- Beranda
- Komunitas
- Lounge Video
Limboto dan Janji Sang Penjaga Danau


TS
yantosau
Limboto dan Janji Sang Penjaga Danau

Angin sore bertiup pelan di tepi Danau Limboto, menyapu permukaan air yang tenang seperti cermin. Burung-burung camar beterbangan rendah, dan perahu-perahu nelayan mulai kembali ke dermaga kayu yang sederhana. Di sanalah Yusuf, remaja 16 tahun asal Desa Iluta, duduk sambil menatap danau yang ia cintai lebih dari apapun.
Yusuf dikenal sebagai anak kampung biasa, putra sulung dari nelayan kecil yang sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari danau. Tapi Yusuf punya mimpi yang besar—ia ingin menjadi peneliti lingkungan, ingin menyelamatkan Danau Limboto yang makin dangkal dari tahun ke tahun.
“Dulu danau ini luas sekali,” kata kakeknya suatu sore. “Kalau musim hujan, airnya bisa sampai dekat masjid tua. Sekarang, tinggal lumpur dan eceng gondok.”
Yusuf tak mengerti bagaimana danau bisa "menyusut", tapi sejak kecil ia sudah melihat bahwa yang dulu tempat berenang, sekarang sudah jadi sawah. Yang dulu tempat kapal besar lewat, kini dipenuhi tanaman air dan sampah plastik.
Setiap Sabtu, Yusuf menyempatkan diri membaca di perpustakaan desa. Di sana ia menemukan artikel lama tentang kerusakan lingkungan Danau Limboto: sedimentasi, penebangan hutan, pencemaran limbah rumah tangga. Di situlah tumbuh tekad dalam dirinya. Ia ingin mengubah keadaan.
Suatu malam, Yusuf bermimpi aneh. Ia berada di tengah danau, sendirian, dengan air yang bercahaya seperti kaca. Dari dalam air, muncullah sosok lelaki tua berpakaian adat Gorontalo lengkap, mengenakan "payunga" (penutup kepala tradisional).
“Aku adalah Penjaga Danau. Danau ini hidup karena doa dan janji,” ucapnya. “Tapi manusia melupakan janji mereka.”
Yusuf terbangun dengan keringat dingin, tapi mimpinya terlalu nyata untuk dilupakan. Sejak saat itu, ia mulai mengubah rutinitasnya. Ia memungut sampah plastik setiap pagi di sekitar danau, mendokumentasikan kerusakan yang ia temui, dan mulai membuat catatan kecil untuk dijadikan kampanye di sekolahnya.
Ia juga membentuk kelompok kecil bernama “Sahabat Limboto” bersama tiga temannya: Mila, Rahmat, dan Iwan. Mereka mengunggah video pendek ke media sosial tentang kondisi danau dan pentingnya menjaga lingkungan. Tak disangka, video mereka viral di Gorontalo.
Kegiatan mereka menarik perhatian seorang dosen dari Universitas Negeri Gorontalo yang menawari Yusuf untuk mengikuti pelatihan lingkungan tingkat provinsi. Di pelatihan itu, Yusuf berdiri di depan puluhan peserta dan berbicara:
“Banyak yang bilang anak kampung seperti saya tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi bagi saya, menjaga danau adalah bagian dari menjaga rumah kita. Kita tidak bisa diam saat rumah kita perlahan tenggelam dalam lumpur.”
Kata-kata itu membekas. Tak lama, Pemerintah Kabupaten mulai melirik gerakan kecil Yusuf. Ia diundang dalam forum dialog, dan idenya tentang program edukasi berbasis lokal mulai dibicarakan serius.
Namun tak semua orang senang. Beberapa oknum pemilik tambak ilegal merasa terganggu. Yusuf pernah diancam agar berhenti mengusik “urusan orang dewasa”. Tapi tekadnya tak goyah. Ia tahu, kalau bukan dia, siapa lagi?
Suatu sore, Yusuf kembali ke tempat biasa ia duduk di tepi danau. Matahari tenggelam perlahan, dan siluet Gunung Tilongkabila terlihat dari kejauhan. Di tangannya, ada proposal sederhana berisi ide revitalisasi danau berbasis komunitas.
“Aku tidak tahu apakah proposal ini akan berhasil,” ucap Yusuf dalam hati. “Tapi aku tahu aku sudah memulainya.”
Dan malam itu, dalam tidurnya, ia kembali bertemu Penjaga Danau. Kali ini, sang penjaga tersenyum.
“Janji sudah dihidupkan kembali,” ucapnya. “Lanjutkan. Limboto kini punya penjaga baru.”
Catatan Budaya dalam Cerita:
Danau Limboto: Danau yang terletak di Provinsi Gorontalo dan semakin mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan pencemaran.
Payunga: Penutup kepala khas pria Gorontalo yang sering digunakan dalam upacara adat.
Tilongkabila: Nama gunung dan wilayah yang menjadi bagian dari topografi Gorontalo.
Tradisi oral dan peran leluhur: Penjaga danau digambarkan sebagai bagian dari kepercayaan lokal yang mengandung nilai filosofi lingkungan.


intanasara memberi reputasi
1
33
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan