuk ke arah Aji dan Eko yang masih berdiri di depan mayat Dimas dan Ardi.
Pak Brata hanya tersenyum, dia menggelengkan kepalanya dan berkata.
“Tidak, aku sudah mendapatkan tumbalku dengan sempurna, mungkin saat ini mereka sedang syok karena suasana desa yang berubah. biarkan saja mereka ketakutan, karena meninggal dengan rasa takut yang mendalam akan membuat tumbalnya semakin sempurna.”
Bayangan itu hanya terdiam. Lalu tak lama dia kemudian menghilang secara perlahan seperti sebuah pasir yang tertiup angin sehingga membuat dedaunan yang ada di pohon bambu saling bergesekan dan membuat suasana disana semakin mencekam.
Danang yang melihat hal itu tentu langsung sadar, dia langsung menengok ke arah Dewi dan seketika langsung mengajak Dewi untuk pergi dari tempat ini.
“Wi, wi.”
“Dewi, Dewi”
Danang menepuk pundak Dewi, dia melihat dengan seksama bagaimana tubuh Dewi bergetar dengan keras. air matanya muncul dengan derasnya, dia tak kuasa menahan tangis atas apa yang terjadi di depan matanya.
“Dewi, dewi.”
“Cepet wi, kita harus melarikan diri terlebih dahulu.”
Danang yang panik karena kini dia tau bahwa mereka adalah tumbal selanjutnya bagi Pak Brata dan tim nya langsung menarik Dewi dengan salah satu tangannya.
Tubuh Dewi langsung berbalik, seketika dia sadar bahwa Danang langsung mengajaknya pergi dari tempat itu.
“Ayo kita pergi wi, kita nyari tempat yang aman dulu, sambil gue nyadari Rara.”
“Dia mau tidak mau harus tau akan hal ini, karena kalau tidak masih tidak sadar dia akan repot.”
Kata Danang sambil melarikan diri ikut ke dalam hutan.
***
Pak Brata kini terlihat sedang memerintahkan Aji dan Eko membungkus Dimas dan Ardi dengan kain kafan.
Tidak ada ritual memandikan mayat, atau membersihkan tubuhnya layaknya orang yang sudah meninggal pada umumnya.
Kedua tubuh itu langsung dia bungkus seperti halnya mayat-mayat yang lain. sehingga darahnya masih terlihat membekas dan menempel di kain kafan yang seharusnya putih dan bersih ketika membungkus tubuh mereka.
Semuanya seperti sudah dipersiapkan dengan matang oleh Mbah Walang, karena dia yang mengatur semuanya bahkan dia sendiri yang mengatur pertemuan dengan Aki pertama kali.
Pak Brata yang tadi berbicara dengan sosok Aki, kini mulai mengambil rokoknya kembali dan menghisap rokok tersebut dengan santainya.
Fuhhhh
“Tinggal setengahnya lagi, sepertinya mencari tiga orang itu akan sedikit sulit, tapi ya memang ini adalah ujian dari ritual yang harus dijalankan” Kata Pak Brata yang berjalan mendekati Eko dan Aji dengan santainya.
Dia tiba-tiba berbalik, memanggil Mbah Walang yang masih duduk sambil menatap batu besar yang ada di depannya.
“Mbah Walang, kamu mau ikut kita mencari mereka bertiga?” Kata Pak Brata sambil sedikit berteriak.
Tidak ada jawaban dari Mbah Walang, dan hal itu membuat Pak Brata hanya terdiam sebentar sambil menghisap rokok yang dia bawa lalu menghembuskannya ke langit-langit malam yang gelap.
“Sepertinya kamu tidak mau ikut, ya sudah urusan mereka kita yang cari, kamu menunggu disini saja, dan lakukan ritual selanjutnya ketika kita sudah bisa membawa mereka bertiga ke tempat ini.”
Pak Brata akhirnya, mengajak Eko dan Aji untuk meninggalkan tempat itu. dia bahkan membiarkan tubuh Dimas dan Ardi yang tidak bernyawa di salah satu pojok tempat itu dibawah pohon bambu yang rimbun.
Darah-darah mereka masih tersisa di tanah dan belum sempat dibersihkan oleh Pak Brata, dia langsung pergi dan meninggalkan itu semua karena dia tau ritualnya belum selesai dilakukan.
Mbah Walang akhirnya ditinggalkan sendirian, dia yang tadinya menatap batu besar yang ada di depan matanya kini menunduk ke arah sesajen yang ada dibawah batu itu.
Tangannya terkepal, seperti ada sebuah kemarahan dari dalam dirinya sehingga terlihat urat-urat yang muncul dari kepalan tangannya.
Tak lama berselang.
Tiba-tiba dari arah kiri, muncul seseorang yang berjalan mendekatinya, seseorang yang selalu mengawasi mereka dari Leuweung Kunti tanpa dia sadari.
Mbah Walang yang tahu bahwa dia akan datang langsung menoleh ke arahnya. dan berkata dengan pelan.
“Aku sudah melakukan apa yang kamu minta, memajukan mayat-mayat itu terbangun adalah ide mu, dan itu sudah aku lakukan sekarang.” Katanya sambil menatap orang itu dengan tatapan yang tajam.
Siapa dia? kalau baca bab-bab sebelumnya dan jeli, dia sudah muncul, namun hanya sekilas
nanti ketika bab berlanjut akan dijelaskan dimana saja dia muncul dan ada apa niat dia sebenarnya?
jenggalasunyi dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Kutip
Balas
Tutup