cicimasniAvatar border
TS
cicimasni
Bab 36 : Mission
Bab 36 : Mission

🌸🌸🌸

10 hari setelah pembicaraan terakhir mereka. Varo benar-benar merenovasi lantai 4 cafetaria.

Di lantai 4 ia jadikan tempat bermain anak-anak, para anak-anak staffnya bahkan bisa tidur di sana. Dengan membayar iuran Rp. 100.000/bulan. Sedangkan bagian rooftop. Telah disulap menjadi tempat bersantai yang cantik terutama ketika malam. Sayangnya cafetaria milik Lily itu tutup jam 9 malam.

Tingkah Varo juga sedikit aneh. Pria itu sekarang senang menghabiskan waktunya bersama Arion. Ia bahkan sengaja mengajak si kecil itu makan siang dan jalan-jalan berdua saja.

"Kamu kan sibuk. Nggak punya waktu ngajakin Rion jalan-jalan. Mumpung aku punya waktu, jadi biar aku saja yang melakukannya."

Kalimat itu terdengar seperti sindiran bagi Lily.

Tapi karena dia memang sudah jarang mengajak Arion jalan-jalan, ia menyetujui saja keinginan Varo.

Sementara itu Varo, sedang berjuang membuat Arion paham bahwa ia akan menjadi kakak. Tapi tentu saja si kecil itu masih belum mengerti dan hanya senang-senang saja ketika di ajak jalan-jalan oleh Varo.

Sudah seminggu ini ia keliling Jakarta. Kadang di ajak Taman Impian Jaya Ancol, lalu bermain di Dufan, lalu Kidzania dan berperan sebagai dokter kecil. Varo kadang juga mengajak si kembar tiga kesana, ketika mereka pulang dari TK.

Kali ini mereka pergi ke taman bermain anak-anak milik salah seorang pengusaha, dimana orang lain bebas bermain disana seharian dan hanya perlu membayar 25 ribu/anak. Karena fasilitas bermainnya lengkap dan ada juga tempat bersantai untuk orang tua, tempat itu sangat ramai pengunjung.

Awalnya Varo hanya duduk sambil melihat perkembangan bisnisnya di tablet, melihat beberapa orang tua datang berkerumun karena anaknya menangis dan orang dewasa itu terlihat kesal pada anak-anak yang dibawah Varo. Pria itu langsung menghampiri mereka.

Salah satu anak menangis dan orang tuanya bilang bahwa si kecil Aciel mendorong anaknya sampai jatuh dari perosotan.

"Anak itu yang mendorong Rion lebih dulu, Rion tadi jatuh dari tangga itu dan lututnya berdarah, Ciel hanya balas mendorongnya dan dia menangis. "Si kecil Aciel menjelaskan dengan polos, dia juga terlihat akan menangis ketika orang tua anak yang didorongnya menatapnya sinis.

"Aku tadi melihatnya, dia jatuh sendiri. Anak itu berbohong. Masih kecil udah pintar bohong!!." Orang tua yang anaknya menangis berkata dengan nada kesal. "Kalau sampai anak saya cacat, saya tuntut keluarganya!."

"....."Varo masih diam mendengarkan. Ia melihat CCTV yang terpasang untuk menyoroti sekitar taman bermain, lalu kembali mendengarkan ucapan para orang tua.

"Mereka cuma anak-anak belum mengerti apa-apa." Salah satu orang tua berusaha menengahi.

"Kami membayar dan anak-anak kami berhak bermain apa saja. Apanya yang bukan apa-apa. Anakmu tadi juga didorong, kamu nggak kesal!!. Mana orang tua anak ini??, Pa..panggil staff pemilik taman bermain ini, kita bisa menuntut mereka juga karena tidak memperhatikan anak-anak yang bermain."

"....." Mendengar hal itu Varo makin kesal. Ia menarik nafas dalam sebelum pergi kearah staff bersama ayah dari anak yang menangis tadi.

Arion tidak menangis ketika di dorong dan terluka, tapi dia terlihat khawatir ketika Aciel akan menangis.

"Lion nggak pa-pa. Main-main lagi...ayo!." Arion menggenggam tangan Aciel dan mengajaknya pergi kembali bermain perosotan.

Axciel dan Azriel berdiri membelakangi keduanya dan terus menatap keempat anak kecil itu dan orang tua mereka dengan pandangan kesal.

"Lihat kedua anak itu, masih kecil sudah kurang ajar. Apa lihat-lihat!!, mana orang tua anak-anak ini, biar dikasih pelajaran!!."

Varo datang bersama ayah dan pemilik taman bermain. Ayah anak itu terlihat pucat ketika mendatangi istrinya.

"Ma...ayo bawa anak-anak pulang." Pinta pria itu, tapi istrinya malah kesal.

"Papa kenapa??, Masalah ini belum selesai, kita....

"Ma'af Buk...anda dan suami anda serta keluarga yang lain (3 orang tua yang bersama pasangan suami istri itu). Sekarang dilarang bermain di tempat ini."

Pernyataan itu membuat para orang tua naik pitam. Tapi pemilik itu segera mengembalikan uang masing-masing dari mereka. "Uang biaya masuknya saya kembalikan, kami tidak mau tempat ini ditutup."

"Apa maksud anda??"

"Kami memiliki rekaman CCTV, anak anda yang lebih dulu mengganggu anak orang lain. Anak anda terus mengikuti anak Bapak ini kemanapun dia pergi dan terus mencubit pipinya, juga ketika anak Bapak ini bermain perosotan, anak anda juga mengikutinya dan mendorongnya karena terlihat bahwa si kecil itu tidak mau bermain bersama anak anda. Lalu anak-anak yang lain juga ikut-ikutan mengganggunya. Jadi....

"Jadi apa??, Anak saya juga akhirnya didorong dan jatuh. Jadi....

"Jadi harusnya masalahnya selesai. Mereka sama-sama jatuh. Atau anda mau medical checkup untuk tau anak anda atau anak saya yang lebih banyak terluka??, Atau anda mau memviralkan masalah ini di sosial media??. Saya persilahkan." Varo mengatakan hal itu tepat ketika pengacaranya datang.

"Silahkan bicarakan hal ini dengan pengacara saya." Setelah mengatakan hal itu Varo langsung mengajak keempat anak kecil itu pulang ke cafetaria.


🌺🌺


Ini pertama kalinya Arion terluka dan tentu saja Lily panik. Ia menatap kesal pada Varo dan tambah kesal mendengar komentar pria itu.

"Laki-laki terluka itu biasa."

"......"

"Nggak cakit lagi." Arion berkata seolah membantu ayahnya agar tidak dimarahi. "Mama....jangan mala ya."

Lily hanya bisa menghela nafas dalam sambil memplester luka di lutut si kecil itu.

Setelahnya Arion kembali bermain bersama anak-anak lain di lantai 4. Sementara Lily makan siang bersama Varo.

"Kamu nggak banyak kerjaan??." Lily bertanya sambil meletakkan udang yang sudah ia kupas di piring Varo.

"Banyak." Jawab pria itu santai.

"Terus kenapa sibuk jadi babysitter nya Arion??."

"Itu udah jadi kerjaan aku juga. Tolong kupaskan satu lagi!."

Lily mengambil udang dan kembali mengupasnya. "Nggak keluar negeri lagi??." Tanyanya lagi.

"Nggak, aku udah kerja di sana 2 bulanan, jadi sampai 2 bulan ke depan aku cuma kerja di sini aja."

Oh...

Varo melirik sekilas kearah Lily yang sibuk mengupas udang. "Rion.....akan tidur di kamarnya sendiri malam ini."

".....Apa??."

"Dia mungkin juga bakal seterusnya tidur di kamarnya."

"..... kenapa???, Biasanya dia nggak mau tidur sendirian."

"Dua bulan lagi umurnya 2 tahun."

"Jadi???."

Varo menatap Lily, ia mengambil udang yang dikupas Lily lalu menyuapi istrinya itu. "Dia bilang.... pengen punya adik."

"......."

Apa!!!!

Lily mengerutkan dahi. "Nggak mungkin, Rion nggak mungkin....

"Tanya aja kalau nggak percaya." Varo tersenyum dan kembali menyuapkan udang ke mulut Lily.

"Aku ada meeting, mungkin pulang agak malam. Nanti supir yang jemput kamu pulang."

Varo menyunggingkan senyumnya lalu berbisik. "Aku nggak akan pakai kondom malam ini."

"......."

🌺🌺

Flashback

Arion menatap iri pada anak-anak yang masuk ke TK di depan taman bermain. Aciel, Luciel dan Azriel yang biasa bermain dengannya juga pergi kesana, sedangkan dia duduk bersama papanya di kursi taman.

"Lion juga mau kecana." Gumam si kecil itu.

Varo memeluk Rion dan membiarkannya duduk di pangkuannya.

"Boleh, tapi syaratnya Rion nggak boleh cengeng, nggak boleh nakal, terus....harus bisa berhitung sampai 1000, juga harus belajar menuliskannya. Apa Rion bisa??."

"......"Mendengar jawaban itu Arion langsung murung. Ia belum bisa menulis, berhitung juga baru bisa sampai 20.

"Nanti....Lion minta ajalin mama." Ucapnya pelan yang jelas membuat Varo iri.

"Mama sibuk kerja, makanya papa yang nemenin Rion kan."

Arion menatap papanya kemudian melirik kearah tablet yang diletakkan disamping mereka.

"....kalau gitu....Lion minta ajalin kak Ciel aja, kak Ciel nggak cibuk."

"....."Kenapa kamu minta ajarin sama orang lain nak?. Papamu disini nganggur.

"Emang kak Cielnya udah bisa ngitung??." Varo bertanya ragu.

Rion mengangguk. "Bisa baca juga."

"Papa juga bisa berhitung, papa juga bisa baca. Kenapa nggak minta ajarin papa??." Pria itu bertanya murung.

"Papa cibuk juga." Arion menunjuk tablet Varo. "Lion main cendili walaupun ada papa, papa cibuk cama itu...makanya Lion pengen cekolah dicana...banyak temannya, nggak main cendilian lagi."

"....." Varo menyadari kesalahannya dan langsung minta ma'af. "Kalau papa nggak kerja, nanti Rion nggak makan."

Arion langsung mengerutkan dahi. "Kan mama yang masak, Lion...pasti makan."

"......"Varo langsung nyengir bodoh. "Benar juga, hahaha."

"Tapi Rion kan tetap bisa main sama teman-teman di ruang main lantai 4, juga masih bisa main sama kak Ciel dan yang lainnya pas mereka pulang sekolah, hari minggu juga bisa main sama-sama. Jadi.....

"Tapi Lion cendilian kalau di lumah. Lion bocan~."

"Mm....Rion mau nggak punya adik sendiri??."

"???." Si kecil itu mengerutkan dahi bingung.

"Punya adik itu kayak kak Ciel, kak Azri dan kak Lu. Kalau dirumah mereka nggak sendirian karena ada dedek bayi."

"Mm....Lion mau dedek bayi juga." Ucap si kecil itu polos.

Varo langsung tersenyum. "Tapi bikinnya lama, dedek bayinya nggak bisa datang ke rumah kalau Rion belum bisa berhitung, membaca, menulis dan bobok sendiri, mainya juga nggak bisa sama mama dan papa terus."

"Ngg.....kalau gitu....Lion bakal belajar ngitung, membaca, menulis dan bobok baleng kak Ciel, kak Aji dan kak L."

"Rion pengen belajar, main dan bobok bareng kak Ciel, kak Azri dan kak L di rumah mereka ??." Tanya Varo dan si kecil langsung mengangguk senang.

"Nanti Rion malah nangis malam-malam pengen pulang."

Arion menggeleng, "nggak nangis."

"Tapi....Rion kan suka tidur sama mama sama papa. Mama sama papa nggak bisa tidur di sana loh, nanti rumah kita nangis nggak ada yang jagain."

"......"Arion berpikir sebentar lalu berkata. "Kalau gitu....biar kak Ciel bobok di lumah aja"

"Kak Ciel sendiri??."

"Ngg....kak Aji cama kak L juga."

"Tapi siapa yang jagain dedek bayinya, nanti dedek bayinya nangis gimana??."

"Ngg....tinggal di lumah aja cemuanya."

Varo tersenyum lalu mengelus kepala si kecil. "Kamar mama sama papa nggak muat, kalau semuanya bobok disana. Kalau Rion mau mereka bobok di rumah, mereka mesti bobok di kamar lain. Jadi...Rion tetap nggak bisa bobok bareng mama sama papa."

Si kecil itu langsung murung. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca.

"Sebenarnya....kalau mesti belajar bobok sendiri dulu, biar nggak kaget kalau mama sama papa nggak ada. Rion berani nggak bobok sendiri??."

"....."

"Kalau Rion udah berani bobok sendiri, Rion juga harus pandai berhitung biar bisa masuk sekolah juga. Di sekolah, papa sama mama juga nggak ada. Jadi Rion juga harus berani sendirian. Apa Rion bisa??."

"....."

"Kalau Rion udah bisa semuanya, nanti Rion bakal punya dedek bayi sendiri di rumah. Papa yakin, Rion pasti bisa. Rion kan pintar kayak papa."

"Mm....oke!. Lion mau bobok cendili."

"Nah, lihat...kak Ciel, kak Azri dan kak L nya udah keluar sekolah. Ayo jemput dan main sama-sama. Nanti minta ajarin belajar sama kakak-kakaknya juga, nanti papa beliin buku buat Rion belajar juga. Biar dedek bayi punyanya Rion cepat datang ke rumah."

"Oke."

Dan begitulah misi membuat Rion menginginkan adik di rumahnya tercapai.

Varo menggenggam tangan si kecil itu kemudian mereka berjalan ke depan TK untuk menjemput si kembar dan mengajak mereka bermain.

Flashback end


🌸🌸🌸

Bab selanjutnya :

https://www.kaskus.co.id/show_post/5...ae2f17d015c363
Diubah oleh cicimasni 23-04-2020 13:39
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
ceuhettyAvatar border
ceuhetty dan 23 lainnya memberi reputasi
24
1.6K
2
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan