rizadwi88
TS
rizadwi88
Gara-gara PAP


#virtual_teror


Namanya Harry, gebetan baru yang kutemui di aplikasi perjodohan beberapa minggu yang lalu. Sejak awal berkirim chat kami sudah sangat akrab. Aku nyaman bercerita dengannya. Begitu juga sebaliknya, Harry sangat terbuka kepadaku.


Hingga suatu hari, kuminta dia mengirimkan foto terbarunya, atau istilah kerennya 'pap'. Memang, selama kenal, tak sekali pun dia memasang foto asli di aplikasi chat.


[Buat apa 'pap'?] balasnya.


[Aku hanya ingin tahu wajahmu. Salah, kah?]


[Tidak salah, Eve. Hanya saja aku ini … jelek, loh. Hehehe]


[Ah, kau ini bisa saja. Ayolah, cepat kirim fotomu, Harry. Aku penasaran!]


[Kau serius?]


[Yups!]


[Kirim fotomu lebih dulu!]


Aku mengernyitkan dahi.


[Untuk apa? Kau 'kan bisa melihat di PP chat ini]


[Aku ingin foto terbaru] dia bersikeras.


Aku manyun.


[Okey, kalau kau tak mengirimkan pap duluan, aku juga tak akan mengirim fotoku] Harry mulai mengancam.


[Baiklah!]


Kurapikan rambut yang acak-acakan. Memoleskan sedikit lipglos di bibir mungil ini. Dengan senyuman manis, foto selfie berhasil diambil dan segera terkirim pada Harry.


[Sekarang giliranmu, Harry!]


[Baiklah-baiklah … akan kukirim sebentar lagi]


Jantungku tiba-tiba berdetak tak karuan.


Ting!


Buru-buru kubuka pesannya.


Hah?


Aku kebingungan kala melihat foto yang baru saja dikirim oleh Harry.


[Kau jangan main-main, Harry! Kenapa kau mengirim balik fotoku tadi? Kau ini niat apa tidak?!] Kupasang emot marah.


[Di fotomu juga ada aku] balasnya singkat.


Aku makin tak mengerti.


[Perhatikan lagi fotonya, Eve]


Kutatap layar gawaiku lekat-lekat. Beberapa detik kemudian, aku menjerit histeris. Benda pipih itu terlempar ke lantai.


Aku syok!


Bagaimana tidak, baru saja kulihat siluet seorang pria dengan wajah menghitam, berada tepat di samping foto selfi yang kukirimkan pada Harry.


What the f**k!


Jantungku berdegup semakin kencang. Tangan gemetaran.


Segera kuraih gawai yang tergeletak di lantai. Sekilas masih dapat terlihat foto mengerikan itu.


Setelah menonaktifkan gawai, aku pun menelungkup di bawah selimut. Badan ini masih gemetaran, menahan takut.


Ting!


Aku tersentak kaget.


Bagaimana caranya gawai yang nonaktif bisa menyala sendiri dan menerima pesan masuk?


Ting!


Ting!


Berkali-kali notif itu berbunyi.


Aku mulai panik.


Segera kuambil gawai tersebut dan membaca rentetan chat yang masuk.


[Kau tak suka wajahku, kan?]


[Kenapa kau matikan ponsel?]


[AKU TAK SUKA JIKA KAU MATIKAN PONSELMU!]


Aku semakin ketakutan.


[Mau kamu apa, hah? Siapa kamu sebenarnya?]


Ting!


[Aku ingin ke rumahmu, Eve. Aku tahu kau kesepian. Nanti kita bisa bersenang-senang, Sayang]


Gilaaa!


[Jangan! Aku mohon jangan! Di rumahku sedang ada kakak dan ibuku. Kau tak boleh kemari, Harry!]


Ting!


[Bohong! Aku tau kau sedang berbohong]


[Btw, kau sangat cantik dengan kaus tanpa lengan dan berpotongan leher rendah itu, Eve. Warna biru terlihat cocok untukmu]


Sial! Dia bahkan tahu apa yang sedang kupakai saat ini. Siapa orang ini sebenarnya?!


Aku mulai merasakan ketakutan yang amat sangat.


[APA MAUMU, HAH?! DASAR BAJING*N KAU! BERSEMBUNYI DI MANA KAU?!]


Mataku awas menatap sekeliling kamar. Segera kukunci pintu. Berlari ke dapur dan mengambil sebuah kunci Inggris, untuk berjaga-jaga.


Kutelan ludah yang seakan mengering. Tenggorokan terasa seperti tercekat.


Ting!


[Aku ada di dalam kamarmu, Cantik. Ada tepat di depanmu]


Aku terlonjak kaget. Tanpa sadar, kakiku menyandung kursi dapur. Tubuh ini limbung dan jatuh terduduk. Punggung menghantam kitchen set dengan agak keras.


"Aooooww!!"


Tepat di saat itulah, lampu kamar mendadak mati.


Gelap total.


Hanya ada secercah cahaya dari layar gawaiku.


Aku Cumiik lagi sambil menutup mata. Detak jantung melebihi batas normalnya. Badan ini sudah tak mampu bergerak lagi.


Kucoba menyalakan lampu senter pada gawai. Sial! Tak menyala juga, padahal sudah berkali-kali kutekan fiturnya.


Oh, sh*t!


Di saat seperti ini, gawaiku masih saja sempat-sempatnya tak berfungsi normal.


Tanganku meraba-raba kitchen set. Meraih laci paling atas yang dekat dengan kompor, mencari korek api bensol yang biasanya tersimpan di situ.


Ketemu!


Kucoba menyalakan korek berkali-kali, namun selalu gagal. Sesuatu tercium oleh hidungku. Aroma khas yang familiar, tapi aku lupa apa itu. Ah, tak penting! Korek ini harus menyala dulu.


Ting!


[Ingin menyalakan korek api? Eeuum … sepertinya itu bukan ide yang bagus, Sayang ….]


Bodo amat!! Peduli setan!


Sekali, dua kali, masih belum bisa juga.


Ting!


[Hentikan! Kau sudah kuperingatkan, ya!]


Fu*k you!


Treek! Cess!


Akhirnya … menyala juga!


Tapi, bau ini semakin menyengat.


Sial! Kenapa aku baru ingat kalau ini bau dari …


.

.

.


BLAAAAAAM!

.

.

.


Semua terlihat terang benderang. Apa ini kembang api?



Oh, FU*K YOU, HARRY!!



#end


Sidoarjo, 25-11-2020
gembogspeedtien212700FPH
FPH dan 11 lainnya memberi reputasi
6
3.7K
19
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan