NiningMeuAvatar border
TS
NiningMeu
Neyang Putri Ane, Sosok Perempuan Hebat Membesarkan 11 Anak Seorang Diri

Assalamualaikum GanSis.

Bicara soal #ThePowerofSingleParent ane jadi teringat sosok perempuan hebat yang ane kenal yaitu Nenek dari pihak abah. Kami memanggilnya Neyang. Aneh ya kok Neyang bukan Eyang. 

Kalau di wilayah Jawa, nenek umumnya dipanggil Eyang atau Mbah. Di Kalimantan khususnya Kalimantan Barat dan terkhusus lagi di Kabupaten Sanggau, panggilan untuk kakek dan nenek umum disebut Neyang. Neyang Laki untuk kakek, dan Neyang Putri untuk nenek.

Panggilan Neyang biasanya digunakan untuk keluarga yang masih berkaitan dengan silsilah keluarga Kerajaan Keraton Sanggau. Jadi panggilan Neyang ini adalah panggilan halus untuk kakek dan nenek. 

Fyi aja Gan di Kalimantan Barat terdapat 13 Kerajaan dan Panembahan yang telah berdiri jauh sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia. Saat itu sistem pemerintahan dikenal sebagai Pemerintahan Kerajaan Kesultanan Kalimantan Barat. 

Hingga pada  masa kemerdekaan Indonesia 1945 atas prakarsa Kesultanan  Keraton Kadriah Pontianak yaitu Sultan Syarif Hamid II Al-Kadrie menyatakan  seluruh kerajaan di Kalimantan Barat bergabung dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Meski secara de-facto keluarga kerajaan dan panembahan tidak lagi memerintah dan memiliki wilayah kekuasaan, namun secara garis keturunan silsilah keluarga tetap dipertahankan hingga saat ini. 


Foto Neyang Putri bersama anak dan cucu di pernikahan putrinya

Neyang Putri di awal-awal pernikahannya hidup dimasa pendudukan Jepang yang terkenal sadis dan kejam. Tentu pada waktu itu mereka kerap mengalami tekanan dan kesulitan. Saat itu target utama tentara Jepang dalam upaya menaklukan penduduk setempat adalah menumpas kaum intelektual yang banyak berasal dari kaum bangsawan dan ulama. 

Satu persatu keluarga Neyang Putri ditangkap, diculik, dan dibunuh oleh tentara Jepang. Jepang sungguh-sungguh ingin menyisakan rakyat kecil dan tak berpendidikan saja agar dapat diperbudak dengan leluasa.

Neyang Putri pernah berkisah yang dituturkan kembali oleh Abah ane, bahwa dulu mereka kerap merasa kesulitan dalam hal pangan, jangankan beras, ubi kayu pun menjadi barang mewah yang tak tergapai saat itu.

Menurut cerita Abah ane, bahkan Neyang Putri telah mulai menjalani hidup sebagai single parent bahkan saat suaminya masih bernyawa. Saat itu demi menghindari kejaran tentara Jepang, Neyang Laki melarikan diri ke pulau jawa hingga hitungan tahun. bersama beberapa ulama dan bangsawan lain. 

Setelah penjajahan Jepang berakhir, Neyang Laki kembali pulang berkumpul bersama keluarga. Namun tak berapa lama setelah kelahiran putri bungsu mereka, Neyang laki pun berpulang. 

Disinilah #ThePowerofSingleParent Neyang Putri teruji. Membesarkan 11 orang anak bukan perkara mudah. Dengan ketabahan yang sangat luar biasa beliau mendidik anak-anaknya untuk bisa bertahan dengan hidup sederhana, tanpa suami yang mendampingi. Bekerja keras demi menghidupi anak yang masih kecil-kecil.

Pendidikan tetap diutamakan, tak hanya 5 anak laki-laki, 6 anak-anak perempuannya pun tetap ia dorong dan upayakan untuk dapat mengenyam pendidikan. 

 


Menjalani keseharian dengan berkebun sayuran seperti kacang panjang, labu buah pepaya dan lain-lain, Neyang Putri mendapatkan penghasilan dari berjualan hasil kebun ini. Di jaman partai komunis masih berkibar itu kehidupan mereka jauh dari kata mapan. Bersama kerabat yang lain banting tulang demi penghasilan yang tak seberapa namun selalu disyukuri. 

Abah ane sendiri sangat pandai memancing ikan, tentunya sejak kecil ketika Neyang Laki masih ada bersama mereka, keahlian ini diturunkan kepada Abah ane dan anak yang lain. Hasil dari memancing ikan di sungai biasanya untuk djual dan sedikit untuk santapan mereka sehari-hari.  

Selain berkebun Neyang Putri juga bekerja menoreh getah di perkebunan milik orang lain. Selagi bekerja Neyang Putri menitipkan anak yang masih kecil-kecil diasuh oleh anak yang lebih besar secara bergantian. 


Walau anak laki-laki, Abah ane sangat pandai mengurus anak bayi dan juga pintar memasak. Neyang Putri tak pernah membedakan anak lelaki dan perempuan. Semua dididik dengan takaran skil dan bekal keterampilan yang sama.

Pagi hingga siang hari bekerja di kebun, sore hari pulang mengurus rumah bersama anak-anak, malam hari mengajarkan mereka semua mengaji. Tak lupa nilai-nilai luhur serta adat istiadat ia ajarkan, bagi Neyang sikap sopan dan santun sesuai adab adalah pakaian manusia yang wajib dikenakan sehari-hari. 

 Begitulah rutinitas Neyang Putri membesarkan 11 anaknya hingga satu persatu anaknya sukses mengenyam pendidikan dan mulai bekerja serta berumah tangga sendiri.

Ane sendiri termasuk salah satu cucu paling kecil yang tidak pernah sempat bertemu dengan beliau, namun cerita hidupnya masih bergaung sepanjang masa terus didengungkan oleh anak-anak beliau yang selalu menghadirkan rindu setiap kali menuturkan kisahnya. 

 

kudanil.laAvatar border
bundasholihaahAvatar border
inarosesAvatar border
inaroses dan 3 lainnya memberi reputasi
4
972
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan