Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rendyprasetyyoAvatar border
TS
rendyprasetyyo
Kriteria "Nikahable" 100 tahun yang lalu ini masih relevan di tahun 2019 nanti?




Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :





“Banyak hal bisa berubah dalam satu kedipan mata”

Iya bre pepatah diatas familiar banget untuk beberapa dari kita. Dulu, dizaman-zaman Sekolah Dasar hari sabtu-nya masih masuk (biasanya dipake buat senam atau latihan paskibra untuk anak pramuka), pepatah kayak gini biasanya ditulis didinding-dinding kelas untuk menanamkan nilai-nilai pepatah tersebut ketika para siswa beranjak dewasa. Dan ya, dulu sih gw ngeliat pepatah kayak gini biasa aja (maksudnya, yah udahlah yang penting jam istirahat gw bisa jajan es serut!), tapi sekarang setelah beberapa tahun berlalu dan cobaan hidup datang silih berganti, gw baru sadar kalau pepatah ini ternyata maknanya dalam.

Banyak hal bisa berubah jangankan untuk hitungan tahunan, dalam satu kedipan matapun (yang mungkin hitungannya terjadi cuma dalam beberapa milisecond) kehidupan seseorang bisa berubah 180 derjat (celcius?). Contohnya? Seriusan gw harus ngasih contoh? Coba deh yang punya instagram buka akunnya @generasi90an, banyak banget contohnya disana.

Semua berubah bre, gak terkecuali sama sesuatu yang berhubungan dengan SELERA. Selera terhadap makanan, selera terhadap lawan jenis, selera humor, selera bacaan, dan selera-selera lain berubah sebagai dampak dari pergesaran zaman tadi. Tapi kalau dibahas semua mungkin waktu kita gak bakal cukup, jadi untuk sekarang cuma satu hal yang bakal gw bahas, SELERA PRIA. cara seorang pria memandang seorang wanita sebenernya bisa macem-macem sih. Tapi secara keseluruhan ada beberapa hal yang berubah dalam 100 tahun terakhir tentang bagaimana cara seorang pria melihat pesona wanita, coba simak dulu aja apa yang gw maksud.

Suffragist yang Didandanin



Isu utama yang dihadapi oleh kaum wanita diawal abad ke-19 adalah isu tentang emansipasi. Kaum wanita dibeberapa negara disibukkan dengan perjuangan-perjuangan gak kenal lelah untuk mendapat hak-hak yang setara dengan kaum pria. Pejuang-pejuang wanita seperti ini biasanya dianggap sebagai kaum militan dan kaum suffragist yang bisa tampil “Fashionable” dianggap sebagai kaum yang lebih attraktif oleh kaum pria dibandingkan wanita dengan tampilan biasa. Mereka (kaum suffragist) dianggap lebih pintar, respekable, middle-class,dan stylish dibandingkan wanita-wanita lain.

Wanita-wanita yang mendapat bangku kuliah tetapi gak menggunakan gelar untuk mencari nafkah



Jadi bre, tahun 1918, katanya 41% dari semua lulusan universitas adalah seorang wanita walaupun katanya mereka mengalami banyak diskriminasi sewaktu menjalani masa studi dan biasanya wanita-wanita ini mengambil kuliah diuniversitas khusus wanita yang didirikan di beberapa negara. Beberapa pria setuju (termasuk gw) kalau mengecam pendidikan yang tinggi itu syarat seorang wanita mendapat atensi tetapi beberapa dari mereka (termasuk gw) juga setuju kalau gelar yang didapat nanti gak perlu dipakai untuk tujuan lain, mencari nafkah misal. Orang-orang zaman dulu percaya kalau satu-satunya tempat seorang wanita bisa berkerja adalah “RUMAH”. Fakta ini didukung oleh data yang bilang kalau cuma 12% dari wanita profesional yang menikah ditahun 1910. Wanita yang menikah biasanya bakal dipaksa untuk berhenti setelah menikah atau paling gak setelah punya anak. Wanita yang berkerja karena alasan ekonomi punya kemungkinan besar untuk brpisah, katanya.

Wanita yang bisa mengerjakan pekerjaan pria



Lain kasus dengan kebutuhan yang terjadi selama perang berlangsung. Banyak wanita-wanita yang dipaksa keluar rumah untuk mendukung pria selama perang. Biasanya sih wanita-wanita ini bakal menjajakan makanan dikantin, ikut ke medan perang sebagai perawat, atau mengambil alih pekerjaan-pekerjaan pria seperti berkebun. Dan wanita kayak gini bre 100 tahun yang lalu itu nikahable banget!

Wanita yang mencukur bulu ketek



Zaman sekarang bulu ketek yang dicukur itu udah jadi standar kerapihan untuk banyak wanita. 100 tahun yang lalu, sayangnya, kebiasaan-kebiasaan kayak gini belum begitu populer, dan malah wanita yang punya banyak porsi rambut dianggap sbagai wanita attraktif (beberapa malah kadang dianggap erotic). Semua baru berubah ketika tahun 1915, Gillette (perusahan cukur ternama) mulai melakukan promosi marketing ke wanita-wanita dan hasilnya sekarang wanita yang selalu bercukur dianggap sebagai wanita glamour dan fashionable.

Wanita yang punya rambut panjang



Zaman sekarang wanita bebas menentukan apapun, termasuk banyak macam dari gaya rambut. Zaman dulu, sebelum lahir beraneka macam gaya rambut, wanita yang punya rambut panjang lah yang dianggap sebagai wanita atraktif. Rambut pendek dianggap sebagai rambut kaum pria sementara rambut panjang itu menggambarkan peran tradisional wanita

Wanita yang gak merokok



Perang dunia pertama selesai ditahun 1918 dan berakhir dengan dimulainya era baru untuk kebebasan kaum wanita. Transisi era ini sifatnya bertahap. Beberapa hal yang umum dilakukan pria (contoh: merokok) juga mulai dilakukan oleh para wanita. Wanita-wanita yang merokok ini dianggap wanita yang gak punya moral. Beberapa teater bioskop membuka ruangan khusus merokok untuk wanita tapi pria-pria yang hidup diawal abad 19 masih menganggap wanita yang gak merokok itu nikahable.

Jadi menurut para cenayang-cenanyang yang ada diluar sana, kriteria nikahable 100 tahun yang lalu ini masih relevan dengan kriteria nikahable 2019 nanti? Gw nanya aja sih, mayan buat nambah persepekti


Next silahkan mampir kesini bre.
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles




Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?

On going
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles


Note:Ceritanya mengandung unsur kekerasan dan adegan dewasa jadi mohon pengertiannya gaiz
emoticon-Betty emoticon-Betty emoticon-Betty







Diubah oleh rendyprasetyyo 17-06-2020 19:33
3
8.4K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan