herrypengarangAvatar border
TS
herrypengarang
Menulis Buku dan Artikel, Mana yang Paling Sulit?


Hobi menulis itu banyak bentuknya. Itu juga karena bentuk tulisan pun beragam. Ada tulisan fiksi, seperti cerpen, puisi, atau drama. Ada juga tulisan nonfiksi, yang tertuang dalam beragam tema, seperti opini, gaya hidup, parenting, inspirasi, motivasi, pengembangan diri, kuliner, otomotif, dan masih banyak lagi. 


Dari fiksi dan nonfiksi tersebut, kita bisa memilah lagi bentuk tulisannya, akan dijadikan buku atau sekadar tulisan lepas-lepas, seperti artikel. Nah, di sinilah bertemunya dua jenis tulisan yang ingin saya jabarkan kembali, yaitu buku dan artikel.

Akhirnya, saya pun bertanya, terutama pada diri saya sendiri, sebenarnya, mana yang paling sulit, menulis buku atau artikel. Kedua bentuk karya tulis tersebut sudah saya geluti bertahun-tahun, dan sekarang saya coba menjabarkannya, untuk merenung-renung sendiri, mana sih yang paling sulit untukku?

Artikel



Sejak kecil saya hobi menulis. Awal mula saya menulis, sebenarnya dari bangku sekolah dasar (SD). Diawali dengan menulis puisi dikirimkan ke majalah anak-anak waktu itu di Jogja. Lumayan loh, dapat honor kala itu. Beranjak SMP saya menulis cerpen hingga SMA. Setelah masuk ke dunia kerja, sebagai orang kantoran waktu itu, barulah saya menulis artikel, tentang karier, inspirasi, motivasi, juga sesekali menulis artikel bertema pasangan hidup, keluarga, dan kemudian parenting.

Banyaknya artikel tentang karier waktu itu menjadi awal-mula saya berkenalan dengan dunia buku. Artikel-artikel tersebut saya susun menjadi naskah dan lolos review dari penerbit, lahirlah buku demi buku tentang karier atau inspirasi.

Waktu itu terasa mudah saya menulis artikel karena sumber idenya dari pengalaman. Dunia kerja kantoran kala itu adalah sumber inspirasi tanpa batas. Kita bisa menulis beragam hal mulai dari tingkah laku karyawan, di antaranya tingkah laku saya sendiri, hingga gaya kepemimpinan atasan, dan lain-lain. Semua bisa dituliskan dan hasilnya dapat dikirimkan ke berbagai media, sesuai dengan keinginan kita.

Jadi, menulis artikel sangat mudah bagi saya jika sumber idenya adalah pengalaman. Apa yang saya alami, saya tuliskan! Itulah prinsip mudahnya. Jika sudah melebar ke tema lain, yang tidak berkaitan dengan pengalaman pribadi, di situlah saya mulai mengalami kesulitan.

Artikel-artikel yang sulit saya taklukkan adalah yang membutuhkan banyak sumber, banyak teori, karena saya harus mempelajari beragam sumber dan teori tersebut sebelum menulis artikel. Di sini poin pentingnya adalah pemahaman penulis. Jika kita tidak memahami apa yang ingin kita tulis maka berantakanlah artikelnya; tidak berkualitas. Di situlah letak kesulitannya. Saya harus menaklukkannya dengan rajin mempelajari teori, untuk mendapatkan pemahaman yang utuh, agar tulisan saya tidak bias, tidak membingungkan pembaca.

Jadi, untuk saya pribadi, menulis artikel berdasarkan pengalaman hidup jauh lebih mudah dibandingkan dengan menulis artikel yang harus diperkuat dengan banyak bahan yang berada di luar diri saya.

Buku



Hampir sama dengan artikel, naskah buku yang bersumber dari pengalaman hidup, mudah saya tuliskan. Berbeda halnya dengan naskah buku yang harus diberi landasan teori, misalnya buku pelajaran untuk anak-anak sekolah, lebih sulit dituliskan. Kita harus menguasai teorinya, kurikulumnya, atau peraturan-peraturan lainnya, agar bisa menuliskan naskah buku dengan baik dan benar. Jika kita melakukan kesalahan dan apa yang kita tuliskan dibaca banyak orang, maka kita menyebarkan informasi yang menyesatkan.

Sebaliknya, naskah buku inspirasi, motivasi, atau pengembangan diri mudah saya tuliskan. Itu karena bahannya banyak bersumber dari dalam diri sendiri. Jika pun harus diperdalam lagi dengan pengalaman orang lain maka itu juga akan lebih mudah. Naskah buku yang bersumber dari pengalaman pribadi mudah kita tuliskan jika kita bisa meramunya dengan kalimat-kalimat yang bertenaga, inspiratif, penuh perenungan, dan sesekali menyentil pribadi kita yang kadang berada tidak di jalurnya.

Hal sulit yang saya alami dari menulis buku tentu saja menyusun bab demi bab yang tidaklah pendek seperti ketika saya menulis artikel. Tiap tulisan atau bab harus berkesinambungan, yang berbeda dengan artikel, satu tulisan bisa sekali jadi, selesai. Ibarat kata, satu tarikan napas, artikel bisa selesai dibaca. Berbeda dengan naskah buku, harus panjang dan lengkap, sebagai syarat untuk sebuah naskah dikatakan buku.

Itulah gambaran singkatnya. Jadi, lebih sulit mana menulis artikel, buku, atau kedua-duanya sulit dan ada juga sisi-sisi mudahnya? Saya yakin setiap orang punya jawabannya sendiri-sendiri, sesuai dengan pengalamannya dalam menggeluti hobi menulis. Saya sudah menjawabnya di dalam tulisan ini.

Salam kreatif, jadikan menulis sebagai hobi yang menenangkan jiwa, serta bermanfaat untuk orang lain!




Sumber foto: pixabay.com

noekoe19Avatar border
nona212Avatar border
takaksehatAvatar border
takaksehat dan 16 lainnya memberi reputasi
17
1.4K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan