si.matamalaikat
TS
si.matamalaikat
Textron AirLand Scorpion - Meski Dijual Murah, Pesawat Ini Tetap Tidak Laku
Di era modern ini rasanya cukup susah mencari pesawat tempur dengan harga murah, tidak banyak perusahaan yang mau membuat pesawat dengan biaya murah. Biasanya pesawat berbiaya murah harus mengurangi sistem senjata maupun avioniknya, hal ini tentu membuatnya terkesan menjadi pesawat yang ketinggalan zaman.

Namun, meski tidak banyak pesawat berbiaya murah yang diproduksi bukan berarti tidak ada perusahaan yang membuatnya. Pada pembahasan kali ini TS akan membahas pesawat murah yang bernama Textron Airland Scorpion, seperti biasa kita mulai dari sejarahnya.




SEJARAH

Pada bulan Oktober 2011, Air Land Enterprises LLC yang biasa membuat pesawat komersil kelas bisnis mendekati Textron untuk menawarkan konsep "pesawat jet taktis paling terjangkau di dunia". Kedua perusahaan tersebut kemudian membuat usaha patungan bersama yang disebut Textron AirLand dan pengembangan pesawat dimulai pada bulan Januari tahun 2012.

Baik Textron maupun anak perusahaannya sama sekali tidak memiliki banyak pengalaman merancang pesawat tempur sayap tetap. Biasanya pesawat tempur dibanderol dengan harga yang mahal, begitu juga biaya operasionalnya juga akan lebih mahal. Textron melihat pasar untuk jenis pesawat murah yang potensial jika dipasarkan kepada negara dengan anggaran militer terbatas.

Pada awal tahun 2012, para insinyur meninjau 12 model rancangan yang akan memenuhi tujuan mereka. Awalnya pesawat akan dirancang dengan mesin tunggal dengan konfigurasi kursi tandem. Namun, pada akhirnya tim insinyur tersebut lebih memilih mesin ganda dengan konfigurasinya tetap kursi tandem.




Foto: Official Textron AirLand Marketing.


Proses pembuatan pesawat ini sebelumnya juga sudah mendapatkan izin dari pejabat AS, pihak Textron mengembangkan pesawat dengan dana mereka sendiri karena pesawat bukanlah pesanan dari pihak pemerintah. Proses pembuatan pesawat ini pun dirahasiakan, proyek ini diberi nama kode SCV12-1. Tapi para insinyur menyebut program ini sebagai "The Project".

Tim produksi pesawat ini tidak terlalu banyak, dalam proses pembuatannya hanya melibatkan 200 orang. Sekitar 120 orang teknisi dari Textron, Bell Helicopter dan Cessna dilibatkan dalam pembuatan pesawat ini. Sementara itu pihak AirLand bertugas memasarkan pesawat. Pada bulan April tahun 2012 pesawat tersebut kemudian mulai dibuat oleh Cessna di fasilitas Wichita, Kansas.

Proses pembuatan pesawat ini terbilang cepat, pesawat ini sudah mulai diluncurkan pada tanggal 16 September 2013. Pihak perancang menamainya Textron AirLand Scorpion, biar lebih akrab kita panggil saja Scorpion. Uji coba pra-penerbangan dimulai pada 25 November 2013 sebagai persiapan untuk penerbangan pertamanya.

Scorpion sendiri pertama kali terbang secara resmi pada 12 Desember 2013 selama 1,4 jam. Pesawat ini memiliki kode registrasi sipil N531TA atau biasa disebut sebagai Cessna E530. Menurut pilot pengujinya pesawat mampu bermanuver serta terbang di kecepatan tinggi dengan cukup baik.




Foto: Official Textron AirLand Marketing.


Pada tanggal 9 April 2014, Textron AirLand mengumumkan bahwa Scorpion telah mencapai 50 jam terbang dalam 26 penerbangan. Pesawat diterbangkan setinggi 30.000 kaki (9.100 m), dengan kecepatan hingga 310 knot (570 km/jam). Total 76,4 jam terbang dalam 41 penerbangan uji coba berhasil diselesaikan pada tanggal 19 Mei 2014. Dua bulan kemudian pesawat pun tampil pertama kali dalam ajang Farnborough International Air Show, dengan beberapa perubahan pada avioniknya.

Kemudian pihak Textron membuat satu lagi purwarupa pesawat untuk varian standard produksi pertama, purwarupa ini terbang pertama kali pada tanggal 22 Desember 2016. Pesawat memiliki roda pendaratan yang disederhanakan, peningkatan sapuan sayap dan avionik baru, termasuk kontrol hands-on-throttle-and-stick.

