suara.jiwaAvatar border
TS
suara.jiwa
Sejengkal


Suara ayam berkokok tandakan pagi telah datang, bangunkan raga dari lelap yang sandingkan mimpi sebagai bunga. Tarikan senafas bertopang kedua tangan yang bersangga ke peraduan, tubuh memulai beranjak seraya pandangan ke penunjuk waktu. Langkah tertatih lambat bak nyawa belum terkumpul sebagai penanda raga dan jiwa belum lah senada. Isyarat waktu yang tiba terlambat ingatkan kembali untuk segera terjaga, diraihnya oleh tangan ini lalu menghentikan derap langkahnya.

“Owh,, sudah jam 5 ternyata,” mulut berucap.

Menyapu racun dan segarkan raga jadi pengawal hari, sebelum berkutat dengan tuntutan duniawi yang memaksa untuk berdamai dan menahan diri. Kenakan seragam kebanggaan sembari tebarkan wangi di badan, aroma yang mampu hantarkan ingatan akan harumnya. Fokus mata pun terbagi akan cermin diri dan televisi yang terus wartakan fenomena terkini.

Secangkir kopi hitam pekat temani pagi sembari memaksa otak untuk berdikari, mencoba mencari di memori akan barisan kewajiban harus dilalui di hari ini. Seruputan pertama yang sudah terusik oleh rasa dan warna kopi terbangkan angan mengingatnya. Hitam dan pahit, dual hal yang berkomplot gambarkan akan akhir cerita di muka tatkala karsa tetap memaksa. Layaknya menikmati secangkir kopi, pahit yang dirasakan sejak dini tetap saja tak mampu membuat berhenti.



Skenario ‘Sang Ilahi’ yang tak kuasa untuk dihindari, terlibat perasaan dengan lelaki atas keberanian diri bermain hati. Kesenangan yang tak mudah untuk diraih, terkikis habis terbagi pada belahan hatinya. Teman hidup yang sekian purnama bersandar di pundaknya. Pernah sekali menyalahkan waktu yang tak berpihak, sembari berimajinasi bila roda bisa diputar kembali dan meyakinkannya bahwa tangan ini lah yang lebih tepat engkau genggam. Sayangnya hal itu bukanlah sebuah keniscayaan, terlebih lagi dalam hitungan bulan memiliki buah hati adalah hal besar yang mereka jelang.

“Ah.. Nggak mungkin sih ini,” membisik dalam kalbu.

Meski kini dengannya hanya berjarak sejengkal, namun sadar bahwa keadaan ini tak dapat lebih dan tetaplah kekal. Hanya mampu berbagai kisah dan kesenangan dalam kebersamaan yang terbatas oleh waktu dan aturan. Melihatnya tersenyum berdecak kagum, membuatnya tertawa menjadi misi bahagia, membuatku dibutuhkan serasa jadi harapan.

Bukanlah kesalahan waktu atau pun perasaan, namun konsekuensi dan kembang kehidupan atas keberanian mengambil peran.


Diubah oleh suara.jiwa 29-06-2021 18:02
Bk.cokordaAvatar border
jiyanqAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.9K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan