Sekarang, banyak sekali terlihat para istri berani memarahi suaminya, tak di dumay, tak di duta. Banyak pula kulihat dan kubaca, tentang suami yang dzalim terhadap istrinya. Tentu dengan sebab-sebab tertentu.

Berbanding lurus, kisah-kisah pelakor dan aib rumah tangga pun jadi "santapan mata" setiap hari. Kisah itu begitu digemari dan ujungnya akan ada kemarahan, hujatan, serta pembelaan dari mayoritas wanita yang merasa empati pada kaumnya yang sudah tersakiti.

Takut diselingkuhi suami adalah hal yang biasa, tetapi mereka kadang tak sadar, bahwa hal (red: rasa) itu tercipta bisa jadi karena kebanyakan membaca kisah-kisah perselingkuhan atau melihat kejadian di sekitar rumah, hingga menimbulkan rasa cemas di hati, lalu berakhir dengan kecurigaan terhadap suami sendiri.

Suami berubah jadi pendiam, dikiranya karena mikir selingkuhan.
Suami menginap di kantor untuk kerjaan, dikiranya nginap sama selingkuhan.
Suami dinas keluar kota, dikiranya sedang berfoya sama selingkuhan.
Suami tak bisa kasih uang berlebih, dikiranya terbagi untuk selingkuhan.
Dan sedikit demi sedikit hilanglah rasa percaya. Diselingi dengan omelan manja di telinga para suami (Ini sering terjadi di lingkungan rumah saya).

Menjadi pengayom dan pemimpin dalam rumah tangga adalah porsinya suami. Meski pada saat ini yang banyak terjadi adalah kebalikannya. Tak bisa ditampik, ada suami bajingan yang tak bertanggungjawab, tapi masih banyak suami yang baik dan ingin membahagiakan keluarganya.

Lalu adakah tanda-tanda suamimu berselingkuh?

Ia lebih diam dari biasanya?
Uang belanja selalu kurang?
Suami tak betah tinggal di rumah?
Suami tak pernah ucap kata cinta?
Atau saat bercinta pikirannya seperti mengawang ke tempat lain?

Bisa saja itu tanda-tanda akan ada perselingkuhan, tapi silakan berpikir sejenak.

Bisa jadi ia lebih diam karena memikirkan pekerjaan.
Bisa jadi ia lebih diam karena baru saja kena marah atasan.
Bisa jadi ia lebih diam ... karena memikirkan tentang kebutuhan keluarga yang belum lagi bisa terpenuhi.

Cobalah tengok, telapak tangannya yang mengeras karena bekerja mencari nafkah (bisa saja dengan mempertaruhkan nyawa). Coba dengar, dengkurannya saat tidur akibat kelelahan dalam bekerja. Cobalah raba kerutan di wajahnya, legam di sana, karena sengatan matahari saat ia pergi menguli.

Seyogianya, seorang suami pasti menginginkan keluarganya bisa bahagia. Karena dialah jodoh bagimu. Lelaki yang berani datang pada ibu-bapakmu dan berani menghalalkanmu. Meski umpama kau tak mencintainya sekalipun (menikah terpaksa), ia tetap lebih baik dari mantan pacar yang membawamu pada kemaksiatan dengan modal kata cinta.

Sementara istri, adalah penyejuk dalam rumah tangga. Jika sering marah-marah karena rasa curiga, maka rumah jadi terasa 'panas' dan siapa pun jadi tak betah diam di dalamnya.

Inti tulisan ini, saya cuma ingin menyoroti tentang perlakuan istri-istri zaman now yang lebih berani dan suka galak pada suami, dalam bahasa lain; kurang taat, hingga istilah SUSIS jadi lelucon yang biasa saja terdengar di telinga. Saya juga ingin mengatakan, "Jangan buka aibmu dan aib lelakimu, meski dalam bentuk tulisan atau makian yang terdengar oleh para tetangga."

Bukankah Allah ingin aibmu selalu tertutup, Ukhti?

Akhir kata, dengan keberanian terhadap suami serta tulisan yang mengumbar aib rumah tangga, kau mungkin akan pemeus dan berjaya di dunia, tapi akan terhinakan di akhirat kelak.

***

Referensi:

1. “Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

2. “Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami) Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Rimba Saga Banua.
Borneo.