- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Catatan Dari Cinta & Air Mata - Part 3


TS
csd_suhardi
Catatan Dari Cinta & Air Mata - Part 3
PERHATIAN: untuk baca dari part 1, klik di sini.
Oktober 2005…
Tak terasa sudah dua bulan Winna hadir dalam hidupku. Aku sendiri pun tidak sadar, ternyata waktu sangat cepat berlalu. Tanpa terasa. Cinta membuat waktu seolah berlari dan terbang. Aku setuju. Aku sedang merasakan itu. Winna telah membuat hari-hariku berubah. Hidupku bahkan berubah. Winna adalah bidadari yang dikirimkan Tuhan untuk membuat hari-hariku lebih berwarna, lebih indah. Detik demi detik seakan begitu mulus mengalir.
Sebegitu hebatkah Winna? Sebegitu hebatkah dirinya sampai-sampai pikiranku tak henti-henti memikirkannya?
Dia bukan hanya hebat, tapi juga luar biasa. Saking luar biasanya, aku hampir seperti orang yang tidak waras dari dalam. Dari luar aku terlihat normal. Tak ada yang aneh. Tapi di dalam, aku seperti orang yang setengah gila. Bagaimana tidak, tiap hari, tiap jam, tiap menit dan tiap detik selalu kuhabiskan untuk membayangkan dirinya. kalau dibuat data statistik, mungkin 95% pikiranku berisi Winna. Aku tak sanggup melawannya seolah pikiranku sudah diprogram secara otomatis agar selalu memikirkannya.
Makin lama perasaanku makin bergejolak hebat. Rasa cintaku pada Winna terus membesar. Aku tak malu mengakui kalau aku sekarang tergila-gila padanya.
Aku mencintainya. Aku tergila-gila padanya. Aku menyukainya. Aku menyayanginya. Apakah aku gila karena mencintai orang yang bahkan belum pernah berkenalan denganku? Apakah sinting kalau aku mencintainya meski belum pernah bertemu dan berbincang satu kali pun? Aku tak peduli. Biar saja aku dibilang sinting atau gila. Bagiku, mencintai Winna adalah hal terindah dalam hidupku. Mengenal dan melihat wajah manisnya adalah hadiah terbesar yang diberikan Tuhan untukku.
Bahkan dalam fantasi gilaku, Winna sudah menjadi pacarku. Aku selalu membayangkan diriku berpegangan tangan dengannya saat berjalan mesra bersama. Aku sering membayangkan Winna menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku suka membayangkan tanganku mengelus rambutnya yang halus, membelai pipinya. Aku membayangkan Winna tidur di pangkuanku. Wajahnya selagi tidur membuat hatiku serasa jadi orang paling bahagia di dunia. Aku membayangkan Winna menyuapkan makanan ke dalam mulutku. Aku membayangkan Winna memberiku senyuman termanisnya dan mencium pipiku. Aku membayangkan Winna mengatakan dia mencintaiku dan begitu pula aku, lalu saling berpelukan seolah kami takkan terpisahkan selamanya. Bahkan saking gilanya, aku membayangkan guling tidurku sebagai Winna yang mendekap dalam pelukanku dan menemani tidurku.
Fantasi liar seperti itu tidak membuatku merasa geli. Yang ada malah makin bahagia. Hatiku serasa dibelai dan dimanja dengan kebahagiaan yang begitu nyata.
Winna adalah milikku seorang, bidadariku, malaikatku, hartaku yang paling berharga dalam dunia fantasi milikku. Winna membuat duniaku serasa seperti di surga. Ah, Cinta membuat orang jadi aneh. Seperti yang dikatakan Anges Monica dalam lagunya, cinta kadang-kadang tak ada logika.
Oktober 2005…
Sampai detik ini, aku terus rutin menemuinya dengan cara yang sama. Tiap kali melakukannya, hatiku terus terombang-ambing seperti dihempas ombak. Tapi aku senang. Jantungku berdegup kencang, berdetak lebih keras. Perasaanku padanya masih seperti dulu, seperti pertama kali bertemu. Malah makin parah. Lama-lama Winna mungkin bisa membuatku benar-benar gila.
Tiap kali melihat wajahnya, selama beberapa detik pikiranku berfantasi liar. Aku membayangkan dirinya berjalan bersamaku sambil bercengkerama. Tiap kali bertemu dengannya, ada kepuasan yang tak terhingga dalam hatiku. Begini saja sudah membuatku gila seperti ini, apalagi kalau aku benar-benar bisa memilikinya. Aku mungkin akan pingsan atau menangis tujuh hari tujuh malam saking bahagianya.
Terbersit dalam pikiranku untuk cari tahu di mana ia tinggal. Selama ini ia selalu pulang sekolah jalan kaki bersama temannya. Aku menduga ia tinggal tak jauh dari sekolah. Untuk memastikan, aku akan mengikutinya sepulang sekolah.
Seperti biasa, ia pulang bersama temannya. Kuikuti dia keluar dari gerbang dan terus berjalan di belakangnya. Aku menjaga jarak cukup jauh supaya ia tidak melihat diriku. Aku takut dia curiga atau apa pun. Aku harus main aman. Lagi-lagi aku berfantasi. Aku membayangkan teman Winna adalah diriku yang berjalan bersamanya. Aku membayangkan diriku merangkulnya dengan mesra. Aku senyum-senyum sendiri.
Dan benar saja, setelah berjalan lebih kurang 300 meter, Winna berhenti di depan sebuah gerbang rumah yang di dalamnya dijaga seorang petugas keamanan pribadi. Temannya melanjutkan perjalanan pulang sendirian. Apa yang ada di depan mataku membuatku melongo. Mulutku ternganga. Rumahnya megah, besar, dengan halaman yang luas mengapit air mancur di tengah-tengah. Tiga buah mobil terparkir di sana. Selama beberapa saat mataku mengamati Winna yang membuka gerbang sampai memasuki pintu depan. Winna anak orang kaya. Winna bukan cewek biasa. Dia dari keluarga kaya dan terpandang.
Entah kenapa tiba-tiba ada rasa sedih dalam diriku. Senyumku langsung hilang. Kuamati lagi rumahnya. Aku jadi rendah diri. Aku jadi merasa bukan siapa-siapa. Aku jadi pesimis. Bagaimana mungkin aku mendekatinya? Dia dari keluarga kaya. Sedangkan aku? Aku hanya anak dari keluarga sederhana. Kelasku jauh di bawah kelasnya. Kalau diibaratkan, Winna adalah ikan salmon sedangkan aku hanyalah ikan teri. Sangat beda jauh levelnya. Dia adalah kucing persia, aku hanyalah kucing jalanan. Dia adalah putri kerajaan, aku hanyalah prajurit biasa. Dia adalah keturunan bangsawan, aku hanyalah rakyat jelata. Rumahnya megah, rumahku hanya rumah sederhana. Dia punya mobil, sedangkan di rumahku cuma ada satu motor, itu pun punya papaku. Tidak akan cocok. Aku dan Winna sulit bersatu kalau begini caranya. Bahkan bisa jadi takkan pernah bersatu.
Hatiku mulai protes. Kenapa harus begini? Aku menatap langit yang sangat cerah. Matahari menyorotkan sinarnya. Tapi langit di dalam hatiku mulai mendung. Dulu aku selalu menganggap langit cerah pertanda langit sedang tersenyum padaku. Hari ini tidak. Langit memang tersenyum, tapi tersenyum mengejek. Langit seolah mengejek diriku yang sedang resah. Langit seolah menertawaiku.
Kenapa harus begini? Kenapa harus terjadi dengan cara begini? Kenapa tidak dengan cara yang lain saja? Kenyataan ini membuat aku terombang-ambing antara sedih dan bahagia. Bahagia karena menemukan orang yang kucintai seperti Winna. Sedih karena tahu jarak antara aku dengan Winna ternyata jauh, sangat jauh bahkan sulit dijangkau. Mungkin takkan terjangkau.
Kenapa harus begini? Cinta ternyata memang buta. Cinta membuat aku tergila-gila pada seseorang dengan membabi buta. Cinta membuat mataku tertutup hingga aku tak mampu melihat kenyataan yang sebenarnya. Cinta membuatku berfantasi gila sampai-sampai aku tak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Cinta membuat logikaku hilang sampai-sampai aku tak menyadari hal lainya dari cintaku pada Winna.
Untuk pertama kalinya, aku merasa semangat hidupku perlahan-lahan redup. Winna yang selama ini terus menyalakanku dengan api kebahagiaan akhirnya harus memadamkanku juga dengan air kesedihan.
Kenapa harus begini?
Bersambung...
Mohon komentarnya dan jangan lupa
dan 
Oktober 2005…
Tak terasa sudah dua bulan Winna hadir dalam hidupku. Aku sendiri pun tidak sadar, ternyata waktu sangat cepat berlalu. Tanpa terasa. Cinta membuat waktu seolah berlari dan terbang. Aku setuju. Aku sedang merasakan itu. Winna telah membuat hari-hariku berubah. Hidupku bahkan berubah. Winna adalah bidadari yang dikirimkan Tuhan untuk membuat hari-hariku lebih berwarna, lebih indah. Detik demi detik seakan begitu mulus mengalir.
Sebegitu hebatkah Winna? Sebegitu hebatkah dirinya sampai-sampai pikiranku tak henti-henti memikirkannya?
Dia bukan hanya hebat, tapi juga luar biasa. Saking luar biasanya, aku hampir seperti orang yang tidak waras dari dalam. Dari luar aku terlihat normal. Tak ada yang aneh. Tapi di dalam, aku seperti orang yang setengah gila. Bagaimana tidak, tiap hari, tiap jam, tiap menit dan tiap detik selalu kuhabiskan untuk membayangkan dirinya. kalau dibuat data statistik, mungkin 95% pikiranku berisi Winna. Aku tak sanggup melawannya seolah pikiranku sudah diprogram secara otomatis agar selalu memikirkannya.
Makin lama perasaanku makin bergejolak hebat. Rasa cintaku pada Winna terus membesar. Aku tak malu mengakui kalau aku sekarang tergila-gila padanya.
Aku mencintainya. Aku tergila-gila padanya. Aku menyukainya. Aku menyayanginya. Apakah aku gila karena mencintai orang yang bahkan belum pernah berkenalan denganku? Apakah sinting kalau aku mencintainya meski belum pernah bertemu dan berbincang satu kali pun? Aku tak peduli. Biar saja aku dibilang sinting atau gila. Bagiku, mencintai Winna adalah hal terindah dalam hidupku. Mengenal dan melihat wajah manisnya adalah hadiah terbesar yang diberikan Tuhan untukku.
Bahkan dalam fantasi gilaku, Winna sudah menjadi pacarku. Aku selalu membayangkan diriku berpegangan tangan dengannya saat berjalan mesra bersama. Aku sering membayangkan Winna menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku suka membayangkan tanganku mengelus rambutnya yang halus, membelai pipinya. Aku membayangkan Winna tidur di pangkuanku. Wajahnya selagi tidur membuat hatiku serasa jadi orang paling bahagia di dunia. Aku membayangkan Winna menyuapkan makanan ke dalam mulutku. Aku membayangkan Winna memberiku senyuman termanisnya dan mencium pipiku. Aku membayangkan Winna mengatakan dia mencintaiku dan begitu pula aku, lalu saling berpelukan seolah kami takkan terpisahkan selamanya. Bahkan saking gilanya, aku membayangkan guling tidurku sebagai Winna yang mendekap dalam pelukanku dan menemani tidurku.
Fantasi liar seperti itu tidak membuatku merasa geli. Yang ada malah makin bahagia. Hatiku serasa dibelai dan dimanja dengan kebahagiaan yang begitu nyata.
Winna adalah milikku seorang, bidadariku, malaikatku, hartaku yang paling berharga dalam dunia fantasi milikku. Winna membuat duniaku serasa seperti di surga. Ah, Cinta membuat orang jadi aneh. Seperti yang dikatakan Anges Monica dalam lagunya, cinta kadang-kadang tak ada logika.
Oktober 2005…
Sampai detik ini, aku terus rutin menemuinya dengan cara yang sama. Tiap kali melakukannya, hatiku terus terombang-ambing seperti dihempas ombak. Tapi aku senang. Jantungku berdegup kencang, berdetak lebih keras. Perasaanku padanya masih seperti dulu, seperti pertama kali bertemu. Malah makin parah. Lama-lama Winna mungkin bisa membuatku benar-benar gila.
Tiap kali melihat wajahnya, selama beberapa detik pikiranku berfantasi liar. Aku membayangkan dirinya berjalan bersamaku sambil bercengkerama. Tiap kali bertemu dengannya, ada kepuasan yang tak terhingga dalam hatiku. Begini saja sudah membuatku gila seperti ini, apalagi kalau aku benar-benar bisa memilikinya. Aku mungkin akan pingsan atau menangis tujuh hari tujuh malam saking bahagianya.
Terbersit dalam pikiranku untuk cari tahu di mana ia tinggal. Selama ini ia selalu pulang sekolah jalan kaki bersama temannya. Aku menduga ia tinggal tak jauh dari sekolah. Untuk memastikan, aku akan mengikutinya sepulang sekolah.
Seperti biasa, ia pulang bersama temannya. Kuikuti dia keluar dari gerbang dan terus berjalan di belakangnya. Aku menjaga jarak cukup jauh supaya ia tidak melihat diriku. Aku takut dia curiga atau apa pun. Aku harus main aman. Lagi-lagi aku berfantasi. Aku membayangkan teman Winna adalah diriku yang berjalan bersamanya. Aku membayangkan diriku merangkulnya dengan mesra. Aku senyum-senyum sendiri.
Dan benar saja, setelah berjalan lebih kurang 300 meter, Winna berhenti di depan sebuah gerbang rumah yang di dalamnya dijaga seorang petugas keamanan pribadi. Temannya melanjutkan perjalanan pulang sendirian. Apa yang ada di depan mataku membuatku melongo. Mulutku ternganga. Rumahnya megah, besar, dengan halaman yang luas mengapit air mancur di tengah-tengah. Tiga buah mobil terparkir di sana. Selama beberapa saat mataku mengamati Winna yang membuka gerbang sampai memasuki pintu depan. Winna anak orang kaya. Winna bukan cewek biasa. Dia dari keluarga kaya dan terpandang.
Entah kenapa tiba-tiba ada rasa sedih dalam diriku. Senyumku langsung hilang. Kuamati lagi rumahnya. Aku jadi rendah diri. Aku jadi merasa bukan siapa-siapa. Aku jadi pesimis. Bagaimana mungkin aku mendekatinya? Dia dari keluarga kaya. Sedangkan aku? Aku hanya anak dari keluarga sederhana. Kelasku jauh di bawah kelasnya. Kalau diibaratkan, Winna adalah ikan salmon sedangkan aku hanyalah ikan teri. Sangat beda jauh levelnya. Dia adalah kucing persia, aku hanyalah kucing jalanan. Dia adalah putri kerajaan, aku hanyalah prajurit biasa. Dia adalah keturunan bangsawan, aku hanyalah rakyat jelata. Rumahnya megah, rumahku hanya rumah sederhana. Dia punya mobil, sedangkan di rumahku cuma ada satu motor, itu pun punya papaku. Tidak akan cocok. Aku dan Winna sulit bersatu kalau begini caranya. Bahkan bisa jadi takkan pernah bersatu.
Hatiku mulai protes. Kenapa harus begini? Aku menatap langit yang sangat cerah. Matahari menyorotkan sinarnya. Tapi langit di dalam hatiku mulai mendung. Dulu aku selalu menganggap langit cerah pertanda langit sedang tersenyum padaku. Hari ini tidak. Langit memang tersenyum, tapi tersenyum mengejek. Langit seolah mengejek diriku yang sedang resah. Langit seolah menertawaiku.
Kenapa harus begini? Kenapa harus terjadi dengan cara begini? Kenapa tidak dengan cara yang lain saja? Kenyataan ini membuat aku terombang-ambing antara sedih dan bahagia. Bahagia karena menemukan orang yang kucintai seperti Winna. Sedih karena tahu jarak antara aku dengan Winna ternyata jauh, sangat jauh bahkan sulit dijangkau. Mungkin takkan terjangkau.
Kenapa harus begini? Cinta ternyata memang buta. Cinta membuat aku tergila-gila pada seseorang dengan membabi buta. Cinta membuat mataku tertutup hingga aku tak mampu melihat kenyataan yang sebenarnya. Cinta membuatku berfantasi gila sampai-sampai aku tak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Cinta membuat logikaku hilang sampai-sampai aku tak menyadari hal lainya dari cintaku pada Winna.
Untuk pertama kalinya, aku merasa semangat hidupku perlahan-lahan redup. Winna yang selama ini terus menyalakanku dengan api kebahagiaan akhirnya harus memadamkanku juga dengan air kesedihan.
Kenapa harus begini?
Bersambung...
Mohon komentarnya dan jangan lupa




ucln memberi reputasi
1
1K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan