- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Wolak-Walik, Ayo Diwolak Walik. Goreng Tempe Memang Kudu Dibolak-Balik.
TS
lonelylontong
Wolak-Walik, Ayo Diwolak Walik. Goreng Tempe Memang Kudu Dibolak-Balik.
Ada sesuatu yang aneh di negara ini. Ketika banyak orang dewasa, bahkan punya kedudukan penting di masyarakat, cara berpikir dan nilai-nilai kemanusiaan-nya terbolak-balik.
Entah waktu kecil bagaimana orang tua mereka mendidik tokoh-tokoh ini tentang yang namanya, empati, kasih, kemurahan hati dan sebagainya.
Agan-agan dan sista-sista, waktu kecil apakah pernah orang tuanya menceritakan kisah tentang raja/pangeran/orang kaya, yang jatuh kasihan ketika melihat ada pengemis atau orang miskin, lalu membantu orang miskin tersebut dan berusaha menaikkan derajatnya sebagai manusia?
Kalau di Kristen ada cerita tentang Santo (orang suci) yang lahir di keluarga yang kaya raya, hidup berkecukupan sampai suatu hari jatuh kasihan, tapi hatinya selalu terusik melihat penderitaan di sekitar dia (Fransiskus dari Assisi).
Kalau di Islam, saya pernah dengar cerita tentang kisah Umar bin Khattab dengan janda miskim yang masak batu untuk anaknya.
Dalam banyak cerita anak-anak, maupun kisah-kisah yang kemudian jadi bagian dari pendidikan agama, tema ini (menolong orang miskin) adalah salah satu kisah yang sering diceritakan.
Nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai persaudaraan, dan empati adalah salah satu nilai yang penting dalam sebuah masyarakat.
Nilai-nilai seperti itu, adalah salah satu penopang keberlangsungan sebuah komunitas.
Sehingga menjadi sebuah pertanyaan besar bagi saya, kenapa ada tokoh-tokoh, bahkan ada sekelompok orang (pengikut tokoh-tokoh itu), kebakaran jenggot ketika ada seorang menteri sosial yang membantu gelandangan untuk hidup lebih baik?
Perbuatan si menteri ini yang menolong orang miskin, tiba-tiba justru diperlakukan dan dipersepsikan sebagai suatu serangan pada "diri" mereka?
Ada apa ini?
Kenapa jadi bersikap defensif pada kebaikan?
Kalau merasa tindakan menolong orang miskin itu sebuah langkah politis untuk menarik dukungan, ya imbangi saja dengan anda-anda ini bekerja lebih keras lagi untuk menolong lebih banyak lagi orang miskin.
Kalau si menteri menolong 100 orang, anda tolong 1000 orang.
Sehingga politik kemudian jadi sebuah kompetisi untuk melakukan kebaikan.
Menjadi sebuah kompetisi untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi orang banyak.
Beda lagi dengan pasukan-nya dajjal, yang memang katanya anti pada kebaikan. Jadi masuk akal kalau kelompok pengikut dajjal itu panas melihat sesuatu yang baik.
Salam ....
Entah waktu kecil bagaimana orang tua mereka mendidik tokoh-tokoh ini tentang yang namanya, empati, kasih, kemurahan hati dan sebagainya.
Agan-agan dan sista-sista, waktu kecil apakah pernah orang tuanya menceritakan kisah tentang raja/pangeran/orang kaya, yang jatuh kasihan ketika melihat ada pengemis atau orang miskin, lalu membantu orang miskin tersebut dan berusaha menaikkan derajatnya sebagai manusia?
Kalau di Kristen ada cerita tentang Santo (orang suci) yang lahir di keluarga yang kaya raya, hidup berkecukupan sampai suatu hari jatuh kasihan, tapi hatinya selalu terusik melihat penderitaan di sekitar dia (Fransiskus dari Assisi).
Kalau di Islam, saya pernah dengar cerita tentang kisah Umar bin Khattab dengan janda miskim yang masak batu untuk anaknya.
Dalam banyak cerita anak-anak, maupun kisah-kisah yang kemudian jadi bagian dari pendidikan agama, tema ini (menolong orang miskin) adalah salah satu kisah yang sering diceritakan.
Nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai persaudaraan, dan empati adalah salah satu nilai yang penting dalam sebuah masyarakat.
Nilai-nilai seperti itu, adalah salah satu penopang keberlangsungan sebuah komunitas.
Sehingga menjadi sebuah pertanyaan besar bagi saya, kenapa ada tokoh-tokoh, bahkan ada sekelompok orang (pengikut tokoh-tokoh itu), kebakaran jenggot ketika ada seorang menteri sosial yang membantu gelandangan untuk hidup lebih baik?
Perbuatan si menteri ini yang menolong orang miskin, tiba-tiba justru diperlakukan dan dipersepsikan sebagai suatu serangan pada "diri" mereka?
Ada apa ini?
Kenapa jadi bersikap defensif pada kebaikan?
Kalau merasa tindakan menolong orang miskin itu sebuah langkah politis untuk menarik dukungan, ya imbangi saja dengan anda-anda ini bekerja lebih keras lagi untuk menolong lebih banyak lagi orang miskin.
Kalau si menteri menolong 100 orang, anda tolong 1000 orang.
Sehingga politik kemudian jadi sebuah kompetisi untuk melakukan kebaikan.
Menjadi sebuah kompetisi untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi orang banyak.
Beda lagi dengan pasukan-nya dajjal, yang memang katanya anti pada kebaikan. Jadi masuk akal kalau kelompok pengikut dajjal itu panas melihat sesuatu yang baik.
Salam ....
0
164
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan