event2Avatar border
TS
event2
Cinta Seorang DJ Untuk Gadis Nakal
Sepulang sekolah seperti biasa, Melodi mendapati Mamanya bersama lelaki tidak tau diri. Masuk ke kamar dan tak lupa menguncinya.

Duduk di jendela kamar, meratapi diri yang tidak beruntung. Melihat rumah sebelah yang akan menjadi tetangganya.

Melodi menajamkan pandangan, setelah melihat anak lelaki berseragam sama dengannya. Mengendarai motor metik, memasuki pekarangan rumah di samping rumah Melodi.

Apa tetangganya seorang lelaki? Oh ya ampun. Kalau memang benar, ini gawat!
Dengan cepat, Melodi keluar kamar. Berlari untuk memastikan semuanya.

"Eh Non, mau kemana? Makan dulu." Tegur Bik Iyem membawa makan siang Melodi.

"Nanti aja, Bik. Tarok aja disitu." Jawab Melodi buru-buru.

"Jangan playon!"

"Darurat, Bik...."

Bik Iyem hanya mendengus melihat Melodi yang sudah dinasehati.

Melodi berlari keluar rumah, beranjak ke warung Bu Nur. Dari postur tubuhnya, sepertinya lelaki tadi tidak asing bagi Melodi.

Benar saja, setelah lelaki itu melepas helm nya, Melodi tau itu adalah Zeyn. Teman sekelasnya.

Panik, Melodi mondar-mandir memegang kepalanya. Jika Zeyn tau , Melodi anak pramuria bagaimana? Jika Zeyn tertarik dengan Mamanya bagaimana?

"Hua...." Melodi berteriak frustasi.

Zeyn yang mendengar teriakan, langsung menghampiri sumber suara. Ia melihat Melodi yang juga melihatnya.

"Ngapain?" Tanya Zeyn.

"Apa? Eh anu. Elu yang ngapain?!" Saking paniknya, Melodi kembali bertanya.

"Gua? Ini rumah gua, sekarang." Jawab Zeyn datar.

"Hah! Apa?" Melodi tercengang setengah mati. "Lu bakal tinggal disini selamanya?" Tanya Melodi memastikan.

"Iya, kenapa?"

"Eng-gak, enggak. Iya enggak kok, enggak."

"Trus, lu ngapain disini?" Tanya Zeyn.

"Gua? In--ini rumah gua!" Jawab Melodi nyolot sambil memukul meja Bu Nur. Beruntung tak di dengar Bu Nur.

"Oh." Zeyn pergi setelah mendengar jawaban Melodi.

Semua pembantu membungkuk hormat, sangat rapi. Wajah Zeyn tetap datar mendapat perlakuan istimewa dari pembantunya.

"Kalian pulang. Jangan kesini lagi." Perintah Zeyn datar.

"Tapi---"

Tak!

Zeyn membanting helm yang ia pegang. Membuat pembantu terkejut, takut.

"Pergi. Jika Nyonya besar bertanya. Jawab, gua mau mandiri!" Pinta Zeyn datar. Pembantu mengangguk dan pergi sesuai perintah Zeyn.

Melodi berdiri memandangi kediaman Zeyn Gilbert Oktavinus. Sedang memikirkan cara apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ia harus membuat Zeyn pergi dari sini. Tapi bagaimana?

"Hayo, ketahuan kan." Goda Bu Mawar tiba-tiba nyelonong.

"Gak!" Sahut Melodi berjalan pulang.

Membuka pintu dan melihat Mamanya sedang bersetub*h dengan beberapa lelaki. Tak perduli dimana tempatnya, mareka selalu melakukannya.

Kali ini, Melodi melihat Mamanya sampai di cekik. Walau begitu, Mamanya tetap tersenyum nikmat.

Tak tahan dengan semuanya, Melodi mengeluarkan tendangan maut. Sontak klein Mamanya jatuh.

"Kluar." Usir Melodi.

"Kamu apa-apan sih?" Tanya Mamanya dalam keadaan yang akh.

"Keluar sekarang!" Melodi menunjuk pintu, mengusir lelaki bejat.

"Mel!" Bentak sang Mama.

"Keluar atau mati?!"

Dengan cepat, mereka memakai pakaian dan keluar tanpa sepatah kata.

Plak!

Mama Melodi menampar dengan emosi. Sampai-sampai Melodi berputar-putar dan menghantam meja makan.

"Kenapa, Mah?" Tanya Melodi yang di iringi tangis.

"Karna kamu anak tidak tau diri!" Maki Mama Melodi dengan memukuli kepala Melodi.

Bik Iyem yang melihat, langsung memisahkan anak dan ibu sebelum bertambah parah.

"Nya, udah Nya. Non ayo kekamar." Bik Iyem menarik Melodi pergi ke kamar.

Di kamar, Melodi menumpahkan tangisan bayi nya. Menidurkan kepala di pangkuan Bik Iyem yang duduk di bibir ranjang.

"Hua, Melodi gak tahan Bik. Melodi mau pindah aja...." keluh Melodi menangis pilu.

"Jangan, Non. Bik Iyem gak bisa kalo gaada Non Melodi disini." Bujuk Bik iyem.

"Mama jahat banget, Bik. Melodi mau ikut Abang di Singapura aja. Gapapa kalau Melodi berhenti sekolah. Hua...."

"Jangan, Non." Pinta Bik Iyem memelas. Berhap anak yang dirawatnya selama 17 tahun tak pergi jauh dengannya. Tak sanggup rasanya, sunggung!

____________

17 taun lalu.

"Oweekh oweekh...." Tagis bayi pecah di rumah mewah bernuansa putih.

"Nih, mulai sekarang kamu yang merawat bayi ini." Seorang wanita berdada montok sedikit emosi saat menggendong bayi kecil yang masih terlihat begitu merah.

Bayi yang baru 21 jam dilahirkan itu, bukannya berada di rumah sakit malah berada di rumah seorang pramuria muda berusia 22 tahun.

Bayi yang menggunakan gelang nama Melodi Ayunda, terlihat jelas dengan tinta hitam. Dan kalung berbentuk love menghiasi leher mungil sang bayi. Jika mainan kalung yang berbentuk love di buka, akan menampilkan foto dua orang bayi perempuan dan lelaki.

"Loh, kenapa saya, Nya?" Tanya pembantu keheranan.

"Mah, tadi ada om-om cariin Mamah." Seorang anak lelaki berusia enam tahun melapor bahwa seorang lelaki baru saja mendatangi kediaman Nyonya Tara.

"Oh," sahut wanita yang berstatus menjadi ibu kandung dari Iwan.

"Ini siapa, Mah? Adik Iwan lagi?" Tanya Iwan polos.

"Diam kamu. Masih kecil udah banyak bicara!" Gertak Mamanya. Sontak sang anak langsung berdiri di belakang Bik Iyem, pembantunya.

"Jangan terlalu keras, Nya. Iwan kan masih kecil." Bela sang pembantu.

"Halah diam kamu. Sekarang ambil bayi ini dan rawat hingga besar!" Titah Mama Tara.

"Tapi, Nya bayinya kasian. Lagi pula saya gapunya perlengkapan bayi."

"Apa guna otak kamu itu. Kamu beli, sana!"

"Uangnya?" Bik Iyem mengulurkan tangan, meminta uang untuk membeli perlengkapan bayi.

"Pakai gaji kamu yang kemarin saya kasih!"

"Tapi ini kan anak Nyonya,"

"Ck, kamu hobi banget sih buat saya marah?!" Amuk Mama Tara dengan melayangkan tanganya, mengancam akan menampar. "Lagian dia bukan anak saya." Lanjut Mama Tara sedikit menggumam.

Bik Iyem berdiri sambil menggendong bayi perempuan yang baru di lahirkan majikannya itu. Tapi ia heran, sejak kapan majikannya hamil. Setelah kelahiran bocah lelaki yang bernama Iwan, ia tak pernah melihat Nyonya nya melahirkan untuk kedua kali.

Setelah kejadian itu, Melodi di rawat sepenuh hati oleh Bik Iyem dan Iwan. Kini bayi perempuan itu telah tumbuh dewasa menjadi anak yang tangguh dan cantik. Hanya saja kecantikannya tertutupi oleh tangisan.

"Hua... Bik, Melodi gak punya Mama kaya gitu 'kan?"

"Sudah Non, jangan ditangisi. Do'a-in aja, biar Mama Tara barhenti berbuat kaya gitu." Ucap Bik Iyem menenangkan.

_____________________

ernestarialAvatar border
wanitatangguh93Avatar border
danu114Avatar border
danu114 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
5.7K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan