Selamat pagi Agan Aganwati. Sehat dan bahagia selalu. 

Hah ? thread COD lagi ? Agan Aganwati gak bosen bacanya ? Atau masuk kesini karena suka lihat tingkah laku ketidak-siapan orang Indonesia dalam menerima kemajuan zaman yang harus dituntut untuk membaca dan memahami suatu aturan ? Atau Agan Aganwati hanya iseng saja buka thread ini ?

Aku enggak membahas tentang apa itu COD (Cash on Delivery) karena udah banyak banget yang membahas sistem ini. Aku rasa penghuni KasKus juga sudah pada paham semua. Coba search di KasKus, ada tiga atau empat thread kali yang sudah publish. Semuanya ramai banget. 

Seperti kasus-kasus sebelumnya, yang dipermasalahkan adalah barangnya yang sampai tidak sesuai dengan harapan pembeli. Barang yang harusnya mau dijual lagi ini ternyata datang kepada sang ibu dan kondisinya tidak sesuai dengan harapan sang ibu pembeli. Apa yang terjadi, jelaslah sang pembeli marah-marah.
Sang ibu pembeli ini marah-marah kayak banget gitu, tapi apa respon sang kurir? Santai banget, Agan Aganwati. Kalau lihat kurir ini, aku seperti lihat diriku sendiri. Kalau ada orang marah ngotot-ngotot kayak gitu, aku cenderung lebih santai dan ga ngotot balik, karena masalahnya sudah jelas, dan solusinya juga jelas. Mungkin masalah ketampanan, aku lebih tampan sih. 

Aku enggak mau mengomentari orang yang marah-marah, namanya orang marah itu biasanya dikarenakan terlalu besar mengharapkan sesuatu dan ternyata tidak sesuai harapan. Emosinya jadi tidak terbendung, matanya seakan tertutup, dan logika sudah gagal berfungsi dengan baik.

Aku mengomentari pihak kurir yang santai tersebut. Namanya mengomentari, jadi komentar ini dari sudut pandangku. Kalau ada yang tidak sependapat, abaikan saja ya.
Menurutku, kurir ini keren dalam menghadapi ibu-ibu ini. Dia terlihat berpikir jernih dan seolah sudah mengetahui langkah-langkah yang akan dia hadapi. Sang ibu pemarah ini lama-lama nada suaranya juga rendah juga setelah menghadapi sang kurir.
Sang kurir memposisikan diri dengan duduk santai, posisi lebih rendah dari sang ibu. Dari sikap ini, sang kurir memberikan kesan bahwa dia tidak ada keinginan melawan sang ibu. Dia memang posisi benar, namun dia tidak ingin membuang-buang tenaga hanya untuk membenarkan posisinya. Dia berpikir jernih sambil lalu menjelaskan, bahwa dia hanya mengantarkan barang saja. Langsung kepada solusinya, dia tidak ingin buang-buang tenaga untuk marah-marah, dia telpon kantor tempat dia bekerja, minta pihak kantor menjelaskannya.
Dari kejadian ini aku mendapatkan pelajaran yang cukup berharga, Agan Aganwati.

 Sang kurir emang top, deh!. Untuk sang ibu, semoga bisa belajar lebih banyak lagi agar bisa menyesuaikan kemajuan zaman, eh, atau kemunduran zaman ?