Jakarta, CNBC Indonesia - Departemen Pertanian AS (USDA) mencatat, pandemi Covid-19 turut mengubah pola industri ritel di China. Dan membuka peluang akses lebih besar bagi produk-produk makanan impor masuk ke China. Demikian mengutip laporan tahunan USDA yang dirilis pada 24 Agustus 2022.
Data USDA menunjukkan, sepanjang tahun 2021, total nilai impor produk pangan konsumsi China mencapai US$102 miliar. Angka itu melonjak 14,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Terbanyak adalah makanan laut, produk susu, produk babi, daging sapi dan produk sapi, serta produk daging lainnya.
Dari total nilai impor tersebut, Amerika Serikat (AS) menguasai porsi hingga US$7,9 miliar. Secara nilai, pemasok utama produk pangan konsumsi ke China adalah Uni Eropa dengan porsi 25%.

Namun, jika dirinci per negara, AS menempati posisi ketiga sebagai pemasok pangan konsumsi ke China. Setelah Thailand dan Selandia Baru.

Berikut 7 produk yang mendominasi impor pangan China tahun 2021:
1. Produk babi dengan total impor US$10 miliar
- pemasok utama: Spanyol (31%), AS (9,3%)
2. Daging sapi chilled dengan total impor US$0,6 miliar
- pemasok utama: Australia (48%), AS (33%)
3. Daging sapi beku dengan total impor US$12 miliar
- pemasok utama: Brasil (39%), Argentina (17%)
4. Buah segar dengan total impor US$15 miliar
- pemasok utama: Thailand (41%), Chile (15%)
5. Produk unggas dengan total US$3,5 miliar
- pemasok utama: Brasil (41%), AS (31%)
6. Ikan dan makanan laut lainnya dengan total impor US$13,8 miliar
- pemasok utama: Ekuador (15,8%), Rusia (13,4%), Kanada (7,7%), AS (7%)
7. Produk susu dengan total impor US$9,6 miliar
- pemasok utama: Selandia Baru (50%), Australia (8%).

Tampak Rusia hanya mengalahkan AS untuk produk ikan dan makanan laut lainnya di pasar China.

Kesepakatan perjanjian dagang AS-China Fase I dilaporkan telah membuka akses lebih luas bagi produk babi asal AS. Begitu juga dengan beberapa buah segar asal AS, seperti blueberry dan alpukat.

sumber