Diskusi sekaligus promosi Scorpion diadakan dengan militer dari Malaysia, Brunei, Filipina, Indonesia, Bahrain, Qatar, dan Arab Saudi. Namun, hasil diskusi ini membuahkan hasil yang kurang memuaskan karena tidak adanya ketertarikan dari para negara tersebut.




Foto: United States Department of Defense.


Bulan November 2014, Uni Emirat Arab telah menunjukkan ketertarikan kepada Scorpion untuk digunakan di skuadron aerobatik Al Fursan. Textron percaya hal ini bisa membuat pesawatnya dilirik negara lain. Namun, UEA tidak mau menjadi pelanggan pertama untuk pesawat baru ini dan ingin negara lain yang jadi pelanggan pertamanya. Ketertarikan ini pun pada akhirnya tak pernah terwujud.

Pada November 2014, Angkatan Udara Nigeria menyatakan minatnya untuk memborong Scorpion sebanyak satu skuadron guna melawan pemberontakan Boko Haram. Namun, entah atas dasar apa pihak petinggi AS tidak merestui penjualan ini. Scorpion pun belum berhasil terjual waktu itu.

Tanggal 27 April 2015, Scorpion membuat serangkaian uji coba penerbangan untuk Angkatan Udara Kolombia. Kebetulan waktu itu Kolombia sedang mencari pesawat untuk mengganti Cessna A-37 Dragonfly mereka, tapi pada akhirnya Kolombia tidak pernah membeli pesawat ini.




Foto: Official Textron AirLand Marketing


Menteri Pertahanan AS Ashton Carter yang menjabat waktu itu diminta menawarkan Scorpion kepada Angkatan Udara India selama kunjungannya pada bulan Juni 2015. Namun, lagi-lagi pesawat ini gagal terjual.

Tanggal 12 Juli 2016, QinetiQ, Thales dan Textron AirLand mengumumkan kolaborasi untuk mengajukan tawaran kepada Kementerian Pertahanan Inggris, rencananya pesawat digunakan untuk Pelatihan Operasional Pertahanan. Namun, Inggris pun pada akhirnya tidak tertarik untuk membeli pesawat tersebut.




Foto: wikipedia.org


Pada bulan Februari 2018, Scorpion harus tersingkir dari kompetisi pesawat Light Attack/Armed Reconnaissance dari USAF (Angkatan Udara Amerika). Pihak USAF sendiri lebih memilih pesawat Embraer A-29 Super Tucano buatan Brazil, dimana varian Super Tucano ini juga digunakan oleh Filipina dan Indonesia.

Kalau membahas Scorpion, TS jadi sedih gan sist. Karena pesawat ini sudah ditolak oleh banyak negara, bahkan oleh negara asalnya sendiri. Mungkin hanya para pejuang cinta berhati baja yang sudah pernah ditolak berkali-kali, yang bisa memahami sekaligus mengerti perasaan para insinyur Textron. Pesawat ini pada akhirnya hanya berakhir sebagai sebuah prototype (purwarupa) saja, tanpa pernah diproduksi secara massal.



Sekilas Tentang Scorpion

Pesawat ini sebenarnya punya harga jual yang cukup murah yakni US$ 20 juta saja dengan biaya US$ 3000 setiap jam terbangnya. Dibuat sebagai pesawat yang murah, Scorpion harus rela tidak dibekali sistem fly by wire untuk menekan biaya produksinya. Mungkin absennya sistem fly by wire ini yang membuatnya tidak laku dipasaran, selain itu untuk menghemat biaya produksi, perangkat lunak maupun keras banyak diambil dari pesawat sipil Cessna.

Pesawat ini memiliki bentuk sayap tetap yang dipasang dibelakang kokpitnya, secara umum rancangannya tidak jauh berbeda dengan pesawat tempur konvensional khas Amerika. Kemudian pada bagian samping dibuatkan dua buah intake berbentuk persegi panjang, badan pesawat sebagian besar dibuat dari komposit yang bisa membuatnya bertahan sampai 20 ribu jam terbang. Meski berkonfigurasi dua kursi, pesawat tetap mampu diterbangkan oleh satu orang kru saja.

Pada sektor mesin, pesawat dibekali dua buah mesin Honeywell TFE731 turbofan, masing-masing memiliki daya dorong 18 kN. Kecepatan maksimum yang bisa dicapai adalah 830 km/jam dengan daya jelajah maksimal 4.100 km dengan menggunakan tangki bahan bakar eksternal.




Foto: Official Textron AirLand Marketing.
 

Pesawat memiliki panjang 13.87 m, tinggi 4.06 m, rentang sayap 14.58 m, serta luas area sayap 16.29 m2. Berat kosongnya mencapai 5.761 kg serta berat maksimal lepas landasnya mencapai 9.979 kg.

Untuk urusan persenjataan, pesawat dibekali 6 hardpoint (cantelan) yang bisa dipasangi berbagai roket, rudal dan bom. Cantelan ini juga bisa dipasangi tangki bahan bakar eksternal untuk menambah daya jelajahnya. Pada cantelan eksternalnya pesawat mampu membawa beban sampai 2.800 kg dan pada bagian internalnya mampu membawa beban sampai 1.400 kg.

Karena pesawat ini baru berupa prototype, masih belum diketahui jenis rudal serta roket apa saja yang bisa dibawa. Namun, disebutkan bahwa pesawat sudah kompatibel dengan berbagai persenjataan milik Paman Sam seperti rudal Griffin Raytheon, Enhanced Paveway 4, JDAM, SDB Boeing, serta Lockheed DAGR.




Ilustrasi: airrecognition.com


Pada bagian avioniknya pesawat dilengkapi Flight Management System (FMS), Hands on Throttle and Stick (HOTAS), Class-B Terrain Awareness and Warning System (TAWS), engine indication and crew alerting system (EICAS), dual Air Data, Attitude and Heading Reference Systems (ADAHRS), dual GPS/Satellite Based Augmentation Systems (SBAS) dan peta bergerak yang terintegrasi.

Kokpitnya sendiri sudah kompatibel dengan night-vision untuk melakukan misi di malam hari yang menawarkan instrumentasi untuk kontrol radar cuaca, tampilan video eksternal, dan perekaman data penerbangan digital. Untuk pesawat dengan harga jual murah, kokpitnya sendiri sudah cukup modern.




Kokpit Scorpion.

Foto: Issan Valunzuela/jetphotos.com


Pesawat ini rencananya akan menggantikan peran A-10 Thunderbolt II (Warthog) yang sudah menua, namun Paman Sam terlalu sayang dengan pesawat tersebut sehingga posisinya sulit digantikan. Scorpion bisa digunakan untuk menjalankan misi Close Air Support alias dukungan udara dekat seperti yang biasa dilakukan Warthog. Selain itu Scorpion juga bisa digunakan untuk misi pengintaian, serangan darat, Counter-Insurgency serta pelatihan.

Sebenarnya Scorpion sangat cocok digunakan oleh para negara dengan dana militer pas-pasan untuk menambah inventaris pesawat mereka. Namun, kebijakan politik Amerika terkadang menghalangi pesawat murah yang sebenarnya bisa mendatangkan keuntungan jika berhasil masuk jalur produksi.

Ada hukum tak tertulis di Amerika Serikat yang berbunyi seperti ini: "Jika produk alutsista buatan Amerika tidak dipakai oleh pihak militernya sendiri, sudah dipastikan produk alutsista tersebut tidak akan laku di pasaran."

Dan pada akhirnya Scorpion harus bernasib sama dengan F-20 Tigershark yang tidak pernah masuk jalur produksi, kebijakan politik serta persaingan yang tidak sehat antar produsen alutsista membuat pesawat dengan biaya murah harus berakhir sebagai prototype saja tanpa pernah diproduksi.




Foto: wikipedia.org


Textron Airland Scorpion

Negara Asal: Amerika Serikat
Perancang: Textron, Bell Helicopter dan Cessna
Pabrikan Pembuat: Textron AirLand
Kru: 2 orang
Panjang: 13.87 m
Tinggi: 4.06 m
Rentang Sayap: 14.58 m
Luas Area Sayap: 16,29 m2
Berat Kosong: 5.761 kg
Mesin: 2 x Honeywell TFE731 turbofan
Kecepatan Maks.: 830 km/jam
Persenjataan: Rudal Griffin Raytheon, Enhanced Paveway 4, JDAM, SDB Boeing, Lockheed DAGR
Avionik: Flight Management System (FMS), Hands on Throttle and Stick (HOTAS), Class-B Terrain Awareness and Warning System (TAWS), engine indication and crew alerting system (EICAS), dual Air Data, Attitude and Heading Reference Systems (ADAHRS), dual GPS/Satellite Based Augmentation Systems (SBAS)
Berat Lepas Landas Maks.: 9.979 kg
Daya Jelajah: 4.100 km (dengan tangki bahan bakar eksternal)
Harga: US$ 20 juta (2013)



Spoiler for Sekilas aksi Scorpion:




Referensi: 1.2.3
Ilustrasi: airrecognition.com, wikipedia.org, Textron AirLand, google image
Diubah oleh si.matamalaikat 25-01-2021 01:13
dafiqi17indramamothdoc1989
doc1989 dan 51 lainnya memberi reputasi
52
16.6K
126
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan