enyahernawati
TS
enyahernawati
Jalan-jalan ke Wakatobi, Yuk ....


Welcome Wakatobi ....

Assalamu'alaikum Sahabat Kaskuser semuanya .... Ketemu lagi ya, dengan Enya, di cerita jalan-jalan dalam negeri, mengeksplor negara sendiri.

Kali ini Enya akan mengupas kisah ngebolang kami ke Wakatobi. Perjalanan ke Wakatobi ini Enya mulai dari Kendari dengan naik kapal laut. Yuk, ah, cekidot ....

***EHZ***

Wakatobi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang berupa gugusan kepulauan. Kabupaten ini dibentuk dan berdiri pada tahun 2003 dengan ibu kotanya terletak di kecamatan Wangi-Wangi.

Info dari beberapa sahabat kami yang pernah ke Wakatobi dan juga dari hasil Googling, katanya Wakatobi ini merupakan salah satu surga lautnya Indonesia. Tentu tidak lagi menjadi rahasia jika kepulauan ini juga menjadi salah satu tempat terbaik di dunia untuk menikmati kegiatan menyelam dan snorkeling.

Namun, bukan hanya wisata perairan itu saja, lho, yang menjadi daya tarik Wakatobi. Keindahan alam lainnya, juga peninggalan bersejarahnya pun menjadi tempat yang asyik untuk dikunjungi.

Oh ya, satu lagi, asal nama WAKATOBI ini ternyata diambil dari gabungan nama depan empat pulau utama yang berada di gugusan kepulauan tersebut, lho, yakni, WAngi- wangi, KAledupa, TOmia, dan BInongko.

Spoiler for Pelabuhan Panggulubelo, Wakatobi:


Spoiler for Dermaga Marina:


Spoiler for Benteng Togo Liya:


Spoiler for Pantai Wambuliga:


Spoiler for Kolam pemandian air tawar:



***EHZ***

Meskipun ombak lagi besar, dan benar sih, dua kali kami menumpang kapal kayu beberapa waktu lalu saat berkunjung ke pulau, Salabangkapaku, di Provinsi Sulawesi Tengah, kapal kayu yang kami tumpangi itu memang bergoyang heboh seperti naik kora-kora saja. Diayun kiri kanan, muka belakang. Mantap, cukup membuat puyeng dan perut bergejolak. Jangankan untuk berdiri atau duduk. Bahkan, dalam posisi tidur pun tubuh kadang menggelinding sehingga memaksa kami harus rebahan di sepanjang perjalanan supaya tidak mabuk laut.

Namun, karena memang transportasi laut-lah yang paling banyak, termudah, dan paling terjangkau untuk ke Wakatobi, maka, mau tak mau, tak boleh ada kata kapok, akhirnya, kapal laut itu pun kembali menjadi pilihan untuk mengembara.

Spoiler for Kapal kayu:




***EHZ***

Kami menaiki kapal pelni, Jet Liner. Kapal Jet Liner ini berangkat dari Pelabuhan Bungkutoko di Kendari jam 6 sore. Kapalnya lumayan besar dan bersih. Masuk ke kamar mandi saja kita disuruh lepas sandal, hehehe.

Oh ya, sore itu, kami sangat terlambat datang ke pelabuhan. Seharusnya kami tidak terlambat jika menilik waktu keberangkatan dari rumah. Kami sudah memberi jeda sekitar 1 jam 30 menit untuk menuju pelabuhan yang jaraknya hanya sekitar 20 menit saja berdasarkan Google Maps.

Namun, setelah berhenti sebentar membeli nasi bungkus--nasi padang, tak diduga, beberapa ruas jalan menuju pelabuhan ditutup dan dialihkan. Entah karena apa. Dan, macet pun mengular, membuat kami kebat-kebit, khawatir ketinggalan kapal. Meski sudah mencari jalan pintas, bahkan jalan tikus, tetap saja kami dag, dig, dug, der.

Finally, kami tiba 15 menit menjelang kapal berangkat atau 5 menit lagi menjelang peluit ketiga berbunyi. Dengan berlari-lari kami menuju ke kapal. Apalagi jarak pintu masuk ke dermaganya lumayan jauh. Alhamdulillah, kami tidak terlambat.

Duh, kalau kayak gini, sepertinya kita memang harus memberi waktu lebih lama lagi ya, jika ingin berangkat. Jangan terlalu mepet. Baik ke bandara, pelabuhan, atau pun ke terminal. Tentu saja tujuannya supaya kita tidak tertinggal jika ada sesuatu yang di luar rencana. Gak apa-apa-lah sedikit lama duduk di ruang tunggu. Dari pada ketinggalan, kan jadi rugi kitanya. Ya, rugi waktu, rugi uang apalagi, ihiks.

Oke, kembali ke cerita kapal, ya ....

Nah, pas naik kapal, pas pula kapalnya penuh. Tak ada tempat. Nomor kursi di tiket sepertinya tak dipakai karena orang-orang lebih memilih tempat sesuai keinginan atau sedapatnya saja. Alhasil, kami pun harus mencari kursi lain yang kosong.

Ketemu kursi, di sekitarnya sudah banyak yang menggelar matras. Baru saja kami duduk, alhamdulillah azan Maghrib berkumandang. Kami pun bersantai dulu sejenak sembari menikmati santap buka puasa dengan dua bungkus nasi padang berlauk rendang yang kami beli tadi, dimakan bertiga. Ditambah dengan nasi pembagian dari kapal. Seperti biasa, lauk dari kapal masih sama; ikan goreng. Dan, kalau di kapal pelni ini ada menu tambahan lainnya; sayur dan satu lagi lauk tumis tergantung ketersediaan. Malam itu tumis macaroni. Alhamdulillah.




Dari informasi yang kami baca sebelumnya, kapal besar ini dulunya berlayar hanya untuk jarak dekat, melayani penyeberangan sekitar 3 jam dan paling lama 6 jam saja. Makanya yang tersedia di kapal hanya kursi. Namun, mungkin karena sesuatu hal, saat ini kapal Jet Liner ini justru melayari penyeberangan yang lumayan jauh, dari Kendari langsung ke Wakatobi dengan lama perjalanan sekitar 12--14 jam.

Atas alasan lama perjalanan itulah makanya sebagian besar penumpang kapal berusaha mencari lahan yang lebih luas untuk membentangkan matras agar bisa beristirahat atau tidur dengan lebih nyaman. Matras ini gratis ya, dan masih banyak yang baru.

Karena penumpang yang padat dan kami tak mendapat tempat untuk berbaring, akhirnya, kami pun kembali kasak-kusuk mencari tempat lain, pindah ke ruang prioritas; khusus ibu hamil, menyusui, orang tua, dan membawa anak-anak. Bersyukur ruangan duduk di sana masih kosong. Dan, akhirnya, di tempat itulah kami melabuhkan diri, menghamparkan matras, dan tidur, wkwkwk.

Oh ya, satu kata, SALUT untuk kebersihan kapal ini.❤❤❤










***EHZ***

Setelah 13 jam perjalanan, menikmati laut yang awalnya lumayan tenang, tetapi menjelang tengah malam ia sedikit bergolak, pukul 07 pagi kami pun tiba di pelabuhan Panggulubelo, Wangi-wangi, Wakatobi. Akhirnya, welcome Wakatobi ....

Baru saja turun kapal, kami sudah disambut dengan hijau dan jernihnya air laut di pelabuhan. Tosca, bro .... Rasa pengin buru-buru menyebur, hehehe.

Spoiler for Tosca:


Oh ya, lamanya perjalanan, tentu tak boleh disia-siakan. Cara lain mengisi waktu supaya tidak membosankan tentu saja dengan berbincang-bincang. Kami pun sama, menikmati perjalanan ini dengan mengobrol sesama penumpang, bertanya-bertanya tentang situasi dan kondisi di Wakatobi, terutama tempat-tempat apa saja yang wajib dikunjungi.

Tak dinyana, penumpang yang menjadi teman mengobrol kami itu seorang bos pertamini di Wakatobi. Ternyata, beliau juga kenal dengan sahabat yang akan kami temui. Bukan hanya kenal, malah ada hubungan keluarga pula. Klop dah. Jodoh memang tak lari ke mana.

Dan, perbincangan di kapal malam itu membuat kami diajak dulu mampir ke rumahnya. Biar nanti penjemput kami yang datang mengambil kami di rumah beliau. Wah, asyik juga kalau begitu. Enggak perlu menunggu lama di pelabuhan, ya. Rezeki anak sholeh, hihihi.

Tak hanya mampir, kami pun diajak sarapan. Namun, alhamdulillah hari itu kami sedang puasa Syawal hari ke-6. Dan rezeki lain sebagai gantinya, kami ditawari mobil untuk dipakai jalan-jalan selama di Wakatobi. Akan tetapi, karena masih capek luar biasa setelah maraton naik kapal berhari-hari, akhirnya menantu beliaulah yang didapuk mengantar kami ke mana pergi untuk mengeksplor pulau ini. Maka, nikmat yang mana lagi yang engkau dustakan? MasyaAllah ....




Oke, deh, Sahabat. Udah kepanjangan nih, kisah pembukanya. So, segini dulu ya, cerita awalnya. Cerita permulaan pengembaraan kami dari Kendari ke Wanci, Wangi-Wangi, Wakatobi.

InsyaAllah di thread berikut, Enya akan mengulas jajanan dan tempat-tempat wisata yang bisa kita kunjungi di Pulau Wangi-wangi ini.

Yuk, Ciayo ....
(Pict, dokumen pribadi)
Diubah oleh enyahernawati 01-06-2023 02:26
bromocoolagusn6778ekapabettai
ekapabettai dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.1K
10
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan