- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jago Gak Berarti Pengen Jadi Atlet, Momen 2 Mimpi Pemain Yang Berbeda Ketemu di CL
TS
kaskus.infoforum
Jago Gak Berarti Pengen Jadi Atlet, Momen 2 Mimpi Pemain Yang Berbeda Ketemu di CL

Di antara ramainya kompetisi Campus League The Nationals 2025, terdapat dua kisah pemain muda yang cukup mencuri perhatian bukan hanya karena aksi mereka di lapangan, tetapi karena perbedaan kontras cita-cita besar yang mereka bawa dari rumah masing-masing. Dua sosok yang punya jalan berbeda, tetapi dipertemukan dalam satu wadah yakni olah raga futsal. Ada yang memandang futsal sebagai ruang bermain tanpa ambisi profesional, tetapi disisi yang satu lagi memandangnya sebagai pijakan menuju karier impiannya untuk menjadi atlet nasional. Di tengah riuhnya turnamen, keduanya menunjukkan bahwa futsal tidak hanya melahirkan pemenang di papan skor, tetapi juga perjalanan personal yang penuh warna.
Salah satu talenta muda ini adalah, Wibawaningtyas Ramadhani atau yang akrab dipanggil Tyas. Tyas mungkin terlihat seperti pemain yang bakal mengejar karier di futsal, karena penampilannya stabil, percaya diri, dan penuh energi. Namun begitu di luar lapangan, prioritasnya berubah total. Mahasiswi Ekonomi Pembangunan Universitas Tidar ini justru lebih dikenal karena nilai akademiknya yang cukup mebanggakan, dengan raihan IPK 3,87. Futsal memang digemarinya sejak lama, tetapi baginya itu tidak lebih dari ruang bermain saja. “Futsal cuma hobi. Akademik tetap nomor satu,” ujarnya tanpa ragu.
Kepada kampus dan tugas kuliahnya, Tyas menjaga komitmen yang sama besarnya dengan menjaga lini pertahanan Untidar. Ia bahkan menuntaskan semua tugas sebelum berangkat ke Yogyakarta dan Jakarta, enggan menjadi beban kelompoknya di kampus. Di balik performanya yang luar biasa, ada prinsip sederhana yang dijaga yakni segala sesuatu harus punya prioritas jelas agar hidup tetap tertata. Cita-citanya pun jauh dari lapangan. Ia ingin bekerja di Bea Cukai, sembari menertawakan betapa jauh profesi itu dari dunia futsal yang ia jalani sekarang.
Cukup kontras dengan Tyas, ada pula seorang pemain lain yang justru memanfaatkan turnamen ini sebagai batu loncatan menuju mimpinya yang jauh lebih ambisius di dunia olahraga. Namanya Nabila Wahidayati, pemain mungil dari Universitas Negeri Malang yang justru tampil paling galak di lapangan, berkat torehan lima gol dalam satu pertandingan, semua ia borong sendiri ketika UM berhadapan dengan Untidar pada fase regional Yogyakarta lalu, dan membuat tribun terus bergema setiap kali namanya dipanggil.

Nabila datang dengan energi yang sama kuatnya tetapi terasa berbeda. Ia bukan sekadar menikmati turnamen, tetapi ia sedang mengejar sesuatu yang besar. Keinginannya untuk masuk skuad Garuda, dan tentunya jadi pemain profesional yang mampu menembus batas permainannya. Bahkan ketidakpastian di laga pembuka, ketika UM masih beradaptasi dengan lapangan dan bola, tidak mengendurkan langkahnya. Begitu ritme pertandingan mengalir di laga berikutnya, ketajamannya langsung terasa.
Perjalanan Nabila juga awalnya tidak dimulai dari futsal. Ia tumbuh sebagai pemain sepak bola, kemudian pindah ke futsal ketika bergabung di kompetisi yang ada di Malang, dan ketika melewati kompetisi itu ia terasa lebih hidup. Keputusan itulah yang membentuk nalurinya sekarang, seperti permainan cepat, klinis, dan percaya diri. Di UM, penjurusan yang ia pilih sebagai jaluar pendidikannya pun sesuai dengan targetnya yakni, jurusan Kepelatihan Olahraga, yang membuat setiap latihan bukan hanya rutinitas tetapi juga studi kasus.
Uniknya dari komptisi Campus League yang mempertemukan antar kampus ini adalah kesempatan bertemunya talenta futsal yang berbeda tujuan dalam satu lapangan, salah satunya Tyas dan Nabila, yang bertemu dalam satu ruang. Campus League juga jadi tempat di mana hobi bisa jadi identitas, di mana ambisi bisa dipertaruhkan. Bagi Tyas, ini ruang untuk membuktikan bahwa mahasiswa berprestasi akademik tetap bisa kompetitif di lapangan, namun bagi Nabila, ini kesempatan memperlihatkan kualitasnya di panggung nasional.
Dari cerita keduanya, Campus League kembali membuktikan bahwa kompetisi ini bukan sekadar soal siapa juara, siapa pencetak gol, atau siapa yang tersingkir. Ia menjadi ruang di mana mahasiswa menemukan jati diri, membangun karakter, dan menapaki langkah pertama menuju masa depan, apa pun bentuk masa depan itu.
Diubah oleh kaskus.infoforum 04-12-2025 15:35
tiokyapcing memberi reputasi
1
37
2
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan