elwitaummufarisAvatar border
TS
elwitaummufaris
Menjawab Celoteh Julie Chaniago


Menjawab Celoteh Julie Chaniago

Kepada, Ibu Julie Chaniago di sana

Bismillaah,

Menyaksikan video seorang keturunan Minang dari pihak ayah tepatnya tanah kelahiran saya Pariaman–Julie Chaniago–yang berceloteh dengan 'indahnya'. (Beliau tak mau dikatakan menghina, tapi menyuruh kita umat Muslim untuk berpikir sebagaimana isi celotehannya).

Terima kasih atas ajakanmu, Ibu Julie. Mungkin Ibu sendiri sebetulnya memiliki keraguan di sana, makanya berpindah haluan. Ibu tak sampai pikirannya ke sana, ya? Kasihan sekali.

Ada dua celoteh yang saya tonton. Tak tahu pula video lengkapnya bagaimana. Yang pertama Ibu mengatakan mengapa shaf wanita tidak berada di depan. Karena kalau berada di depan, bisa hamil semua wanitanya. Karena nunggingnya itu memancing "sesuatu".

Oke, karena saya punya otak maka saya berpikir. Kepala itu bagaikan teko, ya, Bu. Apa isinya, maka itulah yang ia tuang. Maaf, ya, Bu.

Bagi Muslim itu–kalau Ibu masih Muslim banyak-banyaklah belajar, ya–sebaik-baik shaf laki-laki adalah di depan dan sebaik-baik shaf wanita adalah di belakang. Dan alangkah lebih baik lagi wanita sholat di rumah.

Kenapa? Karena yang akan menjadi imam sholat itu adalah laki-laki. Kenapa laki-laki? Fitrah lahirnya adalah sebagai pemimpin kaun wanita. Kenapa begitu? Apakah wanita ini kaum lemah? Makanya, kalau Ibu masih Muslim, banyaklah belajar dan berpikir, jangan orang yang disuruh berpikir.

Nah, jika imamnya batal, yang akan menggantikannya adalah makmum terdekat posisinya. Jika di belakang makmumnya adalah wanita, apakah harus digantikan wanita? Kan tak boleh wanita mengimami laki-laki.

Yang paling utama itu ajaran kami tentang shaf sholat ini adalah, lima kali dalam sehari–jika setiap sholat berjamaah–mengajarkan kami tentang pergaulan dengan non mahram. Jika terjadi persinggungan kulit, maka wudhu kami batal, sholatpun batal. Di sini kami diajarkan bagaimana kami menjaga interaksi dengan non mahram. Hukum ini tidak sembarangan. Dari mudahnya bersentuhan, lahirlah interaksi lebih lainnya. Maka dalam sholat berjamaah kami diajarkan batasan-batasan itu, Bu.

Bisa, wanita di depan itu bisa. Jika imamnya juga wanita. Bahkan imamnya berada di tengah-tengah shaf malah. Karena mereka tak mengapa saling bersinggungan, tak akan batal, mereka bisa mengerjakan ibadah sholat dengan tenang.

Nah, bagaimana dengan shalat jamaah suami dan istri? Di sini kami kembali diajarkan dalam setiap ibadah kami, bahwa kedudukan laki-laki adalah tetap imam dalam hal apapun. Maka posisinya tetap di depan si istri.

"Eh, ada kok di samping suami."

"Lihat dimana?"

"Di sinetron."

"Huff ...! Cape, deh!"

Sebagaimana dalam sholat yang diucapkan adalah do'a-do'a dan kalimat kebaikan, kemudian makmum (si istri) menyimak dan mendengarkan, begitu pulalah hendaknya diaplikasikan dalam keseharian. Suami hendaklah berkata-kata kebaikan pada istri. Istri menyimak dan mendengar lalu turuti sebagaimana menuruti gerakan sholat suami. Kata-kata yang baik, hanya menghasilkan perilaku yang baik. Maka hubungan rumah tangga-pun akan ikut baik, bi idznillaah.

Makanya tak salah bahwa, jika ingin melihat akhlak seseorang, maka lihatlah sholatnya.

Apakah Ibu Julie sudah paham? Mungkin Ibu tidak sampai pemikirannya sampai ke sana, makanya kami yang Ibu suruh untuk berpikir. Bisa jadi juga Ibu mengambil keputusan untuk keluar dari agama Ibu dulu karena juga tidak berpikir terlebih dahulu. Maaf, ya, Bu.

Kemudian celoteh Ibu yang kedua tentang mencium sajadah. Kenapa gambar sajadanya kakbah? Coba bayangkan jika gambarnya wanita seksi atau telanjang. Kan begitu yang Ibu suruh pikirkan, kan?

Begini, Ibu. Kami tidak mencium sajadah, Ibu. Mungkin dulu Ibu ngajinya atau belajar agama di sekolah sering bolos atau main-main. Makanya tidak tahu. Kami itu sujud, bukan mencium kakbah.

Lima kali dalam sehari kami diperintahkan untuk bersujud, selain karena penghambaan kami, agar kami senantiasa ingat pada Zat yang telah menciptakan kami dan Ibu, agar kami tidak sombong dan angkuh berjalan di bumi yang telah IA sediakan ini, makanya kami bersujud, Bu. Biar tau diri, kami ini dari siapa dan untuk apa dititip di dunia ini.

Masalah dimana kami bersujud, pastinya di tempat yang suci. Kami diajarkan kebersihan, kami diajarkan menjaga kesucian diri dan hati, kami diajarkan untuk menahan diri dan konsinsten dalam beribadah.

Masalah gambar kakbah, itu bukan keharusan, Ibu. Sholat itu mencari kekhusyukan. Mengahayati semua gerak dan bacaan dalamnya. Dalamnya terselip doa dan pengharapan, di dalamnya terselip kalimat-kalimat positif yang bermanfaat bagi tubuh kami. Agar gerak tubuh dan otak kami sehari-hari juga senantiasa berlaku positif.

Jika gambar-gambar yang ada mengusik kekhusyukan, maka jangan pakai yang bergambar. Saya malah lebih suka sajadah tanpa ada gambar apa-apa. Tergantung masing-masing juga. Bagi yang sudah terbiasa dan tidak mengganggu kekhusyukannya, ya silahkan. Begitu, Ibu.

Sujud juga bukan sembarangan sujud, Bu. Dalam sujud kami diberi kesempatan untuk berolahraga baik itu tubuh maupun organ-organ dalam tubuh. Posisi tubuh dalam bersujud mampu menghantarkan oksigen lebih banyak ke otak, agar otak senantiasa sehat dan tidak korslet, Ibu. Aliran darahnya akan lebih bagus dalam kondisi bersujud di saat-saat tertentu dalam sehari-hari.

Seharian kita bekerja hingga siang, dzuhur mengingatkan kita bahwa otak butuh oksigen dan aliran darah yang lancar. Lanjut bekerja, ashar kembali mengingatkan kebutuhan tubuh kita, begitu seterusnya, Ibu. Makanya, bi idznillaah, orang-orang yang tertib melakukan gerakan shalatnya sangat jarang dihinggapi penyakit terutama "kerusakan" otak (pake tanda kitip, ya). Otaknya akan senantiasa mau diajak berpikir, bukan meminta orang lain untuk berpikir. Begitu, Ibu.

Nah, bagaimana dengan wanita haid dan nifas? Mereka tak boleh sholat bukan hanya karena sedang berdarah saja tapi juga karena gerakan rukuk dan sujudnya akan membahayakan mereka, Bu. Aliran darah akan sangat lancar menuju perut, terutama rahim. Itu berbahaya bagi mereka. Akan memudahkan terjadinya pendarahan, Bu.

Ibu pernah hamil? Atau Ibu pernah lihat saran dokter bagi wanita hamil untuk sering-sering melalukan gerakan seperti sujud jika ada sesuatu kendala pada posisi janin? Nah, itu juga salah satu manfaat sujud bagi wanita hamil. Selain mereka mengajarkan ketundukan pada Rabb-nya sejak dari masa kehamilan, ia juga telah memberi asupan oksigen yang cukup untuk janinnya. Melancarkan aliran darah menuju tempat bersayam janinya. Jadi begitu, ya Buk. Bukan hanya sekedar mencium sajadah seperti yang ibu katakan.

Apakah masih ada yang bisa kami bantu untuk dipikirkan, Bu?

O, ya. Kalo Ibu memang sulit untuk berpikir, jangan diperjelas, ya Bu. Malu. Sampai minta kami untuk berpikir. Kalau Ibu masih galau tinggalkan Islam, ya jangan diperjelas juga dengan kegalauan Ibu. Ibu tak mampu mencari indahnya Islam, maka Ibu mencari buruknya sesuai pikiran Ibu. Itu menandakan ketidakmampuan Ibu, loh. Jangan diperjelas, malu, Bu.

Begitu, ya Ibu. Jangan marah. Jangan tersinggung. Kan Ibu suruh kami berpikir. Inilah hasil pemikiran kami, Bu.

Ummu Faris,
Padang Panjang, 19 Mei 2020

*Potho comot dari google🙏
Diubah oleh elwitaummufaris 19-05-2020 10:14
0
165
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan