Berkomitmen untuk menghabiskan hidup bersama pasangan emang bukan keputusan yang mudah dibuat. Pada saat pacaran mayoritas dunia terasa indah karena memang tidak bisa dipungkiri fase tersebut adalah fase dimana belum ada rutinitas yang mebosankan, mengenali pasangan pun mungkin belum terlalu dalam, belum ada masalah besar dalam relationship, ada euforia punya pacar baru, ya pokoknya semua terasa indah karena dimabuk vodka, eh cinta maksud TS.


GIF
Jadi memang sebaiknya dipersiapkan suatu konsep saling menerima kekurangan masing-masing dan saling melengkapi. Kalo ada yang kurang trus gak saling melengkapi bisa-bisa nanti ada orang lain yang melengkapinya :-p

Ya wajar sih dalam pernikahan senantiasa dibumbui dengan drama-drama yang menjadi bumbu penyedap pernikahan, terkadang pula kita sulit mengidentifikasi apakah ini adalah 'business as usual' dalam pernikahan ataukah kita terjebak dalam 'everlasting unhappy married'. Well, ternyata banyak testiomi dari para pasangan entak itu seorang istri atau seorang suami yang merasa pernikahannya monoton stagnan bahkan berasa seperti 'neraka dunia' tapi merasa berat untuk mengakhiri pernikahan dengan berbagai alasan atau pertimbangan2 yang masuk akal.



Bicara ke-toxic-an dalam marriage bisa berbeda-beda setiap pasangan ada yang merasa itu dalam batas kewajaran bumbu pernikahan, ada yang merasa well, ini udah way out of limit but still giving a second chance, a third chance an so on karena mungkin akan terlalu rumit juga kehidupan jika berpisah pada tahap ini. Ada perasaan masih membutuhkan keberadaannya, atau udah dekat dengan keluarga besar akan malu jika harus berpisah, atau ya well, maybe he/she is just having a bad day, walau kejadiannya berulang bagaikan siklus perputaran planet-planet di galaxy.



TS pernah mendengar perceraian itu banyak terjadi pada fase pernikahan dibawah 5 tahun.  Semakin lama kebersamaan pasangan semakin kecil presentase perceraian. Ada asumsi bahwa apapun kerikil yang ada dalam pernikahan toh kita sudah cukup jauh melangkah ke fase ini, mungkin anak sudah mulai tumbuh semakin besar, ada yang beranggapan perpisahan akan membuat gambaran keluarga yg tidak lengkap akan memberikan suatu beban besar kepada anak-anak, dibandingkan salah satu pasangan yang menanggungnya.



Ya TS rasa hampir semua pasangan pasti mengalami yang namanya romantika kehidupan pernikahan, karena bagaimanapun juga pada dasarnya setiap orang adalah unik, dan tidak semua elemen ke-unikan itu perfectly match dengan pasangannya sehingga variabel "pengorbanan" memang harus dipersiapkan. So, manis-pahit-asam marriage life memang akan terjadi, seberapa manis, seberapa pahit dan seberapa asam hanya masing-masing pasangan yang merasakan dan tidak bisa disamakan dengan pasangan lain. Karena persepsi seseoang terhadap sesuatu tidaklah sama.


Pada akhirnya memang kita harus saling menerima kekurangan pasangan masing-masing pada derajat yang bisa kita tolerir. Kalo derajatnya gak bisa di tolerir gimana donk?,  Well silahkan membuat suatu 'New Equilibrium' untuk membuat hidup lebih berarti dan menjadi lebih 'bahagia', gimana carana terserah masing-masing, mungkin memulai hobby baru, kembali aktif dengan hobby lama, atau apapun yang dirasa bisa memberikan keseimbangan tersebut menurut penafsiran masing-masing.



I guess for me life is beautiful, sayang kalo banayak dihabiskan  buat bersedih setiap waktu...jadi jangan lupa bahagia atau ciptakan kebahagiaan2 kecil okay.


Demikian trit TS yang gaje ini, jika ada yang ingin share tentang romantika gansis monggo, mau cerita kerikil2 tajam pernikahan monggo, atau sekedar corat-coret silahkan saja TS akan terima dengan senang hati.