VevanaAvatar border
TS
Vevana
Wanita Berambut Panjang di Tugu Desa

Oleh Vevana


Assalamualaikum

Kisah ini adalah kisah mistis pertama yang ane dapat ketika pertama kali pindah ke desa ini. Dan jujur … cukup membuat ane merinding setiap kali lewat tugu perbatasan itu ketika malam hari. Ane samarkan semua nama, baik desa, maupun tokoh yang mengalami.

 

Suatu sore, awal tahun 2000-an, di Desa Nanggarok, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

 

Edvan sedang berkunjung ke rumah Lina untuk mengerjakan tugas kuliah. Tugas ini harus dikumpulkan keesokan harinya, jadi mau tidak  mau harus selesai hari ini juga.

 

“Lin, rumah kamu jauh amat dari jalan. Ngeri aku sama kuburan yang ada di sana.”

 

Sebelum masuk ke area perumahan warga, Edvan melewati pesawahan yang luas di sebelah kanan. Selain itu, terdapat bukit yang merupakan kuburan warga desa ini sejak berpuluh-puluh tahun lalu, dan keramat. Konon, di kompleks kuburan itu pun selalu ada hal ganjil yang menimpa pengunjung--warga luar desa ini.

Setelah kuburan itu, Edvan melewati lagi sawah-sawah di kanan dan kiri jalan. Tanpa penerangan. Setelah tugu desa, barulah terdapat rumah-rumah warga. Itu pun berjarak 200-an meter dari tugu tersebut.



Sumber: dokpri


 

Lina hanya bisa tersenyum mendengar penuturan Edvan. Hampir semua temannya yang berkunjung ke sini, pasti berkata seperti itu.

 

Saat tugas mereka selesai, waktu sudah menunjukkan pukul 18.30, masih maghrib. Di luar, hujan kecil sudah turun sejak pukul lima sore, dan belum berhenti hingga sekarang.

 

“Aku pulang aja sekarang,” ucap Edvan.

 

“Yakin? Nanti aja tunggu hujannya reda.” Lina mencoba menahan Edvan.


Di desa ini terdapat kepercayaan, tidak berkendara saat hujan rintik-rintik. Terlebih pendatang. Konon, selalu terjadi hal mistis saat seperti itu. Namun, Lina urung menceritakannya pada Edvan.


“Kapan berhentinya coba? Udah, mending aku pulang aja.” Edvan tetap bersikukuh.

 

Akhirnya, Lina pun menyerah membujuk Edvan. “Ya udah, hati-hati aja. Tugasnya mending aku yang bawa daripada nanti kehujanan. Besok aku pergi pagi banget ke kampus.” Dia melanjutkan, “Jangan lupa sms kalau udah nyampe kosan.”

 

Edvan pun berangkat menggunakan jas hujan setelan berwarna merah. Dia melewati deretan rumah sebelum sampai ke area pesawahan. Dia pun membawa motor dengan kecepatan sedang, berhati-hati dengan jalanan yang berlubang.

 

Dari kejauhan, tampak seorang wanita berbaju merah dan berambut panjang berdiri di samping tugu. Wanita itu pun tidak menggunakan payung untuk berteduh. Edvan memilih untuk memberhentikan motornya di dekat wanita itu.

 

“Teh, mau ke mana?” tanya Edvan.

 

“Ke sana.” Wanita itu menunjuk ke arah barat, searah dengan jalanan yang akan Edvan lewati. Wajahnya tertutup rambut yang panjang menjuntai.

 

“Hayu, ikut aja atuh. Daripada hujan-hujanan nunggu angkot di sini. Udah gak ada.”

Wanita itu pun menurut. Dia menaiki motor Edvan. Tubuh wanita itu langsing, tetapi Edvan merasa motornya agak berat. Hingga dia harus bersusah payah menarik gas motor Supra bututnya itu.

 

“Teteh mau ke daerah mana? Saya mah mau ke Cibungbun,”

 

“Ke sana.” Wanita itu menunjuk ke arah barat lagi. Tidak ada nama tempat yang disebutkan.

 

Edvan melirik ke arah tangan wanita itu, tampak putih pucat. Dan baru Edvan sadari bahwa si wanita berambut panjang bersuara sengau.

 

Tepat di belokan kedua, saat akan mendekati area pemakaman, motor Edvan mendadak mogok.

 

“Teh, maaf turun dulu, ya,” pinta Edvan. Namun, setelah dia turun dari motor, ternyata si wanita itu sudah berdiri di sampingnya.

 

Deg! Edvan cukup kaget, tapi dia tidak curiga sedikit pun.

 

Jalanan ini gelap, tidak ada satu pun penerangan. Kiri dan kanannya adalah sawah. Terlebih kondisi motor Edvan yang mati, membuat dia pun tidak bisa melihat bagian mesin motornya.

Berkali-kali dia menyalakan motor, tapi hasilnya nihil. Dia mengeluarkan ponsel monokrom yang tidak memiliki lampu senter. Sekilas terlihat jam menunjukkan pukul 18.55.

 

Setelah lama berusaha, dia pun ingat untuk berdoa. Bismillahirrohmanirrohim, ucapnya dalam hati.

 

“Alhamdulillah, akhirnya nyala juga. Teh, hayu naik lagi!”

 

Deg! Wanita itu sudah duduk di atas jok motornya. Rambut panjangnya masih menutupi wajah si wanita berbaju merah.


Kali ini, motor Edvan melewati area kuburan. Jalanan sedikit menanjak, tetapi motornya tidak seberat sebelumnya. Edvan melirik sedikit ke arah kaca spion motor, ujung kepala wanita itu yang terlihat. Rambutnya basah, mungkin karena sejak tadi terkena air hujan.

 

Setelah lewat area kuburan. Motor Edvan kembali terasa berat. Dia pun membaca doa dalam hati, semakin dia berdoa, semakin berat lagi tarikan gasnya.


Hatinya mulai ketar-ketir. Sebelah kiri adalah sawah-sawah, sementara sebelah kanan masih bagian dari bukit kuburan warga, pepohonan rimbun lebih tepatnya. Seratusan meter kemudian, barulah Edvan memasuki lagi perumahan warga.


Tidak berapa jauh dari pemukiman warga, terdapat persimpangan jalan. “Saya mau belok ke kanan, Teteh jadinya ke mana?”


“Ke sana!” Suara sengau si wanita kini terdengar nyaring. “Ke sana!” Dia mengulangi lagi sambil menunjuk ke arah berlawanan dengan tujuan Edvan.

 

Seolah tahu apa yang Edvan gumamkan dalam hati, wanita itu kini berbisik tepat di samping telinga Edvan. “Jangan sambil baca doa.”

 

Seketika Edvan melirik ke arah kaca spion lagi. Wajah wanita itu kini terlihat jelas. Pucat, dengan lingkar mata hitam yang cukup besar. Bibirnya pun tampak pias.

Quote:

 

Seketika pandangan Edvan menjadi gelap.

 

***

 

“Jang! Ujang[1]!” Samar-samar terdengar seorang pria memanggil.

 

Edvan perlahan mulai sadarkan diri. Dia langsung diberi minum oleh pria paruh baya tersebut. Tubuhnya pun terasa hangat, rupanya sebagian tubuhnya telah dibalur menggunakan minyak kayu putih.

 

“Ujang gak apa-apa?” Ternyata selain pria paruh baya itu, sudah ada beberapa orang warga yang berkerumun.

 

“Saya kenapa, Pak?” Edvan memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

 

“Tadi motor Ujang jatuh di situ.” Pria tersebut menjawab sambil menunjuk ke arah jembatan. “Tadi ada yang numpang di motor Ujang, ya?”


Edvan berada di sebuah gubuk kecil. Sekelilingnya saat ini dipenuhi pepohonan. Jalan ini, hanya cukup dilewati satu buah mobil. Sama sekali tidak ada penerangan.


Edvan mengangguk. “Pas di jalan cagak[2] tadi saya mulai gak inget apa-apa.”

“Untung keliatan sama bapak habis dari rumah anak," ucap pria itu seraya menunjuk ke arah rumah di paling ujung jalan. "Iya, Ujang, itu mah ulah si Nyai. Udah banyak yang jadi korbannya dia.”

Pria itu melanjutkan, “Zaman dulu, waktu belum ada motor kayak sekarang, yang punya paling satu dualah, si Nyai dijemput pacarnya malem-malem. Dari tugu Desa Nanggarok, ‘kan?”

Edvan mengangguk lagi.

 

“Dia dibawa pacarnya, jalan. Gak tau kenapalah, di sungai ini, yang sekarang ada jembatan. Dia dibunuh, dibuang langsung ke sungai. Jangan lupa berdoa dulu, makhluk kaya si Nyai memang paling suka sama laki-laki,” tandas pria paruh baya itu.

Edvan masih tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya. Satu hal yang pasti, dia masih ingat betul bagaimana rupa wanita itu. Pun dengan suara sengau yang terngiang-ngiang di telinga.

 

Tiba-tiba ponsel monokrom Edvan berbunyi. “Ada apa, Lin?”

 

“Pengen nelepon aja, udah tiga jam belum ada kabar. Kamu gak apa-apa?”

Hah? Selama itu perjalanan tadi?Sungguh Edvan tidak menyadari sudah berapa jauh jarak yang dia tempuh selama tidak sadarkan diri.

 

“Lin, lain kali aku bakal nurut sama kamu.”

“Emang kenapa?” Suara Lina terdengar penasaran.

 

“Nanti aja aku ceritain di kampus.”

*Tamat*

catatan:
- Ujang : Panggilan untuk laki-laki di Sunda
- Jalan cagak : jalan yang bercabang dua (kiri-kanan)

Begitulah Gan Sist, ceritanya. Memang sudah jarang yang mengalami kejadian serupa. Tapi, di tugu itu memang sering terjadi keganjilan. Saudara ane sendiri yang rumahnya dekat dengan tugu, pernah lihat kendaraan keluar dari area tugu itu, tapi setelah ditunggu-tunggu, tidak ada lewat ke depan rumahnya.
Diubah oleh Vevana 31-03-2020 11:17
4iinchAvatar border
sebelahblogAvatar border
aa115prassAvatar border
aa115prass dan 9 lainnya memberi reputasi
10
1.4K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan