LordFaries4.0
TS
LordFaries4.0
Mengenal Kitab Klasik Tentang Seks
Seks hadir bersamaan dengan sejarah kehidupan makhluk hidup di bumi. Ribuan tahun silam, beberapa buku panduan tentang gaya bercinta telah ditulis di kulit binatang, dinding goa, bahkan dalam relief di candi-candi. Selain memuat sejarah dan filosofi tentang hubungan seksual, kitab-kitab klasik/kuno ini juga ada yang memuat panduan posisi dan teknik bercinta yang hingga kini masih menjadi acuan bagi manusia modern.

Apa Itu Hubungan Seksual?
Hubungan seksual antara pasangan suami istri sebenarnya sebuah upacara spiritual, karena semua bentuk ibadah spiritual yang suci itu menunjukkan suatu sikap mengakui dan menghormati keberadaan Tuhan. Keseimbangan dalam kehidupan seksual memiliki tujuan total kesatuan fisik dan spiritual, sebab hubungan seksual bukan hanya sekedar nafsu belaka. Untuk itu energi seksual haruslah dipelihara dan dihargai karena perannya dalam keseluruhan kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa setiap pasangan suami istri. Yuk kenali nilai-nilai pendidikan seks berdasarkan beberapa kitab klasik berikut:

1. Kitab Kamasutra

Kama Sutra ( / k ɑː m ə s u t r ə / ; Sansekerta : कामसूत्र, 'Prinsip Nafsu') adalah teks Sansekerta India kuno yang menjelaskan seksualitas, erotisme dan pemenuhan emosional dalam hidup.

Dikaitkan dengan Vatsyayana, Kama Sutra tidak eksklusif dan tidak didominasi panduan seks pada posisi seks, tetapi ditulis sebagai panduan untuk seni hidup dengan baik, sifat cinta, menemukan pasangan hidup, menjaga kehidupan cinta seseorang, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan kehidupan manusia yang berorientasi pada kesenangan.



Teks ini merupakan syair aforistik singkat yang bertahan hingga era modern dengan bhāṣya (eksposisi dan komentar) yang berbeda. Teks tersebut merupakan perpaduan antara puisi prosa dan anustubh (Syair yang terdiri dari empat baris. Setiap baris, memiliki delapan suku kata). Teks tersebut mengakui konsep Hindu Purusharthas, dan mencantumkan keinginan, seksualitas, dan pemenuhan emosional sebagai salah satu tujuan hidup yang tepat. Bab-babnya membahas metode pacaran, pelatihan seni untuk terlibat secara sosial, menemukan pasangan, menggoda, mempertahankan kekuasaan dalam kehidupan pernikahan, kapan dan bagaimana melakukan hubungan seksual, posisi seksual, dan topik lainnya. Sebagian besar dari buku ini adalah tentang filosofi dan teori cinta, apa yang memicu keinginan, apa yang menopangnya, dan bagaimana dan kapan itu baik atau buruk.

Kamasutra adalah salah satu dari banyak teks India tentang Kama Shastra (Sastra India yang mengacu pada tradisi karya tentang cinta, erotis, sensual dan hasrat seksual). Kitab ini adalah karya yang banyak diterjemahkan dalam bahasa India dan non-India. Kamasutra telah mempengaruhi banyak teks sekunder yang diikuti setelah abad ke-4 Masehi, serta seni India seperti yang hadirnya relief dan patung di candi tua Hindu.

Kamasutra menjadi "salah satu buku yang paling banyak dibajak dalam bahasa Inggris" setelah diterbitkan pada tahun 1883 oleh Richard Burton. Edisi Eropa pertama karya Burton ini tidak mencerminkan banyak hal dalam Kamasutra karena ia merevisi terjemahan dengan berkolaborasi bersama Bhagavanlal Indrajit dan Shivaram Parashuram Bhide serta Forster Arbuthnot agar sesuai dengan selera Victoria abad ke-19.


2. Kitab Ratihrahasya

Ratirahasya ( Sansekerta रतिरहस्य ) (diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai Rahasia Cinta, juga dikenal sebagai Koka Shastra ) adalah panduan sex abad pertengahan dari India yang ditulis oleh Kokkoka, seorang penyair, yang banyak digambarkan sebagai Koka atau Koka Pundit.

Tanggal pasti penulisannya tidak diketahui, tetapi diperkirakan teks tersebut ditulis pada abad ke-11 atau ke-12. Diperkirakan bahwa Ratirahasya ditulis untuk menyenangkan seorang raja bernama Venudutta. Kokkoka menggambarkan dirinya dalam buku sebagai siddha patiya pandita, yaitu "seorang pria yang cerdik di antara orang-orang terpelajar". Kitab ini ditulis dalam bahasa Sansekerta.

Berbeda dengan Kama Sutra, yang merupakan panduan seks kuno yang terkait dengan sastra Hindu, Ratirahasya berurusan dengan masyarakat India abad pertengahan. Sebuah panduan seks diperlukan dan disesuaikan terhadap iklim budaya abad pertengahan. Ratirahasya ditulis, sangat berbeda dari teks kuno Kama Sutra .

Ada lima belas pachivedes (bab) dan 800 ayat dalam Ratirahasya yang membahas berbagai topik seperti fisik yang berbeda, kalender lunar, berbagai jenis alat kelamin, karakteristik wanita dari berbagai usia, pelukan, ciuman, hubungan seksual dan posisi seks dll. Ratirahasya membuat klasifikasi wanita, dan menggambarkan zona sensitif seksual dan hari-hari yang membuat wanita mudah terangsang.

Ratirahasya adalah buku pertama yang menggambarkan secara detail kecantikan feminin India. Buku tersebut mengklasifikasikan wanita ke dalam empat tipe psiko-fisik, menurut penampilan dan ciri fisik mereka.

1. Padmini (wanita teratai)
2. Chitrini (wanita seni)
3. Shankini (wanita keong)
4. Hastini (wanita gajah)

Berdasarkan ukuran alat kelamin, teks mengklasifikasikan hubungan seksual menjadi sembilan jenis yang berbeda. Afrodisiak juga dijelaskan dalam buku ini.


3. Kitab Shunga

Shunga (春画) adalah jenis seni erotis Jepang yang biasanya dieksekusi sebagai semacam ukiyo-e, lukisan berwarna-warni yang dihasilkan dari teknik cukil kayu (woodprinting), tetapi sebenarnya pada zaman dulu istilah ukiyo-e juga digunakan untuk lukisan asli yang digambar dengan menggunakan kuas.

Shunga sangat dipengaruhi oleh ilustrasi dalam manual pengobatan Tiongkok yang dimulai pada era Muromachi (1336 hingga 1573). Zhou Fang, seorang pelukis terkenal dari Dinasti Tang yang juga dianggap berpengaruh. Dia seperti banyak seniman pada masanya, cenderung menggambar organ genital dengan ukuran yang terlalu besar. Selain " shunga " secara harfiah berarti gambar musim semi (seks), kata ini juga merupakan singkatan dari shunkyū-higi-ga (春宮秘戯画), pengucapan Jepang untuk satu set gulungan Cina dengan dua belas gulungan yang menggambarkan dua belas tindakan seksual putra mahkota yang ditampilkan sebagai ekspresi yin dan yang.

Pengaruh shunga Jepang berasal dari periode Heian (794 hingga 1185). Pada titik ini, ditemukan di antara kelas abdi dalem. Melalui media gulungan tangan naratif, skandal seksual di istana kekaisaran atau biara digambarkan, dan karakternya cenderung terbatas pada abdi dalem dan biarawan.

Tren ini mencapai puncaknya pada periode Edo (1603 hingga 1867). Berkat teknik pencetakan balok kayu, kuantitas dan kualitasnya meningkat drastis. Ada upaya pemerintah berulang kali untuk menekan shunga, yang pertama adalah dekrit yang dikeluarkan oleh Keshogunan Tokugawa pada tahun 1661 yang melarang antara lain, buku erotis yang dikenal sebagai kōshokubon (好色本) (secara harfiah "buku cabul"). Sementara hal lain yang dicakup oleh dekrit ini, seperti karya yang mengkritik daimyo atau samurai. Walau ditekan, shunga terus diproduksi secara sembunyi-sembunyi dengan sedikit kesulitan.


4. Kitab Qurratul ‘Uyun

Qurrotul Uyun merupakan kitab berbentuk syarah dari nazham (Syair) yang ditulis oleh Syekh Qasim bin Ahmad bin Musa bin Yamun. Sebagaimana kitab syarah pada umumnya, Syekh Tahami menyajikan ulasan yang memahamkan secara runut pada tiap bait-bait yang disusun Syekh Yamun. Tetapi, Syekh Tahami memiliki kelihaian dan keluwesan bahasa yang benar-benar mudah ditangkap oleh pembaca. Qurrotul Uyun menyajikan pembahasan senggama secara lengkap dan gamblang, mulai dari pemilihan waktu yang tepat, tata cara foreplay yang dianjurkan, bagaimana posisi yang unggul dan doa-doa yang harus dibaca.

Pertama, waktu terbaik untuk seorang suami-istri berbulan madu atau bersenggama adalah setelah Isya’, boleh juga dilakukan setelah Maghrib sebelum Isya’. Hendaknya suami melarang siapapun berhenti atau duduk di dekat pintu kamarnya, agar tidak ada yang mengganggu saat bersenggama. Doa yang dibaca oleh suami-istri setelah sepakat akan bersenggama adalah Allahumma Jannibna as-Syaithan wa Jannibis Syaithana ma Razaqtana.

Kedua, etika yang harus dipenuhi oleh seorang suami-istri adalah kebersihan badan dan hatinya sebelum bersenggama. Hendaknya keduanya sudah bertaubat dari dosa-dosanya selama ini. Setelah suci batinnya, suami-istri juga dalam keadaan suci lahiriahnya baik itu dengan mandi dan wudlu terlebih dahulu. Keadaan suci lahir batin ini mencerminkan terpenuhinya agama dalam kehidupan rumahtangga, sebagaimana dimaksudkan dalam hadis Nabi: Barangsiapa telah menikah, maka ia sejatinya telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka hendaknya bertakwa kepada Allah dalam setengah yang lainnya. (HR. Muslim).

Saat bersuci inilah, hendaknya si suami membasuh kedua tangan dan kakinya dan istrinya dalam satu wadah (ember) air. Lalu suami membaca Asmaul Husna dan shalawat Nabi, kemudian air bekas basuhan itu disiramkan ke setiap sudut rumah. Hal ini dapat menjadi wasilah hilangnya keburukan dan was-was setan.

Ketiga, memulai dengan kesunnahan, seperti memakai parfum, mendahulukan kaki kanan saat memasuki kamar lalu mengucapkan: ‘Bismillahi wassalamu ‘ala Rasulihis salamu ‘alaikum. Selanjutnya mengerjakan shalat dua rakaat atau lebih banyak. Lalu membaca surat al-Fatihah sebanyak tiga kali, surah al-Ikhlas sebanyak tiga kali, shalawat Nabi tiga kali, bertasbih dan berdoa kepada Allah.

Setelah itu, hendaknya si suami menghadap istri, lalu letakkan tangan di atas ubun-ubun istrinya sambil berdoa: “Ya Allah, aku memohon kebaikan kepada-Mu dan kebaikan tabiat yang telah Engkau tetapkan kepadanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan istri dan keburukan tabiat yang telah Engkau tetapkan baginya.”

Lalu membacakan surat-surat Al-Qur’an seperti al-Waqi’ah, an-Nashr, Al-Insyirah ataupun Ayat Kursi. Doa-doa ini lebih baik dibaca setiap hari bukan saat hendak bersenggama saja.

Keempat, hendaknya didahului dengan foreplay plus dzikrullah, yakni sewaktu mulai senggama, membelai badan istri sambil berdzikir, membelai leher istri dan mememeluknya lalu membaca “Ya Raqib” tujuh kali dipungkasi dengan “Fallahu khairun hafidzhan wahuwa arhamur rahimin.” Bacaan ini merupakan peringatan untuk menjaga diri.

Kelima, hendaknya si suami percaya diri dan tidak grogi, lalu merangkai kata-kata rayuan yang indah, agar si istri tidak resah dan takut diajak bersenggama. Buatlah hati si istri berbunga-bunga agar dirinya ceria dan riang gembira. Sebab, malam pertama merupakan peristiwa baru dan pastinya diselingi pertanyaan: “Apakah senggama sakit atau nikmat?”

Di samping itu suami hendaknya menyuapi istrinya tiga kali suapan. Dan hendaknya si suami menjauhi makanan yang dapat melemahkan syahwatnya, seperti makanan yang asam, bawang, mentimun, kedelai dan lainnya.

Keenam, ihwal posisi bersenggama, menurut para ulama posisi paling baik adalah si suami di atas dan istri di bawah, lalu pinggul istri diganjal dengan bantal. Lalu suami bisa ‘bercocok tanam’ pada vaginanya dengan tempo sesuka hatinya. Sebelum memasukkan zakar ke dalam vagina hendaknya suami membaca basmalah. Boleh juga si suami mendatangi istri dari arah belakang (doggy style), zakar tetap dimasukkan pada vagina dari arah belakang. Haram hukumnya memasukkan zakar pada dubur, apapun alasannya. Dan hendaknya si suami membuat si istri mencapai klimaks atau orgasme dalam setiap persenggamaan. Hendaknya suami mampu bersenggama hingga tiga atau empat kali orgasme agar istrinya benar-benar terpuaskan.

Ketujuh, ketika hendak mengulangi senggama setelah ejakulasi pertama, hendaknya menunggu beberapa saat agar zakar benar-benar sudah lemas, lalu membasuhnya dengan air yang sedang, bukan air dingin, agar terasa segar kembali. Bisa juga si suami wudlu atau mandi terlebih dahulu. Lalu mengulangi senggamanya berkali-kali. Sedangkan si istri tidak dianjurkan membasuh vaginanya karena bisa melonggarkan dan menurunkan gairah seksnya. Cukup dilap saja dengan kain bersih.

Begitulah sebagian adab bersenggama yang dipaparkan oleh Syekh Tahami. Selain itu, masih banyak pembahasan lainnya. Hubungan suami istri memiliki sisi-sisi yang menarik disimak dan perlu belajar panjang sebelum benar-benar mampu memasukinya. Apabila seorang calon suami belum belajar kitab ini, rasa-rasanya ia tak akan menemukan indahnya teknik-teknik bercinta sekaligus menangkap hikmah dan rahasia di balik kenikmatan berumahtangga yang sudah dipelajari panjang lebar dalam kehidupan kaum Muslimin sepanjang sejarah.


5. Kitab Su Nu Cing

Su Nu Ching atau Sunü Jing - Klasik Nyonya Putih (素女經), adalah buku dasar seksologi Tao, klasik Tiongkok Tiongkok tentang praktik seksual Tao . Buku itu ditulis sebelum Dinasti Han, dan dikatakan bahwa penulis adalah Dewi Sunu di era Huang Di.

Di Cina buku ini hilang setelah Dinasti Tang (~907 M). Namun dilestarikan di Jepang oleh Tamba Yasara (丹波康赖) yang memasukkan buku ini ke dalam seri bukunya "Heart of Medicine" (医心方) (diterbitkan pada tahun 982 M), dan edisi terbaru "Su Nu Ching" diambil dari koleksi Yasara.

Konon ada tiga dewi di era Huangdi, yaitu Sunü, Xuannü dan Cainü; tiga saudara perempuan mengajarkan praktik seksual Tao Huangdi teori seks dan berlatih secara fisik dengannya, di antara mereka, Sunü pandai musik dan merupakan penulis "Su Nu Jing".

Seluruh buku dapat dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian berbicara tentang metode hubungan seksual. Ada 24 trik dalam "Tujuh Kerugian", "Delapan Manfaat" dan "Sembilan Metode"; bagian lainnya adalah tentang keterampilan menggoda , Lima Tanda, Lima Keinginan, dan Sepuluh Gerakan. Penjelasan untuk pria dan wanita sangat mudah.

Buku ini terutama tentang praktik seksual Tao dan tindakan pencegahan kesehatan. Ini mengajarkan posisi seks, keterampilan, musim dan seks, psikologi, metode kehamilan, teori seksologi dan banyak konotasi lainnya. Di antara mereka, "philharmonic" disebutkan, dan dianjurkan bahwa pria dan wanita harus setuju untuk bercinta, jika tidak maka berbahaya bagi tubuh.
Diubah oleh LordFaries4.0 03-07-2021 11:10
jireshGurkeemineminna
emineminna dan 25 lainnya memberi reputasi
26
16.3K
92
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan