noiissAvatar border
TS
noiiss
Netizen Indonesia Teror Keluarga Felicia: Jangan Ngebegoin Orang Indo, Mampus Lu.
Netizen Indonesia Teror Keluarga Felicia Tissue: Jangan Ngebegoin Orang Indo, Mampus Lu



Jum'at, 11 Juni 2021 | 10:24 WIB

Netizen Indonesia teror keluarga Felicia Tissue, mantan pacar Kaesang Pangarep. Teror netizen ke Ibunda Felicia Tissue disampaikan dengan kata kotor hingga Ibunda Felicia Tissue disumpahi meninggal dunia.

Netizen sebar kabar miring soal mantan Kaesang. Sebelumnya, si netizen menuliskan kata-kata hujatan kepada Felicia dan ibunya.

Ia mengaku kasihan karena menilai bahwa laporan tentang dirinya tak diproses oleh pihak kepolisian Singapura. Netizen itu juga menuliskan bahwa Feli dan keluarganya tinggal di rumah susun.

“Udah seminggu lebih adem-adem aja, kasihan deh surat laporan enggak diproses polisi Singapura! Katanya horang kayah, goyang dong pake duit?! Jangan ngebegoin orang Indo aja, mampus lu sekarang semua jadi tahu banget siapa elu dan dimana rumah lu. Tinggal di rumah susun yak? Cintaku di rumah susun.. cintaku di rumah susun,” kata si netizen.

Melihat hal itu, Meilia Lau tak terima karena si netizen dinilai merendahkan pihak kepolisian Singapura.“ Ini penghinaan terhadap kepolisian Singapura. Nama IG nya sesuai yang saya sudah laporkan,” pungkas Meilia Lau.

“Saya banyak dapat DM dari follower saya yang sangat peduli dengan saya. Bahwa ada akun yang kemarin saya sudah laporkan masih terus-terusan membuat berita tentang saya tinggal, dibilang saya panik, katanya rumah saya diketemukan, cuma rumah susun dll!,” ungkap Meilia Lau di Instagram Stories.

Keluarga Felicia memilih untuk tidak mempedulikan apa yang sudah ditulis oleh netizen itu. Meilia juga tak sungkan menuliskan kata-kata menohok untuk si netizen.

“Kenapa saya enggak pedulikan, karena apa yang dia tulis tidak benar. Makannya saya diamkan saja, dia makin menggila karena IG saya udah saya private dan saya sudah tahu siapa pemiliknya. Mungkin dia memang sudah bosan hidup bebas di luar,” ucapnya.

Beberapa diantara kabar miring yang disebarkan oleh netizen itu memuat tentang dimana rumah Feli di Singapura. Meilia kemudian menyebut kalau yang disebarkan oleh si netizen tidak benar."

Dan bodohnya yang dia pasang itu dapat dari Google! Siapa yang enggak tahu waterway, semua orang datang untuk menikmati pemandangan danau yang indah di sana. Dan saya mau kasih tahu ya, jarak 10 meter dari kediaman saya itu ada empat CCTV yang langsung tersambung ke Kepolisian terdekat! Kalau enggak percaya silahkan coba,” ungkapnya.

Meilia juga memberikan penjelasan kalau di Singapura tidak ada rumah susun seperti apa yang disebutkan oleh si netizen. Oleh karena itu, wanita berdarah Tionghoa ini meminta netizen untuk lebih bijak dalam bersosial media.

“Hai sang penghujat asal anda tahu hidup di Singapura itu kaga ada rumah susuh bodoh! Emang situ bisa beli rumah di sini? Apalagi anda sudah jadi wanted person. Kalau anda benar, kenapa IG saya dan IG anak saya anda blok tapi di luaran kau terus berkicau! Kalau kurang waras mending cari dokter daripada cari google,” ucapnya.

https://bali.suara.com/read/2021/06/...indo-mampus-lu

FACT :



Menengok Kehidupan Masyarakat Singapura di Balik Rusun

Lianne mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar S$40.000 untuk memiliki rumah dengan tiga kamar tidur dan total luas 110 meter persegi.

Beberapa asosiasi tentang Singapura yakni negara sekaligus kota dengan pendapatan per kapita tinggi dan biaya hidup yang mahal. Tapi ternyata, di Singapura, terdapat slogan “Rumah untuk Setiap Orang”. Artinya, setiap orang tak perlu khawatir karena mereka mendapat akses kemudahan memenuhi kebutuhan papan. Menempuh perjalanan dengan bus, sampailah di Sengkang yang berada di area sebelah timur laut Singapura. Unit-unit flat atau rumah susun yang menjulang dengan beraneka warna menjadi pemandangan lazim. Berdekatan dengan rusun, terdapat rumah sakit, sekolah hingga halte dan stasiun mass rapid transit (MRT).

Jauh dari keramaian pusat kota yang kerap menjadi tujuan turis, Sengkang lebih sepi karena suara hanya berasal dari sekolah ketika anak-anak bermain dan kendaraan yang lalu-lalang. Begitu juga dari lantai 8 sebuah unit perumahan rakyat milik Lianne.

Dengan dominasi warna putih dan penambahan jendela di dalam ruang, membuat rusun Lianne memiliki cahaya yang cukup dan aliran udara lebih lancar meskipun biaya yang dikeluarkan lebih banyak daripada dia memilih unit di lantai lebih rendah. Dari kamar, terlihat pemandangan sekolah lengkap dengan anak-anak yang sedang bermain bola. Sekilas, memang tak terlihat bahwa suasana itu adalah tempat tinggal di rumah susun.

“Beginilah keadaan kami, sederhana, tenang,” kata Lianne.

Bentuk Asosiasi Lianne mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar Sing$40.000 untuk memiliki rumah dengan tiga kamar tidur dan total luas 110 meter persegi. Saat itu, 2001, Lianne dan suaminya membeli unit rusun seharga Sing$200.000 yang dibayar dengan cicilan. Program cicilannya pun diberikan pemerintah melalui Housing Development Board atau Dewan Pembangunan Perumahan. 20% dari total gaji Lianne dan perusahaan menyisihkan 17% dari gaji Lianne untuk simpanan. Dengan total 37%, 23% masuk untuk pembayaran rusun pemerintah. “Karena saya dan suami bekerja, tak sulit untuk bisa melunasi cicilan rumah dan saya dapat hibah dari pemerintah S$40.000,”katanya.

Sehingga, saat awal datang ke rusun, dia hanya melakukan renovasi minor berupa pemindahan lokasi pintu, penambahan jendela di dalam ruang dan partisi. Untuk melakukan renovasi seperti itu pun dia hanya perlu melapor guna memastikan bahwa tak ada perubahan struktur yang dilakukan. Lianne yang sudah tinggal selama 16 tahun itu mengalami tiga kali perubahan dari sisi eksterior. Otoritas perumahan, katanya, melakukan perawatan dan peningkatan fasilitas. Sementara, setiap dua hingga tiga kali per bulan, terdapat petugas yang merapikan dan membersihkan area sekitar rusun. Dia juga mengaku cukup puas dengan petugas kebersihan yang mengangkut sampahnya setiap hari. Terbatasnya lahan tak menjadi alasan bagi masyarakat Singapura untuk mendapat akses perumahan.

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Singapura, tingkat kepemilikan rumah pada 2017 sebesar 90,7% dengan pendapatan per kapita sebesar S$79.697. Perumahan rakyat ternyata menjadi pilihan sekitar 80% masyarakat Singapura. Salah seorang pemandu wisata, Jason Loe mengatakan mayoritas penduduk memiliki rumah dari unit perumahan rakyat yang ditawarkan pemerintah. Rumah susun akhirnya tak hanya dihuni mereka yang berpenghasilan rendah tapi juga penduduk berpenghasilan tinggi. Sisanya, kaum jet set tinggal di rumah tapak dan bertahan dengan menyewa rumah susun.

Diubah oleh kaskus.infoforum 13-06-2021 07:22
samsol...Avatar border
minhakim20Avatar border
screamo37Avatar border
screamo37 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
9.1K
90
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan