n4z1Avatar border
TS
n4z1
Sempat Beda Data, Anies: Paling Banyak Tertular Corona Usia 20-40 Tahun


Sempat Beda Data, Anies: Paling Banyak Tertular Corona Usia 20-40 Tahun

Suara.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku pandemi virus corona atau Covid-19 bukan persoalan enteng. Pandemi tersebut membuat masyarakat berhadapan dengan situasi rumit.

Apalagi Anies mengaku, telah melakukan monitoring mengenai penyebaran covid-19 yang kian masif mengancam warga dunia, sejak kemunculannya di Wuhan, China.

Hal itu disampaikan Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu dalam podcast unggahan kanal YouTube Deddy Corbuzier, Sabtu (28/3/2020).

"Kita ini punya tantangan besar, yang saya harus sampaikan apa adanya bahwa ini nggak gampang, panjang dan kita yang sudah monitoring dari awal tahu persis apa yang terjadi di negara lain," ucap Anies.

Ia lantas mengatakan, penyebaran Covid-19 di negara lain yang terdampak mestinya dijadikan pelajaran bagi pemerintah Indonesia. Sebab, virus mematikan tersebut tak pandang bulu menyerang siapapun.

"Jangan anggap Indonesia beda, kita sama-sama manusia. Virus nggak kenal sosial, ekonomi, bisa menyerang siapa saja," tambahnya.

Anies kemudian mengungkap kekhawatirannya akan reaksi kawula muda dalam menanggapi penyebaran Covid-19. Ia menyebut, sejatinya anak muda paling rentan terinfeksi virus corona.

"Teman-teman muda harus sadar bahwa, tingkat penularan tertinggi itu ada di mereka yang usianya 20-40 tahun, itu yang paling tinggi, di seluruh dunia datanya seperti itu," kata Anies.

Namun, ia mengaku temuan tersebut sempat berbeda dengan data yang disajikan pemerintah.

Deddy Corbuzier kemudian memotong pembicaraan Anies dan bertanya,"Karena nggak ke-data Pak?".

Anies pun menjawab, "Persis".

"Di mana-mana anak muda yang paling banyak pergi-pergi, paling banyak berinteraksi, paling banyak tertular," imbuhnya.

Dengan melihat kondisi tersebut, Anies pun mengimbau anak-anak muda untuk lebih sadar akan keselamatan diri. Sebab, mereka memiliki kontribusi penting dalam memerangi penularan Covid-19.

"Pada waktu itu, saya minta bantuan jangkauin anak-anak muda, karena pada waktu itu kita merasa ini adalah satu masalah yang harus dikerjakan seluruh masyarakat dan pemerintah," ucap Anies, memungkasi.
sumber

============

Hmmmmm......
Gw ambil sepenggal kata-kata dari Bapak Gubernur ya...

"Jangan anggap Indonesia beda, kita sama-sama manusia. Virus nggak kenal sosial, ekonomi, bisa menyerang siapa saja," tambahnya.

Paham sampai sini? Oh belum ya? Ok, gw copas lagi.

"Jangan anggap Indonesia beda, kita sama-sama manusia. Virus nggak kenal sosial, ekonomi, bisa menyerang siapa saja," tambahnya.

Dan gw tambahin menurut versi gw sendiri.

"Jangan anggap Indonesia beda, kita sama-sama manusia. Virus nggak kenal sosial, ekonomi, agama, bahkan ideologi, bisa menyerang siapa saja."

Tapi Indonesia tetap beda.
Ketika wabah melanda negeri seberang sana, sebagian masyarakat kita bersuka cita. Menganggap bahwa itu adalah azab bagi negeri seberang. Dan Indonesia jelas tak akan tersentuh azab itu, sebab Indonesia tidak menyakiti suku Uyghur. Bahkan ada sebagian diantara kita yang selalu membawa isu Uyghur dan Palestina untuk sekedar mencari sesuap nasi.

Dan kekonyolan itu ditambah dengan narasi-narasi agama, tentang hukuman Tuhan, tentang pengobatan, dan lain-lain.

Sudah? Belum ternyata.
Kekonyolan itu makin menjadi-jadi ketika beberapa pejabat negeri ini melontarkan candaan. Hanya candaan. Tetapi itu jadi senjata mematikan. Dipakai berulang-ulang, terus menerus. Dan masalah yang tadinya adalah masalah kesehatan, bergeser menjadi masalah sosial, dan terakhir jadi komoditas politik.

Berhenti? Belum.
Yang tadinya serangan itu menyasar ke lapisan kedua, kini bergeser ke lapisan pertama. Mulailah babak baru penanganan Covid-19 ini semarak. Bukan karena bahu membahu mengatasi wabah, tapi menjadi ajang saling serang. Yang mendukung langkah pemerintah dianggap buzzer. Yang melawan pemerintah dianggap pahlawan. Dan ketika ada pemimpin wilayah yang mulai kelihatan gelagatnya mencari panggung, maka gantian dia diserang. Anehnya para pendukungnya tak mau dianggap buzzer. Maunya dianggap pahlawan.

Tololnya, para petinggi negeri ini lupa bahwa sekecil apapun candaan, bisa menjadi sebuah pembenaran bagi mereka yang jelas membenci pemerintah. Akhirnya serangan itu seperti terkoordinir, satu suara, massif.

Lalu benarkah Covid-19 rentan menyerang pada rentang usia 20 hingga 40 tahun seperti klaim Anies? Nyatanya salah.
Tingkat kematian terbesar akibat Covid-19 ada di rentang usia 45 hingga 65 tahun keatas. Kenapa bisa begini? Jawabannya mudah. Karena rentang usia tersebut adalah masa dimana imunitas tubuh menurun. Sistem imun tubuh tidak sekuat kala berusia muda, sehingga ketika Covid-19 menyerang, ditambah lagi dengan penyakit yang banyak terdapat pada rentang usia 45 hingga 65 tahun keatas, akibatnya akan fatal. Tapi tak apa-apa. Itu versi Anies. Jikalau beda, sudah biasa.

Benarkah Anies sudah memonitoring wabah ini sejak awal?
Oh, untuk jawaban yang satu ini gw gak perlu menjawab.
Lihat aja sebaran kasus Covid-19 di jakarta, berapa yang suspect, berapa yang mati.

Satu yang gw kritisi.
Tak ada yang berani menuding bahwa beberapa pemuka agama, bahkan mungkin para ustadz kampung, ikut bertanggungjawab atas narasi mereka soal Corona, sehingga masyarakat yang terbiasa hanya bisa mengamini kata-kata mereka, abai pada keselamatan jiwa mereka dan keluarganya.

Ini termasuk mantan Jenderal yang seruannya koplak beberapa waktu lalu, meskipun pada akhirnya dia memberi penjelasan dan pembelaan, tetapi tetap saja pembelaannya koplak.

Mungkin Anies dimata pendukungnya adalah manusia yang sempurna. Jadi gw disini cuma mau nitip pertanyaan kepada para pendukungnya agar bisa diteruskan ke Anies.

Pertanyaannya :
Berapa sih sebenarnya alat Rapid test yang diterima Pemprov DKI Jakarta?
100 unit? 100.000 unit?
Lantas berapa sih masyarakat Jakarta yang sudah ditest sampai hari ini?
Mengingat penularan Covid-19 menurut penelitian tidak harus terjadi dari suspect yang sakit parah, dan penderita juga tidak selalu memiliki gejala umum terkana virus ini, lantas bagaimana mau membendung penyebaran jika rapid test hanya dilakukan pada orang-orang tertentu tanpa dilakukan acak?

Mungkin pendukung Anies ada yang mau bantu jawab.


====

Banyak yang ngamuk tapi gak bisa bedain kata-kata Anies.
Ini gw kasih penegasan lagi.
Gak usah cemen nyerang personal, soal mati, semua yang post disini bisa tiba-tiba mati kena Corona. Betul?

Quote:

Diubah oleh n4z1 28-03-2020 18:10
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
secerAvatar border
secer dan 16 lainnya memberi reputasi
15
4.4K
97
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan