syifa2010Avatar border
TS
syifa2010
Loh, Kok Bisa Sedemikian Bodohnya Ya?


Aku mengingatnya. Dimana kala itu mendung masih sengaja menampakkan dirinya, sementara mentari tak jua datang meski sekejap untuk sedikit menghangatkan. Ini bukan perihal pandangan pertama dimana kebanyakan orang menggunakan kalimat tersebut untuk memikat hati yang dicintai. Berawal dari tak sengaja mendengar bisikan angin saat kemarau tiba bukan pada waktunya, pada saat itu pula alam mempertanyakan keberadaannya.
Cerita seorang cinta anak remaja yang mana ia pun tak mengenal makna sejatinya cinta. Mengawali tanpa menghitung langkah juga tanpa mengetahui akan terjadi apa setelahnya, berfikir tanpa mengolah pengetahuannya. Iya, jadi wajar saja begitu. Bagaimana tidak, sebab ia pun tanpa pegangan pengalaman melakukannya. Tapi tidak pantas juga jika mengatakan ia bodoh. Seharusnya disitu perlu adanya bimbingan, pedoman, atau pun masukan apa makna sejatinya cinta.



Rasa penasaran semakin kuat sehingga telah membawanya pada suatu ruang dimana ia pun tidak jua mengerti dengan apa harus di isi. Mencintai sepihak bukanlah perkara mudah. Berjuang tanpa memikirkan apapun yang penting bisa membuat ia tersenyum karenanya. Lagi-lagi ini bukan soal kebodohan, akn tetapi begitulah rasa kecintaan bekerja.
Kemudian, tibalah pada suatu masa dimana pertemuan yang diharapkan telah tiba. Keringat bahagia bercampur aduk dengan kalimat tanya. Benarkah ini nyata? "Pikirnya"
Apakah saya tidak sedang bermimpi? Lagi-lagi merasa kejadian tersebut hanyalah khayal belaka.
Beberapa bulan berselang, hubungan tanpa status dilalui tanpa menimbang esok, lusa atau kebodohan jika tanpa dirinya.
Rindu, kehadiran tanpa sedikit pun terlintas dalam khayalnya. Ia terlalu merasa atau percaya, bahwa perasaan dia bakalan sama dengan apa yang ia bawa.

Di cerita inilah kebodohan awal bermula.
Merasa nyaman, sementara ia belum sepenuhnya tau apa dia pun seperti itu jua.
Kemudian membiarkan rindu itu berlalu, mencari kesibukan dengan teman sebayanya, atau bahkan bercerita tentang dia dengan teman sebayanya.

Setahun berlalu, memasuki dua tahun dimana kebodohan tersebut masih terbungkus rapi bersama harapan konyol yang ia sudah mengerti. Hingga tiba pada suatu masa dimana dia pun tidak kembali memberi kabar. Bahkan orang terdekat dia pun tak sama sekali mengetahui keberadaannya. Ia tidak cukup punya keberanian lebih untuk mempertanyakan. Bagaimana, dimana, atau ada apa sebenarnya. Ia hanya bisa berbicara sendiri, termenung bersama sepi, mempertanyakan tentang kebodohan apa lagi ini. "Pikirnya kembali"
Bingung, serta Penilaian- penilaian negatif mulai menghantui dirinya. Semoga saja ia bisa membuka mata, bahwa itulah sebenar-benarnya kebodohan yang selama ini ia pupuk bersama hari yang tidak sempat terhitung oleh waktu.
Semoga, semoga saja ia tidak sempat mengira bahwa ia setara dengan dirinya. Aku berharap ia menilai orang yang dicintai terlalu berharga atau lebih jauh lagi, bahwa dia terlalu sempurna untuk dimiliki.

Diubah oleh syifa2010 10-09-2020 14:51
salinghantamAvatar border
samkaskusAvatar border
baimovic904Avatar border
baimovic904 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
1.9K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan