chikiboys
TS
chikiboys
Oh, Jadi ini Akal-akalan Orang Jakarta!


Baru-baru ini, jagat Twitter di Indonesia diramaikan dengan istilah “akal-akalan orang Jakarta”. Lalu, apa sih sebenarnya yang mendasari warganet luar Jakarta menyebutnya sebagai akal-akalan orang Jakarta? Yuk, kita kulik lebih jauh lagi mengenai istilah ini!
 
1. Awal Mula Istilah “Akal-akalan Orang Jakarta”



Sumber : twitter.com/@closertog0d
 


        Sebenarnya, tidak ada diskusi akademik yang pernah mengangkat isu ini. Awalnya saja berawal dari salah satu platformterkenal di dunia, Twitter. Di sini, orang bebas mengemukakan pendapatnya secara terang-terangan lewat cuitan tanpa mengenal latar belakang si penulis.

         Salah satunya adalah akun dengan nama pengguna @closertog0d yang mengungkapkan keluhannya mengenai adanya standar sosial orang lain dalam berkehidupan bermasyarakat. Masalah keluarga, finansial, percintaan, dan lainnya kerap kali menjadi perbincangan, bahkan di antaranya menjadikannya tolok ukur kebahagiaan. Tolok ukur tersebut kerap kali disesuaikan dengan kehidupan perkotaan yang serba dinamis dan menuntut segalanya agar terlihat sempurna. Salah satu kota yang menjadi standarnya adalah Jakarta. Seperti halnya kota Moskow dengan kota lainnya di Rusia, barangkali dapat dilihat adanya kesenjangan yang signifikan, baik dalam pola pikir, status sosial, dan tentu saja, kondisi finansial.

 

2. Globalisasi Indonesia yang Tersentralisasi



            Di tengah maraknya globalisasi di Indonesia,  kita dapat mengetahui awalnya hal-hal yang berbau “western” datangnya dari Jakarta, entah berupa smartphone  model terbaru, musik, maupun tren fashion terkini. Belum lagi dengan perusahaan-perusahaan besar yang kantor pusatnya berada di Jakarta kian memperparah sentralisasi tersebut.  

            Namun, daerah satelit yang mengelilinginya (Bodetabek) masih terdapat kesenjangan, baik dari segi infrastruktur, fasilitas sosial, maupun ruang publik. Padahal, sebagian besar tenaga kerja yang mengisi kantor-kantor di bilangan SCBD diisi oleh orang luar Jakarta. Dengan begitu, timbul pula kesenjangan sosial luar biasa di dalamnya. Seperti halnya pada berita-berita berikut.

127 Desa di Pandeglang Masih Berstatus Tertinggal (detik.com)
Problem Jalur Parung Panjang yang Tak Kunjung Selesai: Truk Parkir di Bahu Jalan, Kemacetan hingga Paparan Debu Halaman all - Kompas.com
Depok, Desa yang Gagal Menjadi Kota - Tirto.ID
Bapak-bapak di Bekasi Usir Jemaah Karena Pakai Masker, Klaimnya Perlu Diluruskan! | Asumsi

                Begitulah masalah kesenjangan yang masih berfokus pada wilayah sekitar Jakarta saja, belum membahas daerah lainnya di Pulau Jawa, apalagi di luar Pulau Jawa itu sendiri.  
 

3. Kacamata Pendatang Jakarta




                Ketika pendatang Jakarta berusaha untuk mengadaptasi kondisi finansial dan gaya hidup di tengah mahalnya biaya hidup, mungkin terbesit pikiran seperti ini :


Quote:


                Sebenarnya tidak salah dan tidak juga benar. Hidup di perkotaan memang menuntut mobilitas luar biasa yang mendorong orang untuk mencoba hal-hal baru yang mungkin belum pernah ada di kota kelahirannya. Namun, perlu berkaca bahwa kebutuhan hidup jauh lebih penting daripada gaya hidup semata.
 

4. Stereotype dari Jakarta



                Beberapa stereotypemuncul dari Jakarta itu sendiri. Seperti halnya merendahkan kaum milenial yang belum punya rumah di usia 30 tahun, atau tentang hubungan toksik. Beberapa dari stereotype tersebut bermanfaat, namun ada juga yang merugikan. Tapi tenang, Jakarta tidak seburuk itu. Tergantung dengan keluarga dan lingkungannya yang membuat orang tersebut berkembang.
 
 
 
 
 


aygilagilityb.omatjongkicok
jongkicok dan 9 lainnya memberi reputasi
10
5.4K
56
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan