si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
A-4 Skyhawk, Pesawat Tempur Milik TNI AU yang Dibeli Secara Rahasia dari Israel
Pada tahun 1979, Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto menggelar suatu operasi rahasia dengan sandi Alpha.Misi ini digadang-gadang sebagai operasi intelijen terbesar dan paling rahasia yang pernah dilakukan oleh TNI AU.

Misi ini bertujun mengirim para teknisi dan pilot TNI AU ke Israel untuk mendapatkan pelatihan tentang pesawat A-4 Skyhawk yang akan dibeli dari Israel. TNI AU akhirnya sukses mengakuisisi 32 unit A-4 Skyhawk bekas Israel waktu itu. Sebelum kita lanjutkan tentang operasi rahasia ini, alangkah baiknya kita mengenal sejarah lahirnya A-4 Skyhawk. Seperti biasa kita mulai dari sejarahnya.



SEJARAH

Lahirnya A-4 Skyhawk berawal pada tahun 1950-an, waktu itu Angkatan Laut AS menginginkan sebuah pesawat baru untuk menggantikan pesawat A-1 Skyraider yang mereka operasikan. Menanggapi hal tersebut, pihak Douglas Aircraft pun mulai membuat rancangan pesawat baru.

Ed Heinemann seorang perancang pesawat dari Douglas Aircraft lantas memilih rancangan pesawat yang meminimalkan ukuran, berat, dan kompleksitasnya. Kemudian tercipta sebuah pesawat yang beratnya hanya setengah dari spesifikasi berat pesawat yang dianjurkan oleh Angkatan Laut.




Ilustrasi Foto: indoflyer


Pesawat ini memiliki sayap yang kompak sehingga tidak perlu dilipat untuk masuk ke dalam kapal induk. Sang perancang memilih sayap delta untuk pesawatnya ini, dengan kombinasi sayap delta mampu meningkatkan manuver dan kecepatan pesawat. Hal ini ditambah dengan kapasitas bahan bakar yang besar, namun juga mengurangi efisiensi daya jelajah.




Ed Heinemman.

Foto: wikipedia.org


Meski mengusung rancangan sayap delta, A-4 tidak dibuatkan canard (sayap kecil) dibagian depan sayap utamanya. Pesawat ini masih mengusung sistem ekor konvensional yang diletakkan dibagian belakang sayap utamanya, ditambah penstabil horizontal diatas badan bagian belakang. Pesawat juga dilengkapi intake (lubang udara) disisi kanan dan kiri, antena panjang disisi kanan sebagai salah satu sistem radarnya serta sebuah probe (corong) untuk kegiatan isi ulang BBM di udara yang terletak di kanan kokpit.




Foto: indomiliter.com, diedit oleh TS.


A-4 juga dirancang untuk melakukan pendaratan darurat, walaupun terjadi kegagalan hidraulis yang bisa mengakibat roda pendaratan tidak bisa dikeluarkan. Pendaratannya masih bisa dilakukan tanpa roda, cukup dengan menggunakan dua tangki bahan bakar cadangan yang selalu dibawa oleh pesawat tersebut. Pendaratan darurat semacam ini yang dikenal dengan istilah "belly landing", mendarat dengan aman tanpa roda pendarat.




Rancangan pesawat.

Ilustrasi: wikipedia.org


Selain itu pesawat juga dirancang dengan kursi lontar yang memiliki sistem "zero zero ejection seat", yang berarti kursi lontarnya dapat dioperasikan pada ketinggian 0 meter serta kecepatan 0 knot, pesawat A-4 juga mampu melontarkan pilot meskipun pesawatnya sudah masuk ke dalam laut.

A-4 Skyhawk juga menjadi salah satu pelopor pengisian BBM antar sesama jenis A-4 atau ke pesawat lain yang beda pabrikan, dimana aksi ini juga disebut "Buddy to Buddy". Dilakukan ketika pesawat tempur berada didaerah terpencil dan sulit dijangkau oleh pesawat tanker udara, A-4 mampu mengisi bahan bakar untuk sesama pesawat A-4 atau pesawat yang lain dalam kasus ini. Di era modern, Dassault Rafale buatan Prancis juga bisa melakukan pengisian BBM antar sesama pesawat tempur.




Berbagi bahan bakar dengan pesawat F-8U emoticon-Big Grin

Foto: wikipedia.org


Pesawat ini juga tergolong murah dari perkiraan pihak U.S Navy sebelumnya, dimana 500 pesawat pertama masing-masing berharga US$ 860.000 per unitnya, padahal U.S Navy menganggarkan dana sebesar US$ 1 juta untuk per unitnya.

Angkatan Laut kemudian mengeluarkan kontrak untuk pesawat tersebut pada 12 Juni 1952, dan meminta untuk dibuatkan dua purwarupa pesawat. Purwarupa pertama terbang pertama dari Edwards Air Force Base, California, pada 22 Juni 1954. Purwarupa itu diberi nama XA4-D1.




Purwarupa XA4-D1 yang pertama.

Foto: wikipedia.org


Pengiriman ke skadron Angkatan Laut dan Korps Marinir dimulai pada akhir 1956. Purwarupa XA4D-1 juga sempat mencetak rekor kecepatan dunia dengan kecepatan 695,163 mph pada 15 Oktober 1955.

Skyhawk juga menerima berbagai julukan mulai dari "Scooter", "Kiddiecar", "Bantam Bomber", "Tinker Toy Bomber". Dan karena kecepatan dan performanya yang gesit, ia juga dijuluki "Heinemann's Hot-Rod". Sementara pilot TNI AU menamainya dengan julukan Si Bongkok. Namun pada perkembangannya pesawat ini kemudian diberi nama resmi A-4 Skyhawk.



A-4 milik tim aerobatik U.S Navy.

Foto: wikipedia.org


Skyhawk tetap diproduksi hingga 1979, dengan 2.960 pesawat dibangun, termasuk 555 pesawat latih dua kursi. Pesawat ini termasuk "limited edition", karena tidak semua negara bisa memilikinya. Selain Amerika, pada masanya A-4 juga dioperasikan oleh beberapa negara saja. Negara yang beruntung tersebut adalah Kuwait, Australia, Selandia Baru serta Israel.



Spesifikasi

Pesawat ini sudah dibuat ke dalam berbagai varian yang berbeda gan sist, varian tersebut ditandai dengan huruf alfabet mulai dari varian A-F serta varian M. Tapi TS tidak akan membahas semuanya, ane akan sajikan spesifikasi secara umum dari tipe A-4E. Dimana tipe ini adalah yang paling populer dan banyak digunakan.

Pesawat A-4 Skyhawk diawaki oleh satu orang kru dan dua orang kru untuk versi pesawat latihnya. Memiliki panjang 12,22 m, rentang sayap 8,38 m, serta lebar 4,57 m.

A-4 memiliki berat kosong 4.750 kg dengan berat isi mencapai 8.318 kg. Dan berat lepas landasnya adalah 11.136 kg. Pesawat ditenagai oleh mesin tunggal Pratt & Whitney J52-P8A turbojet dengan kecepatan maksimum 1.083 km/jam. Dengan daya jelajah 3.220 km serta radius pertempuran 1.158 km.




Ilustrasi mesin.

Foto: wikipedia.org


Untuk sistem avionik pesawat ini dipasangi beberapa sistem canggih pada masanya berupa Bendix AN/APN-141 Altimeter radar, Stewart-Warner AN/APQ-145 Mapping & Ranging radar, HUD ANAVQ-24, serta komputer navigasi AN/ASN-41.




Iluatrasi kokpit A-4.

Foto: indomiliter.com


Pesawat ini memiliki total 9 hardpoint (cantelan), 4 cantelan masing-masing berada di sayap serta satu cantelan berada dibawah badan pesawat. Bagian cantelannya bisa membawa beban sampai 3.900 kg. Berikut ini persenjataan yang bisa dibawa A-4 Skyhawk:

Meriam:

●2 × 20 mm Colt Mk 12 cannon.

Rockets: 

●4 × LAU-10 rocket pods (setiap pod bisa membawa 4 × 127 mm Mk 32 Zuni rockets).

Bomb:

●6 × Rockeye-II Mark 20 Cluster Bomb Unit (CBU).
●6 × Rockeye Mark 7/APAM-59CBU.
●Mark 80 series of unguided bombs.
●Bom nuklir yang mencakup B43 nuclear bomb, B57 nuclear bomb, B61 nuclear bomb.

Rudal:

Udara ke udara: 4 × AIM-9 Sidewinder.

Udara ke darat:
●2 × AGM-12 Bullpup.
●2 × AGM-45 Shrike anti-radiation missile.
●2 × AGM-62 Walleye.
●2 × AGM-65 Maverick.

Lainnya: Membawa 3 drop tank dengan kapasitas 1.400 liter.



Operasi Alpha, Misi Intelijen Paling Rahasia di Era Orde Baru

Pesawat ini memainkan banyak peranan penting selama Perang Vietnam, Perang Yom Kippur, dan Perang Falkland. Untuk perang Yom Kippur, pesawat ini dioperasikan oleh pihak Israel. Israel mulai melakukan pengajuan untuk pengadaan pesawat ini kepada pihak Amerika pada tahun 1964.

Masuk bulan Agustus 1964 kontrak mulai dilakukan antara kedua negara, pada tanggal 19 Desember 1967 pesawat pun mulai datang secara bertahap. Persis tanggal 1 Januari 1968, pesawat A-4 Skyhawk mulai resmi dioperasikan oleh IAF (Angkatan Udara Israel). Israel juga menjadi negara pengguna terbesar A-4 diluar Amerika, namun tidak diketahui berapa jumlah pesawat mereka.

Perang Yom Kippur sendiri terjadi tanggal 6-26 Oktober 1973 antara negara Israel melawan koalisi negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah. Akibat perang tersebut, Israel mengalami kerugian besar dan nyaris kalah. Banyak tank Israel berhasil dihancurkan pasukan gabungan Mesir dan Suriah yang dilengkapi persenjataan rudal anti-tank produksi Uni Soviet.




A-4 milik Israel.

Foto milik meir feder, jetphotos.com


Sekitar 40 jet tempur A-4 Skyhawk milik  Israel yang digunakan berhasil dirontokkan oleh rudal SAM (Surface Air Missile) buatan Uni Soviet yang dioperasikan Mesir, mengakibatkan 20 pilot terbaik Israel tewas.

Agar A-4 tidak mudah dirontokkan lagi, Israel melakukan sejumlah langkah modifikasi terhadap A-4 Skyhawk. Modifikasi  yang dilakukan berupa peningkatan tenaga mesin, peningkatan kemampuan radar pencari sasaran dan sistem radio komunikasi, peningkatan jumlah persenjataan yang dibawa, serta penambahan daya tampung bahan bakar.




A-4 Skyhawak IAF.

Foto milik yonil67, jetphotos.com


Setelah modifikasi, A-4 Skyhawk memang tidak mudah tertembak jatuh lagi. Hal itu terbukti saat digunakan menggempur instalasi nuklir di Osirak (Irak) pada Juni 1981 dalam Operasi Babylon. Setelah usai Perang Yom Kippur dan operasi tempur ke Irak. Memasuki tahun 1979 Israel mengalami surplus A-4 Skyhawk, agar tetap menguntungkan sebagian A-4 akan dijual dengan perantara AS.

Di saat yang bersamaan pihak Indonesia dan TNI AU juga sedang mencari pesawat baru untuk menggantikam F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird yang sudah menua. Berita penjualan A-4 milik Israel juga diketahui oleh Mabes ABRI. Mayjen Benny Moerdani kemudian melapor pada Presiden Soeharto untuk menyampaikan rencana pembelian pesawat bekas tersebut.

Operasi dengan sandi Alpha pun dilakukan tahun 1979, mengirimkan 7 angkatan pada pertengahan tahun 1979. Enam angkatan pertama adalah para teknisi, serta angkatan terakhir adalah para pilot berjumlah 10 orang. Para pilot dikirim ke Israel menjelang akhir tahun 1979. Operasi rahasia ini dilakukan oleh para pilot sekitar 4 bulan, sampai proses kedatangn A-4 ke Indonesia.



F-86 Sabre milik TNI AU.





T-33 Thunderbird milik TNI AU.

Sumber Ilustrasi Foto


Namun setelah selesai pendidikan, dokumen berupa buku catatan pelajaran serta sertifikat para pilot yang didapat dari IAF pun dibakar oleh pihak intelijen ABRI. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan hal seputar Israel. Sebelum kembali ke Indonesia, mereka diajak ke Amerika terlebih dahulu untuk menjalani tes 3 hari di U.S Marine Corps (USMC). Selama di Amerika mereka dibekali uang saku yang cukup dan masing-masing diberikan kamera baru berupa Olympus F-1 untuk dokumentasi kegiatan selama di AS.

Disana para pilot belajar pengetahuan tentang penerbangan A-4 milik USMC, area latihan dan mengenal instrukturnya. Mereka juga wajib berfoto di depan pesawat A-4 Skyhawk, seakan-akan baru diwisuda sebagai penerbang A-4, sekaligus menerima sertifikat atau ijazah dari USMC. Hal ini sebagai kamuflase, bahwa mereka memang dididik di AS.




A-4 milik U.S Navy.

Foto: wikipedia.org


Tanggal 4 Mei 1980, dua pesawat A-4 single seater dan dua double seater tiba di pelabuhan Tanjung Priok. Pesawat tersebut diangkut melalui kapal dari Israel. Tanggal 5 Mei 1980, pesawat C-5 Galaxy USAF mendarat di Lanud Iswahyudi (Madiun) yang mengangkut F-5 E/F Tiger II dan paket A-4 Skyhawk gelombang pertama tiba di Indonesia melalui pengiriman via udara.

Pesawat A-4 yang tiba melalui kapal kemudian dibalut memakai plastik pembungkus berlabel F-5. Dengan demikian A-4 seakan-akan menjadi satu paket proyek kiriman pesawat terbang, namun diangkut dengan transportasi yang berbeda.

Karena pesawat ini buatan Amerika, maka TNI AU menerima buku panduan dengan ribuan halaman dari pihak Amerika. Tapi buku panduan itu sudah tak cocok lagi dengan A-4 Skyhawk Israel, mengingat banyaknya modifikasi yang dilakukan. Para teknisi TNI AU yang menangani A-4 ternyata dibuat puyeng.




A-4 Skyhawk TNI AU.

Foto: indomiliter.com


Salah satu kepuyengan itu terletak di sistem komunikasi milik A-4 Israel, yang ternyata tidak nyambung dengan sistem komunikasi milik TNI AU. Para teknisi mulai 'mengakali' sistem radio komunikasi A-4 Skyhawk, sampai akhirnya berhasil 'menyambungkan' sistem komunikasi A-4 Skyhawk dengan sistem komunikasi menara kontrol di darat dan juga dengan pesawat TNI AU yang lainnya.

Sistem senjata rupanya juga diubah oleh teknisi Israel, sehingga sempat membuat puyeng 'lagi' para teknisi TNI AU. Apalagi persenjataan yang disertakan pada A-4 Skyhawk adalah buatan AS dan bukan Israel. Dengan berbagai cara, para teknisi TNI AU bisa menanganinya dengan baik, sehingga A-4 bisa dioperasikan untuk misi tempur dan non-tempur serta membawa senjata buatan AS.

Modifikasi A-4 oleh Israel antara lain menambahkan perangkat pembawa bom, sistem pengereman double disc break, memanjangkan tail pipe sehingga bisa mengurangi panas buangan bahan bakar dan sulit dilacak oleh rudal pencari panas, mengganti sistem pengereman pesawat dengan parasut yang lebih handal, memasang senjata DEFA 552 GUN kaliber 30 mm, mengubah sistem air refueling probe. Kira-kira seperti itu modifikasi ala Israel.




Tail pipe A-4 yang sudah dimodifikasi agar tidak mudah dilacak rudal pencari panas.

Foto: indomiliter.com


Sementara modifikasi Skyhawk dari teknisi TNI AU mencakup pemasangan kamera pengintai VICON 70, radio komunikasi yang frekuensinya standar TNI AU, pembidik senjata Ferranti Gun Sight, dan penambahan persenjataan. Namun perlu diketahui, bahwa A-4 TNI AU tidak bisa meluncurkan rudal.

Sampai akhir masa baktinya di tahun 2004, senjata yang diusung A-4 Skyhawk TNI AU sangat terbatas. Senjata itu seperti 6 bom Mk-82 dan tabung peluncur roket LAU-68B berisi roket 2 × 7 FFAR 2,75 mm, meriam internal 2 x Colt Mk 12 kaliber 20 mm dengan 100 peluru per meriam.

A-4 Skyhawak juga merupakan pesawat tempur TNI AU yang pertama kali bisa melakukan pengisian bahan bakar di udara. Indonesia sebelumnya sudah mengoperasikan pesawat tanker KC-130B Hercules pada tahun 1960-an. Namun baru dua dekade kemudian, pesawat tanker BBM ini menemukan jodohnya yaitu A-4 Skyhawk. Dimana Hercules bisa melaksanakan misi aslinya untuk mengisikan bahan bakar bagi pesawat lain via udara.




Jodoh yang akhirnya bertemu, KC-130B mengisi bahan bakar untuk A-4 Skyhawk emoticon-Big Grin

Foto: indomiliter.com


Salah satu pilot TNI AU yaitu almarhum F. Djoko Poerwoko adalah pilot A-4 yang pernah dikirim ke Israel. Setelah selesai berdinas beliau juga aktif sebagai penulis di majalah Angkasa, beliau juga menerbitkan beberapa buku. Buku itu berisi kisah hidupnya serta gelaran Operasi Alpha yang pernah dilakukannya.

Beberapa buku yang pernah ditulis almarhum mulai dari My Home My base yang diterbitkan untuk internal TNI AU serta buku Vit Fia Vi, merupakan otobiografi beliau yang diterbitkan secara terbatas juga. Sedangkn buku Menari di Angkasa adalah buku "Vit Fia Vi" yang dicetak untuk umum.

Kontroversi tentang pengungkapan pembelian A-4 dari Israel ke publik juga ditulis oleh beliau dibukunya, beliau menulis sebagai berikut:

“Saat buku ‘My Home My Base’ diluncurkan, ada polemik yang menyisakan kenangan, yaitu cerita tentang keterlibatan ke Israel untuk mengambil A-4 Skyhawk. Banyak orang mempertanyakan, mengapa aku mengumbar rahasia negara. Dengan singkat hanya kujawab, “Siap, saya sudah minta ijin KASAU dan beliau mengijinkan, karena kita sebagai prajurit tidak boleh selamanya membohongi rakyat." Maka mereka yang bertanya pun tidak lagi berkomentar.




A-4 di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta.

Foto: Davidelit


Pesawat A-4 TNI AU dipensiunkan memasuki tahun 2004 dan kemudian dimuseumkan. A-4 Skyhawk dulu mengisi Skadron Udara 11 (Lanud Iswahyudi, Madiun. Sekarang skadron ini pindah ke Makassar.) dan Skadron Udara 12 (Lanud Roesmin Noerjadin, Pekanbaru). Malaysia dan Singapura menjadi pengguna A-4 di Asia Tenggara menemani Indonesia. Di Amerika Latin, ada Brazil dan Argentina yang juga sama-sama membeli pesawat bekas pakai ini.

Singapura menjadi negara paling sukses dalam mengembangkan A-4 menjadi A-4 Super Skyhawk dengan merubah sistem avionik, senjata serta mesinnya. Sebenarnya TNI AU ingin membeli 16 unit lagi waktu itu, tapi pihak Israel tidak bersedia melepasnya. Indonesia memiliki 30 unit pesawat kursi tunggal dan dua unit kursi ganda, pada tahun 1999 Indonesia menerima kembali dua pesawat berkode TA-4J yang merupakan varian kursi ganda.




Varian kursi tandem A-4 TNI AU.

Foto: indoflyer


Di Indonesia, pesawat ini dikenal dengan sebutan "Si Bongkok" karena adanya "punuk" di bagian punggungnya, punuk ini sebenarnya berisi peralatan avionik khusus yang dibuat Israel. Namun saat dijual ke Indonesia peralatan itu sudah dilepas.

Selama pengabdian di Indonesia, berbagai operasi militer pernah dilakukan. Operasi itu antara lain adalah Operasi Sriti Samber dan Operasi Seroja (1980–1999) di Timor Timur, Operasi Oscar (1991–1992) di Sulawesi dan Operasi Rencong Terbang (1991–1995) di Aceh.

Spoiler for Aksi A-4 Skyhawk:




Sekian dulu cerita kali ini. TS ucapkan terimakasih buat agan dan sista yang sudah menyempatkan membaca tulisan panjang ini. Jangan lupa rate 5, cendol dan share ke media sosial kalian. Sampai jumpa lagi, enjoy Kaskus emoticon-Angkat Beer



Referensi: 1.2.3.4
Tambahan referensi: Majalah Angkasa, "Sejarah A4" oleh Marsekal Muda TNI (alm) F. Djoko Poerwoko.
Ilustrasi: google image, wikipedia.org, jetphotos.com., indomiliter.com
Feraldi.NovalAvatar border
bigbullshitAvatar border
JohnsonohjohnsoAvatar border
Johnsonohjohnso dan 53 lainnya memberi reputasi
54
12.3K
120
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan