baccuAvatar border
TS
baccu
Bulan Purnama


Bab 1 – Bulan Temaram


Malam itu aku kembali merenung seperti biasanya. Sepoi angin yang menembus celah dedaunan, memelukku dengan lembut. Cahaya bulan mulai temaram, seolah mengabaikanku. Di seberang jalan tampak beberapa pemuda bercanda tawa. Mereka terseok-seok sembari menggenggam botol minuman keras. Anjing di pekarangan sebelah terus menggonggong berlagak mengusirku.

“Ya ampun”, gumamku dengan lirih.

Aku pun turun dari atap, melewati jendela dan masuk kembali ke dalam kamarku. Jika banyak yang bertanya-tanya? Sudah sewajarnya tiap insan manusia memiliki tempat favorit untuk menyendiri; bagiku atap rumah adalah bilik paling nyaman untuk menenangkan hati yang gundah.

Kupandang jam kuno yang menempel di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh dua menit. Sebelum beranjak tidur kulihat sejenak layar ponselku, hanya untuk menambah rasa kesal.

“Udah tidur mungkin ya?” hiburku dalam hati.

Sudah tiga hari ini Lisa, pacarku, tidak membalas pesanku. Bahkan notifikasi untuk menunjukkan ‘sudah dibaca’ pun dia matikan. Memang aku mungkin sedikit keterlaluan saat pergi tanpa pamit dengannya. Dia selalu mengabaikanku, seolah aku tidak ada.

Kami sempat bertengkar lantaran hal yang sebenarnya cukup sepele. Tempo hari lalu kami sudah berencana untuk makan malam bersama di sebuah restoran baru. Namun karena desakan pekerjaan, aku harus lembur hingga terlambat satu jam. Menunggu selama itu bagaikan setahun, atau bahkan sewindu di pikirannya. Saat datang menjemput, dia sudah mengenakan piyama dan menatapku dengan sinis. Walaupun sudah kurayu dengan beribu kalimat, dia tetap enggan untuk beranjak dan mulai berceloteh bagaikan pemuka agama.

Dengan jujur kuutarakan segala alasanku namun tetap saja melewati kedua daun telinganya. Akibat terlalu lelah, aku pun ikut terbawa emosi. Kami sempat adu mulut hingga akhirnya kuputuskan untuk segera pergi dari teras rumahnya tanpa sepatah kata pun. Setelah malam itu, Lisa seolah sudah tak peduli lagi.

“Dag dag dag,” tiba-tiba terdengar suara yang hampir membuat dada ini meledak.

“Anjing! Siapa sih!” timpalku.

Beberapa hari terakhir sering terdengar suara-suara aneh. Terkadang seperti langkah kaki sedang berlari. Kemarin juga ada seseorang yang mengetuk pintu, namun setelah kubuka, tidak ada siapa pun. Ingin rasanya aku pindah, tapi sayang sekali kamar lain sudah terisi penuh.

Kos yang kutinggali ini memang terkenal murah dan juga aman. Selain itu para penghuni juga cuek, justru sebagai nilai tambah menurutku. Letak kamarku ada di lantai tiga, lantai paling atas. Akses menuju ke atap sangat mudah, hanya keluar dari jendela dan memanjat pagar balkon kecil. Hanya ada empat kamar di lantai ini, dengan dua kamar saling berhadapan yang terpisah oleh tangga menuju ke bawah.

Kamar sebelahku dihuni oleh seorang mahasiswa bernama Roni yang jarang pulang. Dia kerap disibukkan dengan kehidupan kampusnya karena mengikuti organisasi. Dua kamar di seberang ditinggali oleh pekerja swasta bernama Rama dan Ipul. Mereka teman sekantor dan sangat suka bermain game online sampai larut.

Walaupun jantung ini masih berlomba, aku tetap berpikir jernih. Mungkin saja ada anak kos lain yang iseng. Kuabaikan bunyi tadi dan memejamkan mata. Berharap hari esok akan sedikit lebih baik dari hari ini.


***


Bersambung...



Quote:


Diubah oleh baccu 04-10-2022 07:40
indrag057Avatar border
indri507Avatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
4.5K
101
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan