Jadi, kasus korona di negeri kita sudah mau memulai babak baru nih gan sist. Saat ini, pemerintah sudah berencana buat nerapin yang namanya new normal, dimana kita akan menjalani kehidupan normal seperti biasa kayak bekerja di kantor, belajar di sekolah, jualan di pasar, tapi dengan berbagai protokol kesehatan covid yang harus seharus-harusnya di perhatikan. So singkatnya, kita akan mulai beraktifitas sehari-hari dengan menggunakan masker, sering-sering cuci tangan, hingga memperhatikan jarak interaksi kita dengan orang lain. Ya, that's our new normal.
Nah, sejauh info yang ane dapet nih, baru 25 daerah di Indonesia yang sudah siap buat memulai new normal. Berdasarkan data dari biro pers sekretariat presiden, yang ane dapet di sini, kedua puluh lima daerah itu adalah... jeng..jeng..jeng:

Bicara soal new normal sendiri, menurut ane pribadi sih ada untung ruginya. Jadi gini, kita ibaratkan segelas kopi panas yang bisa bikin ketenangan di otak kita yang penat dan pusing dengan segala pikiran-pikiran yang setia berlalu lalang tiep hari yang buat kita jenuh. Keputusan new normal ini menurut ane akan menjadi solusi terbaik dimana saat ini masyarakat sudah banyak yang kehilangan pekerjaan, kehilangan usaha, dan hidup susah because of this pandemy. Jadi ya, pemerintah udah buat keputusan yang terbaik, karena jangan sampe nih, masyarakat selamat dari covid, tapi malah celaka karena ke-la-pa-ran, ane salut banget ama pemerintah dan segenap tim medis yang sudah berjuang sekeras-kerasnya di garda terdepan buat ngejaga masyarakat dari ni virus. Soalnya juga nih, ane sendiri ama sahabat-sahabat ane punya keluarga yang ikut dalam jajaran The Medical Fighters tersebut. So, tengkyu so mach buat mereka.

Tapi nih, yang menjadi permasalahan utama yang bener-bener perlu di perhatiin jika di daerah kita udah diterapkan new normal, yaitu kesadaran masyarakat untuk mengikuti segenap protokol kesehatan new normal yang udah di sosialisasikan oleh pemerintah. Ane ga mau bicara rugi ini rugi itu nih, soalnya prosesnya belum dimulai dan akibatnya belum pasti, lagipula ane bukan peramal kaya Mak Lampir. Eh... Mak Lampir peramal atau penyihir sih?

Kita bisa belajar nih dari sejarah wabah flu Spanyol tahun 1918. Saat itu, virus ini menjangkit lebih dari 500.000.000 orang di seluruh dunia gan sist. Korban jiwa dari wabah flu ini pun bikin jantungan, karena sekitar 20 juta sampe 50 juta korban meninggal dunia, termasuk di Indonesia sendiri (Hindia Belanda kala itu), dan jumlah ini lebih banyak dari jumlah warga sipil digabung dengan jumlah prajurit yang mati dalam Perang Dunia I.

Menurut sumber yang ane baca, wabah ini terjadi dalam tiga gelombang gan sist, dan yang paling mematikan adalah gelombang kedua dimana terjadi pada musim gugur tahun 1918 yang dipercaya diakibatkan oleh virus yang bermutasi yang disebarkan oleh gerakan pasukan perang kala itu. Sebelumnya, kasus ini sempat dilaporkan turun selama musim panas 1918 dan karantina wilayah serta social distancing sudah resmi di akhiri. Namun tiba-tiba muncul kembali dan membunuh seorang pria muda yang masih sangat sehat dalam kurun waktu 24 jam setelah menunjukkaan tanda infeksi pertama, dan duaarrrrr....!!!!! meledaklah gelombang kedua dari wabah ini setelah kapal-kapal militer dari inggris membawa pasukan yang tanpa terdeteksi telah tejangkit virus. Penyebaran yang makin cepat saat itu didukung kurangnya karantina wilayah yang diterapkan oleh pemerintah diberbagai negara, serta kurangnya alat penelitian yang memadai di ilmu kedokteran. 

Untuk itu gan sist, kesadaran masyarakat begitu perlu diperhatikan dalam menjalani new normal ini. Kerena ingat, vaksin virus ini masih belum ditemukan, jangan sampai kopi panas yang kita minum menjadi kopi yang sangat pahit ya gan sist, jangan sampai kita dan anggota keluarga kita tercinta menjadi korban. So stay safe all..!!!