herrypengarangAvatar border
TS
herrypengarang
Jika Belum Bisa Penuhi Janji pada Anak, Ini yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua


Mendidik anak itu adalah sebuah seni memberikan kasih sayang kepada buah hati. Sebagai bentuk seni maka mendidik anak perlu kreativitas sehingga cara-caranya tidak membosankan. Apakah pernah terbayangkan bahwa salah satu cara bernilai seni itu adalah dengan pemberian janji? Yups, kadang kala saya melontarkan janji kepada anak-anak, sebagai satu seni untuk membuat mereka bergairah dalam meraih impian atau cita-citanya.

Janji harus ditepati! Itu merupakan prinsip yang kita semua pasti sepakat. Demikian pun jika berjanji kepada anak, usahakan untuk mewujudkannya. Apalagi jika janji tersebut merupakan pemotivasi anak untuk belajar lebih giat, misalnya, atau untuk memberi semangat dan energi lebih untuk buah hati dalam berkompetisi.

“Mama janji deh, nanti kalau kamu juara kelas, akan mama beliin smartphone terbaru!” Wow, itu adalah contoh janji yang tentu menggiurkan bagi anak. Jika orangtua memang sanggup untuk membelikannya dan bisa mengawasi anak dengan bijak dalam bertelepon genggam, tak ada salahnya.

Namun, bagaimana jika janji pada suatu ketika belum bisa ditepati dan anak tentu akan merasakan kekecewaan dan kesedihan? Ini yang sebaiknya dilakukan!

1. Jelaskan alasannya dengan bijak



Janji yang belum bisa ditepati merupakan problem berat untuk sebagian orang. Demikian pun dengan orangtua. Terlanjur berjanji kepada anak dan ternyata belum bisa memenuhinya tepat waktu merupakan masalah yang harus diselesaikan. Jika tidak, anak tentu kecewa tanpa penjelasan yang baik.

Saat menulis artikel sederhana ini, saya sebenarnya utang janji kepada anak. Kira-kira setahun lalu saya berjanji kepada anak saya yang duduk di kelas XII (kelas 3 SMA). Jika bisa lulus tes masuk perguruan tinggi negeri (PTN), saya akan membelikan smartphone baru, untuk mengganti ponselnya yang sudah rusak.

Ternyata anak saya bisa masuk PTN, bahkan tanpa tes. Persoalannya, saya tidak akan bisa memenuhi janji saya tepat waktu, karena royalti buku yang akan saya terima, tidak sebesar royalti sebelum masa corona. Saya lalu menjelaskan kepada anak saya alasan saya belum bisa memenuhi janji. Beruntunglah, anak saya mengerti dan tidak kecewa.

Ingkar janji untuk sementara waktu dan menjelaskan alasan kepada anak inilah yang sebenarnya mengilhami saya menyajikan tulisan ini. Untuk orangtua yang kebetulan mengalami hal yang sama dengan saya, apalagi jika anaknya masih kecil, berilah alasan dengan bijak, tak perlu emosi apalagi disertai kemarahan jika anak kecewa. Di sini pula seninya menjadi orangtua, harus bisa menghadapi situasi tak terduga dengan kreatif, cerdas, dan bijak.

2. Tetap berharap ada rezeki di kemudian hari



Tidak hanya memberikan alasan dengan tepat kepada anak. Jika belum bisa menepati janji, terutama karena masalah ekonomi atau keuangan yang belum cukup, maka tetaplah optimistis akan ada rezeki di kemudian hari. Tetap berharap, tak boleh putus semangat, dan meminta anak juga berdoa agar seluruh keluarga diberi karunia rezeki. Entah dari mana datangnya rezeki, siapa yang tahu?

Berdoa dan berharap, serta tak putus asa terus berusaha, merupakan cara terbaik untuk merespons janji yang belum bisa ditepati. Bahkan, menjadi doa dan harapan yang lebih indah ketika hal itu dilakukan bersama-sama dengan anak. Menyatunya harapan dan doa orangtua serta anak akan memberikan kesejukan dan kedamaian, meski situasi dan kondisi masih terasa berat.

3. Tak perlu berbohong



Orang dewasa yang terpaksa ingkar janji lebih mudah memberikan alasan kebohongan agar tindakannya dimaklumi. “Maaf nih, saya tidak bisa datang ke acara ultahmu. Hujan deras di sini, takutnya jalanan juga macet.” Padahal, alasan sebenarnya adalah “lagi bokek” dan nggak bisa beli kado spesial. Orang dewasa terpaksa berbohong dengan beragam alasan, terutama agar tidak mendapatkan malu karena tidak punya uang.

Kepada anak, sebisa mungkin sampaikan alasan yang jujur. Tak perlu berbohong agar buah hati juga belajar kejujuran sejak kecil. Memang berat sih, tapi kalau bisa dilakukan kenapa nggak? Cobalah pintar-pintar mencari alasan jika janji belum bisa ditepati agar anak mengerti situasi dan kondisinya. Ingat kembali kalimat di awal tulisan ini, bahwa mendidik anak merupakan sebuah seni. Maka, sampaikan saja penyebab ingkar janji kepada anak, tanpa kebohongan, tapi juga tidak merepotkan dan bikin malu kita sebagai orangtua. Nah, perlu kreativitas, bukan?


Foto: pixabay.com



nona212Avatar border
bangbud30Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
921
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan