industry.co.idAvatar border
TS
industry.co.id
Waspada! Dokter Reisa: Seseorang yang Terinfeksi COVID-19 Beresiko Terkena DBD


INDUSTRY.CO.ID - Jakarta, Di tengah masa pandemi, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia meningkat mencapai lebih dari 700 ribu kasus.

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan Kasus DBD telah tersebar di 465 wilayah administrasi di tingkat kabupaten dan kota di seluruh Indonesia dan mengakibatkan jumlah kematian hampir 500 jiwa.

“Di tengah pandemi COVID-19, Kita harus tetap bergerak, memantau nyamuk baik secara mandiri, bersama-sama, maupun bersama Pemerintah," ujar Reisa di Jakarta Jumat sore (3/7).

Untuk itu Ia meminta warga untuk menjaga kebersihan lingkungan secara rutin satu bulan sekali.

“Mari perhatikan saluran air, tempat nyamuk bertelur, dan tempat-tempat dengan reservoir air,” ucapnya.

Menurut Reisa, nyamuk aedes aegypti lebih senang bersarang di air genangan yang bersih. Untuk itu Ia mengajak masyarakat menerapkan melakukan 3M, yakni menguras penampungan air bersih atau mengeringkan genangan air, menutup kolam atau wadah penampungan air dan mengubur barang bekas atau mendaur ulang limbah bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk.

“Itu adalah langkah-langkah utama pencegahan DBD,” tegas Reisa.

Langkah lain yang praktis yaitu jangan menggantung pakaian bekas pakai yang berpotensi menjadi tempat bersembunyi nyamuk DBD di dalam rumah.

“Nah, kebiasaan baru yang mengharuskan kita untuk membersihkan diri setelah sampai di rumah, sekaligus memastikan pakaian yang kita pakai setelah aktivitas langsung dicuci. Sejalan dengan pesan pemerintah untuk memberantas COVID-19, sekaligus dapat mencegah DBD,” ujarnya.

Sementara itu, ia juga menyampaikan ciri-ciri gejala DBD. Menurutnya, gejala DBD tidak langsung muncul. Seseorang baru merasakan gejala pada 4 hingga 10 hari setelah digigit nyamuk bervirus dengue. Gejala paling umum yaitu demam tinggi hingga 40 derajat celcius.

Gejala lain berupa sakit kepala, nyeri tulang, nyeri otot, mual, muncul bintik merah di kulit hingga pendarahan pada hidung dan gusi.

“Gelaja lain bintik-bintik merah yang muncul di permukaan kulit merupakan tanda terjadinya pendarahan pada kulit akibat penurunan trombosit. DBD bisa berkembang menjadi kondisi berat dan merupakan kegawatan, yang disebut dengan dengue shock, atau DSS, dengue shock syndrome,” ujar dr. Reisa.

Ia menambahkan, gejalanya berupa muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi dingin atau hipotermia, dan melambatnya denyut jantung.

"DBD menyebabkan kematian ketika penderitanya mengalami syok karena perdarahan," ungkapnya.

Reisa juga menyebut, sampai saat ini belum ada obat spesifik untuk melawan DBD. Pemberian obat hanya ditujukan untuk mengurangi gejalanya.

Dokter Reisa juga mengingatkan bahwa puncak kasus DBD biasa terjadi menjelang pertengahan tahun seperti sekarang ini.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menyatakan bahwa wilayah dengan banyak kasus DBD merupakan wilayah dengan kasus COVID-19 yang tinggi seperti Jawa Barat, Lampung, NTT, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.

“Fenomena ini memungkinkan seseorang yang terinfeksi COVID-19, juga beresiko terinfeksi DBD. Pada prinsipnya sama, pada prinsipnya, upaya untuk mencegahnya adalah menghindari infeksi, dan untuk DBD, gigitan nyamuk,” pungkasnya.

https://m.industry.co.id/read/69707/...ko-terkena-dbd

[img]www.industry.co.id[/img]
nomoreliesAvatar border
entopAvatar border
entop dan nomorelies memberi reputasi
2
696
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan