dispenserrAvatar border
TS
dispenserr
Sistem Kesehatan Indonesia di Mata Internasional: Berada di Ambang Jurang
Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat dari hari ke hari.

Bahkan, dibanding peningkatan di awal virus ini masuk ke Indonesia, kini lonjakan kasusnya terbilang tinggi.

Seperti yang terjadi pada Jumat (28/3/2020) kemarin, yaitu terjadi peningkatan kasus sebanyak 153 kasus, membuat total kasus di Indonesia menginjak angka seribuan, tepatnya 1.046.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 orang meninggal dunia dan 46 dinyatakan sembuh.

Peningkatan yang cukup signifikan juga diakui oleh pemerintah melalui juru bicara untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto.

"Ada penambahan kasus cukup signifikan, ada 153 kasus baru yang kita dapatkan," katanya di gedung BPNPB, Jakarta, Jumat (27/3/2020) dikutip dari Kompas.com.

Meski begitu, melansir Asiaone (26/3/2020), sebuah studi oleh Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di London memperkirakan bahwa hanya 2 persen dari infeksi virus corona di Indonesia yang telah dilaporkan.

Saat laporan tersebut dirilis, Indonesia masih memiliki kasus lebih sedikit, yaitu di angka 600-an dan 50-an kematian.

Sehingga jika melihat perhitungan tersebut, akan membawa jumlah sebenarnya menjadi sebanyak 34.300, yang lebih banyak dari Iran.

Pemodel lain memproyeksikan bahwa kasus-kasus dapat meningkat hingga 5 juta di ibukota, Jakarta, pada akhir April di bawah skenario terburuk.

"Kami telah kehilangan kendali, itu telah menyebar di mana-mana," Ascobat Gani, seorang ekonom kesehatan masyarakat mengatakan kepada Reuters.

"Mungkin kita akan mengikuti Wuhan atau Italia. Saya pikir kita berada dalam kisaran itu".

Namun, Yurianto menampik hal tersebut dan mengatakan dampak virus tidak akan separah itu.

"Kami tidak akan seperti itu, yang penting adalah kita mengerahkan orang-orang ... mereka harus menjaga jarak," katanya.

Sistem kesehatan Indonesia sangat buruk dibanding negara lain

Menurut data WHO, Indonesia memiliki 321.544 tempat tidur rumah sakit. Itu sekitar 12 tempat tidur per 10.000 orang, sementara Korea Selatan memiliki 115 per 10.000 orang.

Pada 2017, WHO menemukan Indonesia memiliki empat dokter per 10.000 orang.

Italia memiliki 10 kali lebih banyak, berdasarkan per kapita. Korea Selatan memiliki dokter enam kali lebih banyak.

Namun, akan kebutuhan tempat tidur, Yurianto mengatakan bahwa dengan langkah-langkah sosial jarak yang tepat seharusnya tidak ada kebutuhan untuk sejumlah besar tempat tidur tambahan dan staf medis cukup untuk mengatasi virus.

Hal berbeda disampaikan Budi Waryanto, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, mengatakan kepada Reuters: "Rumah sakit tidak siap untuk mendukung kasus-kasus potensial. Perawatan akan terbatas."

Meskipun hanya ratusan orang yang dirawat di rumah sakit karena coronavirus, dokter mengatakan kepada Reuters bahwa sistem kesehatan sudah mulai tegang. Banyak staf kesehatan tidak memiliki peralatan pelindung.

Sebagai tanda kontrol infeksi yang buruk di rumah sakit dan klinik, delapan dokter dan satu perawat telah meninggal karena virus korona, menurut Asosiasi Dokter Indonesia.

Di Italia, di mana ada 6.077 kematian akibat virus korona, 23 dokter telah meninggal.

Dokter di Indonesia membawa alat pelindung sendiri

Seperti diketahui, kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) menjadi salah satu masalah yang saat ini ramai dikeluhkan, terutama oleh para dokter di Indonesia.

Tenaga medis di Indonesia bahkan harus melakukan pekerjaannya dengan APD seadanya, seperti menggunakan jas hujan.

Sementara itu, dokter-dokter mulai mengecam buruknya hal tersebut.

"Kami membawa masker kami sendiri, pakaian kami sendiri yang mungkin tidak berkualitas standar," kata seorang dokter kepada Reuters.

"Teman-temanku, satu per satu, terserang virus," katanya, menahan air mata.


Mengutip Asiaone, disebutkan bahwa Sistem kesehatan Indonesia sangat terdesentralisasi, sehingga sulit bagi pemerintah pusat untuk mengoordinasikan responsnya di kepulauan yang luas dengan sekitar 19.000 pulau yang membentang 5.100 km.

Kurangnya tempat tidur unit perawatan intensif (ICU) juga mengkhawatirkan para ahli, terutama karena Indonesia memasuki musim puncak demam berdarah, yang menambah permintaan untuk fasilitas.

"Jika Anda sakit parah dan bisa masuk ICU dan memakai ventilator, kebanyakan orang harus selamat," kata Archie Clements, spesialis kesehatan masyarakat dari Universitas Curtin Perth, merujuk pada orang yang terinfeksi virus corona.

"Jika kamu tidak membawanya ke ICU dan memakai ventilator, maka mereka akan mati."

Sebuah studi dalam jurnal Critical Care Medicine pada Januari, yang membandingkan tempat perawatan intensif untuk orang dewasa di negara-negara Asia menggunakan data 2017, menemukan bahwa Indonesia memiliki 2,7 tempat perawatan kritis per 100.000 orang, di antara yang terendah di wilayah tersebut.

https://intisari.grid.id/read/032080...-corona-datang

wake up call utk bangsa yg masih percaya tahayul ini...
lihat dana kementrian mana yg harusnya bisa dialokasi ke menkes





Diubah oleh dispenserr 28-03-2020 16:08
anasabilaAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 18 lainnya memberi reputasi
7
4.3K
82
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan