indpolitikAvatar border
TS
indpolitik
MENDADAK PANCASILA! #RUUHIP
Di tengah pandemi dan carut marutnya politik dan penegakan hukum Indonesia, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) menggodok rancangan undang-undang kontroversi (RUU HIP) yang kemudian mendapat respon beragam dari publik. Ada yang setuju, dan tidak sedikit yang menentang.

Sebagian berpandangan, munculnya pro dan kontra disebabkan karena bangsa ini terbelah sejak awal karena perbedaan pandangan politik. Sebagian lain menilai, ini biasa terjadi ketika yang dibahas dianggap sensitif bagi publik.

Menurut PDIP selaku otak dibalik RUU HIP, mengatakan “… RUU ini bertujuan membentengi Pancasila dari gempuran ideologi luar, dst”. Sementara yang kontra mengatakan, “RUU ini berpotensi jadi alat kekuasaan; memonopoli Pancasila, menghantam yang beda pandangan, bukti kebangkitan PKI, dsb..”.

Terlepas dari itu semua, bukan lagi rahasia, Pancasila sejak dulu memang alat kekuasaan. Selalu dimanfaatkan rezim berkuasa untuk mempertahankan kekuasaan; membungkam lawan politik, memberangus yang beda pandangan. Itu yang dilakukan orde lama, orde baru, dan kini di tangan rezim reformasi. Dulu kita mengenal istilah “Nasakom”. Di zaman orba ada “asas tunggal”. Dan di era sekarang diberi nama Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila “RUU HIP”. Beda nama tapi intinya tetap sama, alat legitimasi kekuasaan!


Pancasila seolah kartu terakhir yang dimainkan ketika rezim dianggap gagal; gagal menyatukan bangsa, gagal mensejahterakan rakyat, gagal membungkam lawan-lawan politik!


Disisi lain, ada yang tidak kalah penting, yakni; pertarungan ideologi. Bukan Pancasila versus ideologi tertentu, tetapi pertarungan tiga ideologi (kapitalisme, sosialisme-komunis, dan Islam). Pertarungan tiga ideologi ini telah mewarnai percaturan politik Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai sekarang dan akan terus berlangsung hingga ada pemenang dan hanya satu ideologi saja yang diterapkan di Indonesia. Bisa Kapitalisme? Bisa Komunisme? Atau, Islam? Selama belum ada pemenang tunggal maka, selama itu pula Pancasila akan terus jadi alat rezim berkuasa.


Kembali ke topik. Bila akhir-akhir ini para politisi di atas sana cukup fasih ngomong Pancasila, saya pikir, “cukup dimaklumi saja, memang dari dulu begitu”. Di zaman orla, mereka fasih bicara Pancasila ketika sebagian pendiri bangsa dianggap tidak mau berkompromi. Di zaman orba, mereka bicara Pancasila ketika ormas Islam tidak mau tunduk pada kekuasaan. Dan sekarang mereka mendadak Pancasila, karena dua hal : 1) Negara gagal menyelesaikan persoalan bangsa, 2) Untuk menghadang kebangkitan Islam politik.


Bila dua hal di atas tidak terjadi tentu mereka tidak akan repot ngomong Pancasila, karena faktanya (74 tahun Indonesia merdeka) Pancasila tidak pernah diterapkan secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik itu orla, orba ataupun reformasi. Tetapi karena ini dianggap mendesak dan berpotensi mengancam maka lagu lama kembali diputar. Ujung-ujungnya sudah pasti; eksistensi kekuasaan, memberangus lawan politik!. Iyal Seprianto


#RUUHIP #MendadakPancasila


Link: https://iyalseprianto.blogspot.com/2...uuhip.html?m=1
Diubah oleh indpolitik 30-06-2020 05:01
soljin7Avatar border
kampret.javaAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 4 lainnya memberi reputasi
3
1.5K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan