Hai GanSis semua! Sejak saya tidak sering buka Facebook lagi, maka saat itu juga saya jadi jarang mendapati kabar hoax. Sejauh yang saya tahu hoax di Facebook itu tumbuh subur banget.


Sampailah kemarin itu saya dengar sebuah kabar hoax, bukan dari Facebook. Namun dari saudara yang masih aktif di Facebook. Katanya Ia enggan menggunakan TV digital, karena mesti berbayar setiap bulannya.



Terus terang saya termasuk baru dengar kabar tentang "TV Digital" sejak mulai sering lagi nonton TVRI karena Live Badminton disitu. Tapi secara akal sehat, saya gak yakin tentang kabar siaran TV yang selama ini kita saksikan gratis, lalu berubah menjadi TV  digital dan berbayar?


Yakali siaran tv dibuat berbayar semua, ditengah masyarakat yang sekarang jarang nonton TV lagi. Logikanya gak masuk di otak gw. Yuk kita berpikir kritis dengan tidak gampang percaya sebelum cari tahu kebenarannya.


Setelah ditelusuri ternyata beneran ada, saya coba cari di Facebook. Ternyata hasilnya cukup bikin geleng-geleng. Ada ya, orang yang memelintirkan kebenaran sebegitunya. Program migrasi tv analog ke digital menjadi ajang jualan parabola.







Lalu seperti apa penjelasan resminya? Berikut saya kutipkan penjelasannya dari portal berita CNN Indonesia: Direktur Penyiaran Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemenkominfo, Geryantika Kurnia menjelaskan TV digital bukanlah layanan streaming, bukan pula berlangganan TV kabel.



"Sebenarnya migrasi analog ke digital itu tetap siaran yang sekarang ditonton teman-teman di siaran gratis (free to air) melalui frekuensi, tapi sekarang acaranya secara digital, tak perlu berlangganan, antenanya juga tak perlu dirubah," kata Gery dalam webinar, Rabu (21/10/2020).



Kalau dari saya sendiri. Untuk memahami tv digital, sebenarnya tidaklah sulit. Kita tidak perlu repot-repot harus tahu apa itu free to air, frekuensi, 5G, hingga konspirasi segala macam.


Sederhananya, tv digital tujuannya membuat kualitas siaran menjadi lebih baik. Karena teknologi digital membuat kualitas siaran menjadi lebih bagus. Barangkali ini itu seperti kita dulu mendengarkan radio lewat pemancar biasa, tapi sekarang dengerinnya radio online maupun podcast kekinian. Cuma bedanya, TV digital tidak perlu kuota internet untuk mengaksesnya.


Untuk menikmati siaran TV Digital hanya perlu alat tambahan Set Top Box. Pakai pesawat televisi tabung yang lama juga bisa. Tidak perlu ganti antena parabola. Cukup antena lama saja yang biasa.


Nantinya kabel antena dihubungkan dulu ke set top box, kemudian ke pesawat televisi. Semudah itu. Alat set top box juga bisa dibeli secara online maupun offline, sekarang uda banyak yang jual.


GanSis gak usah pusing mikirin apa itu set top box. Intinya set top box itu alat yang akan membuat antena tv yang biasanya mampu menangkap siaran analog, menjadi siaran digital. Sama seperti smartphone kita GanSis, yang semula cuma bisa akses jaringan 4G, karena adanya tambahan perangkat seperti WiFi misalnya, maka menjadi bisa akses 5G. Kan jadi bagus.


Dan siaran digital tetap bisa dinikmati secara gratis. Tidak ada sangkut pautnya sama antena parabola. Siaran TV digital bukanlah layanan streaming atau tv berbayar.


Penjelasan sederhananya beda siaran TV digital gratis dan siaran parabola barangkali seperti, kita menonton YouTube. Keduanya sama-sama digital, tapi konten siarannya yang berbeda. Di YouTube ada konten yang bisa diakses gratis dan YouTube premium yang berbayar.


Kira-kira seperti itu ya GanSis. Jadi jangan terkecoh dengan kabar hoaxatau salah kaprah terkait TV digital. Siaran TV digital tetaplah gratis. Jadi jangan percaya jika ada yang menawarkan alat perlengkapan antena parabola dengan alasan siaran TV yang biasa akan dimatikan November 2022.


Siaran TV yang switch off atau dinonaktifkan itu siaran analog yang selama ini kita nikmati. Untuk kemudian siaran digital dijadikan penggantinya.


Jadi ini kita sedang akan naik kelas atau upgrade. Sama seperti jaringan internet, dulu kita pakai GPRS, Edge, 3G, 4G dan sekarang kita bergerak ke 5G. Dan kualitas diri kita seharusnya juga ikut upgrade ya. Salah satunya dengan tidak gampang percaya hoax.

Bersabar memberantas hoax

Saya pikir hoax dan Covid-19 itu sama. Kemungkinan "virus" tersebut tidak hilang dan tetap ada diantara kita dalam waktu lama dan entah kapan hilangnya.


Awalnya saya benci banget sama hoax, tapi sekarang makin benci. Tapi cara pandang saya sudah berbeda tentang hoax. Sama seperti Covid-19, kita tidak bisa memberantas hoax secara frontal. Beberapa kondisi memaksa kita untuk berdamai dengan keadaan.


Setelah saya tahu ada istilah post-truth, yakni kondisi dimana ada orang yang menyakini sebuah kebenaran berdasarkan rasa, emosi dan keyakinan personal. Tanpa berusaha mencari tahu kebenarannya.


Misalnya karena rasa kebencian pada pemerintah, maka ketika ada kabar yang menyebutkan "TV digital hanya akal-akalan pemerintah agar masyarakat membayar untuk nonton TV". Maka kabar tersebut langsung dipercayai saja.


Solusinya ialah harus semakin banyak informasi yang benar dan meluruskan yang disebarkan. Sebisa dan sesering mungkin kita harus aktif menyebarkan informasi yang melawan kabar hoax tersebut. Mesti sabar, karena banyak warga +62 yang lebih percaya "katanya" dibanding cari fakta sebenarnya. Jika orang tersebut gak mau percaya juga, maka boleh jadi dia buzzer yang akalnya tergantung bayaran. Jadi tidak usah dipikirkan, yang penting kita sudah menyampaikan kebenaran dan stop hoaxpada dirimu. Enjoy..


Mari berkontribusi melawan hoax dengan menyebarkan konten yang mampu mematahkan hoax lewat event Pahlawan Pertahanan Fakta 2021 dari Kaskus Kreator. Temukan kabar lain yang selama ini kamu ragu hoax atau fakta di Hot Topic #HansipHoax


@riandaprayoga
#NapaweiPost
Binjai, 9 April 2021