lakonstoryAvatar border
TS
lakonstory
PAGEBLUK ( KERANDA TERBANG ) PART 1


      " P A G E B L U K "

Semua nama dalam cerita ini disamarkan, mohon maaf jika ada kesamaan.
( Dilarang keras copas, story telling, reupload semua cerita lakon story di Youtube, website, blog, aplikasi podcast atau dimanapun tanpa ijin dari lakon story. semua peraturan tentang reupload, sudah tersedia di fanpage lakon story, silahkan dibaca terlebih dahulu jika ingin reupload. Jika kami menemukan cerita lakon story di reupload tanpa ijin, kami akan langsung menindak dengan sangat tegas).
...........

Perkenalkan namaku Aris, aku adalah seorang lelaki remaja yang baru saja menginjak usia 20 tahun.
Disetiap harinya, aku tinggal bersama kakek nenek serta adikku ( Retno 5 tahun ). karena kedua orang tuaku yang memang sedang bekerja diluar negeri.
Kami sekeluarga, tinggal disebuah perkampungan kecil yang terletak disalah satu sudut kota yang ada dipulau jawa.
Awalnya, semuanya memang berjalan dengan baik baik saja. Hingga akhirnya semuanya berubah setelah sebuah kejadian yang bisa dikatakan tidak hanya menimpaku saja, melainkan menimpa seluruh warga kampung yang akhirnya membuat kejadian tersebut tidak akan pernah bisa aku lupakan untuk selama lamanya.
Masih sangat teringat jelas dikepalaku, malam itu entah kenapa, hawa yang ada disekitarku lebih dingin dari sebelumnya, suasana yang biasanya masih ramai orang, malam itu benar benar sangat sepi entah kenapa.
Bahkan, akupun juga masih ingat, disela sela aku duduk bersama kakek dan nenekku, aku sempat menanyakan tentang keadaan lingkungan yang sepertinya memang sangat mencurigakan.
" Kok dungaren sepi koyok ngeneki yo mbah, embong embong jan suepi raenek uwong blas, padahal iki sek jam 8. ( Kok tumben sepi kayak gini ya mbah, jalanan juga sepi gak ada orang sama sekali, padahal ini masih jam 8 malam ). " Ucapku dengan melihat kakekku yang terlihat memutar mutar radio yang ada didalam rumah ini.
" Laiyo i, kok dungaren, sek yamene. ( Laiya, kok tumben, masih jam segini udah sepi kayak gini ) " sahut nenek yang malam itu terlihat keluar dari dapur menuju kearah ruang tamu dengan membawa secangkir minuman hangat.
" Yo ncen sepi, wong howone adem e koyok ngene, uwong te metu yo wegah . ( Ya memang sepi, orang dinginnya kayak gini, orang orang mau keluar rumah ya males lah )." Jawab kakekku sambil kembali duduk tenang ditempat duduk favoritnya.
Namun anehnya, setelah beberapa saat kami bertiga terdiam, tiba tiba kakekku terlihat kaget dengan sedikit berdiri dari tempat duduknya seolah melihat sesuatu yang melintas didepan rumahku.
Dan tidak berhenti disitu saja, kakekpun seketika berjalan pelan kearah pintu utama rumah dengan matanya yang melihat kekanan dan kekiri seolah sedang mencari sesuatu.
" Ono opo pak. ( Ada apa pak ) " ucap nenek yang malam itu juga terlihat ikut kaget dengan tingkah laku kakek yang memang tiba tiba terlihat aneh.
" Duh gusti.... mugo mugo kabeh diparingi slamet. Wes ayo kabeh mlebu turon, adikmu junjungen gowoen nang sarongku ae. Bengi iki kabeh turu sarongku ae, aku koyok ketok barang seng ora genah ( Ya tuhan, semoga semuanya tetap diberi keselamatan. Sudah ayo semua masuk kamar, adikmu cepat angkat dan bawa kekamarku saja. Malam ini semuanya tidur dikamarku saja, aku sepertinya melihat sesuatu yang tidak benar ) " teriak kakek dengan seketika menutup pintu utama rumahku dengan gelagat yang terlihat terburu buru.

Mendengar hal itu, tentu saja aku dan nenekkupun seketika patuh dengan perintah kakek.
Karena sejak aku kecil, aku memang sudah diajari ketika kakek berkehendak, aku dan semua orang dirumahpun wajib mengikuti meskipun terkadang aku pribadi tidak tau alasannya.
Benar,
Semua itu memang sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan. Karena akupun tau, jangankan kami yang ada dirumah, orang orang dikampungkupun semua juga sudah faham, jika kakekku sudah berbicara atau memberikan perintah, semua warga pasti mengikutinya.
Karena dikampung ini, kakek adalah sesepuh yang setiap ada kegiatan apapun seputar adat istiadat, beliau selalu menjadi pemimpin yang disegani warga.
Oleh karena itu, tanpa banyak tanya lagi, akupun langsung menggangkat adikku yang saat itu sudah tertidur pulas dikursi ruang tengah rumahku.
Dan tidak berhenti disitu saja, akupun langsung membawa adikku masuk kedalam kamar kakekku yang pada akhirnya, malam itu kami ber empat tidur dikamar kakek dengan aku dan adikku tidur diatas ranjang,  kakek dan nenekku tidur dilantai beralaskan tikar karena memang ranjang yang ada dikamar kakekku ini hanya ada satu.
......
Malam itu, tentu saja aku tidak bisa langsung tidur dengan nyenyak, karena selain waktu yang masih menunjukan pukul 8 malam, aku masih memikirkan tingkah laku kakek yang tiba tiba berubah aneh padahal sebelumnya, aku tidak pernah sekalipun melihat kakekku bertingkah gugup seperti itu,.
Kakek yang sebelumnya terkenal sebagai orang yang sangat tenang dan berwibawa, malam itu benar benar berubah menjadi orang yang sangat aneh seperti sedang dikejar oleh makhluk yang tak kasat mata.
Dengan terus memikirkan semua itu, akupun hanya diam dengan mataku yang memang masih sangat sulit untuk terpejam.
Ditengah tengah aku masih mencoba memejamkan mata, malam itu aku tiba tiba mendengar suara obrolan bisik bisik dari kakek dan nenekku yang saat itu sepertinya juga masih belum bisa tidur dengan tenang.
" Ono opo pak, kok samean sampek koyok ngono, samean ketok opo, sampek saiki jantung samean sek ndredek. ( ada apa pak, kok bapak tadi sampek kayak gitu, bapak habis lihat apa, sampai sekarang jantung bapak masih berdetak kencang lo ). Tanya nenek lirih.
" Aku mari ketok penduso liwat banter mlayu ngetan, pikiranku gak penak, opo jare Sudirman wingi bener yo buk ( aku habis lihat keranda mayat lewat cepat sekali kearah timur, fikiranku jadi gak enak e, jangan jangan apa yang dikatakan Sudirman kemarin benar buk ) " jawab kakek dengan nada yang juga ikut lirih namun masih sangat terdengar jelas ditelingaku karena memang kami malam itu berada di satu ruangan yang sama.
" Seng tenang sek, didelok disik mene yokpo, ora usah difikir sek ( yang tenang dulu, dilihat saja besuk gimana, jangan difikir dulu ya pak ) " sahut nenek.
" Aku wes 35 tahun luweh gak ndelok penduso lewat koyok iki maeng buk, aku khawatir kabeh bener bener kedadean, iki maeng howone yo ora penak nemen. ( Aku sudah 35 tahun lebih tidak melihat keranda mayat lewat seperti itu, aku jadi khawatir jika semuanya benar benar akan terjadi, ditambah, ini tadi hawanya juga gak enak sama sekali lo ). Jawab kakekku dengan nada yang terlihat sangat susah.
Dan setelah mendengar obrolan kakek dan nenek, akupun mulai memejamkan mata dengan coba tidak memperdulikan itu semua karena akupun tau, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kakek dan nenekku ucapkan malam itu.
Malam itu, hawa dirumahku benar benar sangat dingin tidak seperti biasanya, angin yang biasanya jarang sekali berhembus, malam itu benar benar berhembus kencang tidak karuan.
Bahkan, aku yang sebelumnya tertidur pulaspun, beberapa kali terbangun karena suara atap rumahku yang bergoyang goyang karena diterpa angin yang malam itu benar benar sangat kencang.
Dan puncaknya, sekitar pukul 02.00 dinihari, aku terbangun karena aku mencium aroma bunga khas pemakaman yang sangat menusuk hidung.
Aroma tersebut tercium kuat dengan diiringi suara jendela kamar kakekku yang tiba tiba terdengar seolah olah sedang diketuk oleh seseorang dari luar.
Namun anehnya, suara ketukan tersebut terdengar sangat cepat dengan tempo yang sangat tidak beraturan.
" Tok, tok, tok toktoktoktoktokok, tok. Tok tok toktoktok "
Mendengar hal itu, akupun seketika terbangun dari tidurku dan mengarahkan pandanganku kearah jendela kamar yang saat itu memang masih dalam keadaan tertutup rapat.
Dan sesaat setelah aku melihat dan mendengar jendela kamar yang terus terusan berbunyi, pandangankupun kuarahakan kearah bawah ranjang dengan maksud ingin melihat kakek dan nenekku tidur, apakah mereka mendengar apa yang aku dengar, fikirku.
Namun anehnya, setelah aku mengarahkan pandanganku kearah lantai tempat kakek dan nenek tidur, malam itu aku tiba tiba sangat terkejut karena aku tidak melihat adanya kakek dan nenekku berada ditempatnya.
" Loh, kakek dan nenek kemana ini, kok gak ada " fikirku.
Mengetahui hal itu, akupun seketika berdiri dan segera menuju kearah jendela kamar yang masih berbunyi tersebut dengan beranggapan suara ketukan tersebut adalah suara dari kakek atau nenekku yang sedang meminta bantuan.
Dan tanpa fikir panjang, malam itu akupun seketika membuka jendela kamar ini dengan diiringi suaraku yang berteriak memanggil nama kakek dan nenekku.
" Mbah " ucapku dengan tanganku yang  mendorong jendela kamar agar terbuka semuanya.
Namun anehnya, ketika jendela kamar kakek sudah terbuka lebar, aku tidak melihat siapapun yang ada disamping rumah ini, semuanya tetap gelap gulita karena memang samping rumah ini adalah kebun pisang milik kakek yang biasanya dirawat sehari hari.
Melihat hal itu, akupun kembali terkejut dengan jantungku yang saat itu juga tiba tiba berdegup kencang tidak beraturan.
" Lho kok gak ada orang,, mbah.....mbah..." Teriakku dengan mataku yang mengarah kekanan dan kekiri mencari seseorang yang sudah mengetuk jendela kamar ini.
Namun karena aku tidak kunjung melihat siapapun, akhirnya akupun berjalan keluar kamar kakek dan berencana mencari kakek dan nenekku yang malam itu memang tiba tiba tidak ada.
Namun anehnya, baru saja aku keluar dari kamar kakekku, malam itu aku melihat kakek dan nenekku ternyata terlihat berdiri
dibalik pintu ruang tamu dengan sedikit membuka gordennya seolah olah sedang mengawasi sesuatu.
" Mereka berdua lihatin apa ya,,kok sembunyi sembunyi gitu " fikirku.
Melihat hal itu, tentu saja aku seketika memanggil nama beliau karena akupun curiga apa yang sedang mereka lakukan dimalam yang selarut ini.
" Mbah,,," teriakku,
Mendengar teriakanku, kakek dan nenekku yang sebelumnya terlihat sibuk mengawasi sesuatupun seketika bersama sama menoleh kearahku dengan tatapan yang terlihat sangat terkejut.
Bahkan, mereka berduapun tiba tiba berlari kearahku dengan tangannya yang seketika menuntunku untuk masuk kembali kedalam kamar dengan langkah yang terbilang sangat gugup ketakutan.
Sesampainya didalam kamar, tiba tiba aku seketika diarahkan untuk ikut tidur diatas lantai dengan adikku yang juga diangkat oleh nenekku agar ikut tidur bersama kami diatas lantai dengan gelagat yang mencurigakan seolah benar benar sedang dalam keadaan yang sangat ketakutan.
Dan yang paling membuat aku bingung adalah, disela sela kakek menata tempat tidurku, kakek sempat berkata kepada nenek jika semua yang dikhawatirkannya sepertinya akan terjadi.
Hal itu semakin membuat aku bingung dan tentu saja malam itu aku hanya bisa diam dengan tidak berani sekalipun menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi didalam rumah ini.
Singkat cerita,
Malam itupun berlalu begitu saja.
Keesokan harinya, kami semua dikejutkan dengan adanya kabar kematian dari warga kampungku yang saat itu berjumlah lebih dari satu.
Dan yang paling membuat aku terkejut adalah, semua warga yang meninggal tersebut, tidak ada satupun yang mengidap penyakit kronis.
Mereka semuanya sebelumnya baik baik saja, bahkan bisa dikatakan sangat sehat dengan usia yang tidak terlalu tua.
Dan dengan coba tidak terlalu memikirkan hal itu, akupun seperti biasa langsung diajak oleh kakekku untuk pergi kerumah satu persatu warga yang sedang mengalami musibah tersebut untuk melakukan takziyah dan berbela sungkawa.
Dan singkat cerita, waktupun menunjukan pukul 17.00 sore.
Sore itu, aku akhirnya sampai dirumah orang terakhir yang meninggal di hari itu.
Setelah semua doa dan bela sungkawa sudah kulakukan, tiba tiba kakekku menghampiriku dengan maksud menyuruhku untuk pulang terlebih dahulu.
" Le samean moleh disik yo, ngomong mbok e, aku ngkuk moleh bengi, aku kate ngaji ngalih ngalih, terus te mampir nang omah e pak Sudirman. ( Nak, kamu pulang dulu ya, bilang mbahmu, aku nanti pulang malam, soalnya aku mau mengaji pindah pindah, kan ini tadi banyak sekali orang yang meninggal dunia, terus aku nanti juga mau mampir kerumah pak Sudirman. " Ucap kakekku jelas.
Dan tanpa membantah semua perkataannya, akupun sore itu seketika pulang kerumahku begitu saja.
Sesampainya dirumah, tentu saja aku seketika langsung menemui nenekku yang anehnya, sore itu terlihat marah marah tidak karuan dengan adikku yang juga sudah terlihat menangis tersedu sedu.
" Nopok o mbah, Retno rewel maleh ta. ( Kenapa mbah, Retno rewel lagi ya ). " Ucapku sambil menggendong adikku yang sore itu masih menangis tersedu sedu.
" Wong wes sorop kok gak gelem dijak mlebu omah, iku maeng dulinan lemah ndek ngarep omah gak mari mari, wong usume molo kok te angel. ( Orang sudah menjelang magrib kok gak mau diajak masuk rumah, itu tadi dia mainan tanah didepan rumah gak selesai selesai, sekarang lagi banyak bahaya kok gak bisa dibilangin ). " Ucap nenekku dengan nada yang memang sedikit kesal.
" Sudah sudah diam dek, ini memang sudah sore lo " ucapku sambil menenangkan tangisan adikku.
" Mbah mu nandi le, ( kakekmu kemana nak ) " tanya nenek tiba tiba.
" Mbah ngaji riyen, la katah i seng sedo, rupane sampek bengi, wau tirose nggeh arep mampir dalem e pak Sudirman. ( Kakek mau ngaji dulu nek, la memang banyak yang meninggal dunia lho, sepertinya ngajinya sampai malam, dan itu tadi juga bilang mau mampir kerumah pak Sudirman). " Terangku jelas.
Dan setelah mendengar semua penuturanku, akhirnya kami semuapun masuk kedalam rumah agar bisa segera beristirahat.
Malampun tiba......
Malam itu, entah kenapa, keadaan dirumahku semakin lama terasa semakin aneh saja.
Angin malam yang terasa semakin kencang dengan diiringi suara burung yang tidak berhenti berkicau, membuatku sempat berfikir jika sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi didalam rumahku.
Merasakan hal itu, tentu saja akupun seketika membicarakannya kepada nenekku yang saat itu tiba tiba terlihat duduk diam diruang tamu rumahku.
" Mbah mboten sare ?. ( Nenek gak tidur nek ? ) " Tanyaku sambil ikut duduk tepat disamping nenekku.
" Walah sek jam 21.00 ae le...mbahmu yo durung moleh kok, tak ntenane sek. ( Halah ini masih jam 21.00 malam, kakekkmu juga belum pulang, gak papa kok, biar kutunggu sini saja ) " ucap nenekku pelan.
" Nggeh pun, kulo sare riyen nggeh mbah, tak kelonane Retno. ( Yasudah, aku tidur dulu ya nek, mau nemenin Retno ). Ucapku sopan.
" Turu ndek nisor ae yo le, pikiranku gak karu karuan soal e ( tidur dilantai saja ya nak, fikiranku gak karu karuan ini soalnya ). Sahut nenekku.
Dan dengan mematuhi perintah nenekku, akhirnya akupun berjalan pelan kearah kamar kakek dengan adikku yang sudah terlebih dahulu berada didalam kamar kakek dengan keadaan yang sudah tertidur pulas.
Dan setelah selesai mempersiapkan semuanya, akhirnya akupun tidur tepat disamping adikku dengan badanku yang juga terasa lelah karena sudah berkeliling seharian.
Namun anehnya, belum lama aku beristirahat, tiba tiba aku kembali mencium aroma bunga khas pemakaman yang sangat menusuk hidung, aroma wanginya ditambah dengan semilir angin yang berhembus, tentu saja membuatku malam itu kembali tidak bisa tidur dengan nyenyak meskipun selimut sudah menutupi seluruh tubuhku dengan sangat rapat.


BERSAMBUNG

smoothcappucinoAvatar border
mr.bukyAvatar border
terbitcomytAvatar border
terbitcomyt dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.9K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan