Sebagian orang, semakin tinggi status/kelas sosialnya, makin tinggi pula rasa gengsinya. Seolah rasa gengsi itu dapat mempertahankan bahkan meningkatkan harkat dan martabatnya di mata manusia. Karena itu, umumnya mereka berpakaian parlente, mobil mewah dan berbagai aksesoris yang mahal, serta memilih pekerjaan / jabatan yang dianggap layak dan sesuai dengan dirinya. Seolah dengan semua itu, semua orang akan kagum dan hormat padanya.

Tapi beda dengan wanita yang satu ini. Meski semua kemapanan hidup sudah dia miliki, namun dia tiak malu apalagi gengsi untuk memilih pekerjaan yang menurut sebagian orang dianggap rendahan, memulung. Ya memulung (pemulung), yakni pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas yang sudah dibuang orang di tempat pembuangan sampah, untuk diolah atau dijual kembali, sehingga bisa menjadi sumber penghasilan.

Wanita tersebut bernama Lisa Fiekowski (LF)yang kini berusia 60 tahun. LF tinggal di Harlem, yang dekat dengan kawasan Prospect Heights di Brooklyn, New York, Amerika Serikat bersama suaminya. Namun tidak diketahui apakah ia mempunyai anak-anak.

Setiap hari LF berkeliling di sekitar Prospect Heights di Brooklyn, yang merupakan lingkungan elit di Amerika. Ia memakai sebuah mobil Toyota Camry butut keluaran tahun 1993, dan sebuah keranjang semacam trolly dan karung-karung untuk mengumpulkan sampah.



Dengan pakaian lusuh layaknya pemulung, LF berjalan mengumpulkan sampah dengan keranjang itu. Setelah penuh, baru dimasukkan ke dalam mobil untuk dibawa pulang, disortir, lalu dijual.

Namanya juga kawasan elit, tentu bukan sembarangan sampah yang dibuang orang. Karena itu, dalam beberapa jam saja bekerja mengumpulkan sampah, LF bisa menghasilkan uang antara 20-30 dolar, atau sekitar 250-400 ribu rupiah.

Lantas, siapakah LF sebenarnya? Tidak banyak masyarakat sekitarnya yang mengetahui jati dirinya. Masyarakat di sana lebih melihat LF sebagai seorang pemulung biasa.

Namun sebenarnya LF adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi, lulusan S2 (Magister) dari Universitas of Chicago. Selain itu, LF adalah seorang jutawan yang memiliki perusahaan yang bergerak di bidang Real Estate, dengan aset sekitar 8 juta dollar AS, yang nilainya lebih dari 100 milyar rupiah. Selain itu, suami LF juga seorang pengusaha yang berpenghasilan lebih dari 2 milyar rupiah pertahun.

Jika sudah begitu kaya, dan tanpa berusaha pun uang akan terus mengalir, mengapa LF mau menjadi pemulung? LF menjelaskan beberapa alasannya memilih pekerjaan ini:


1. Agar Tetap Aktif di Masa Tua

Tidak diketahui sejak kapan LF menjadi pemulung. Namun dari pengakuannya melakoni pekerjaan ini untuk mengisi masa tua, kemungkinan menjadi pemulung dalam 10 tahun terakhir ini.

Menurut LF, dengan bekerja sebagai pemulung, ia tetap bisa aktif bekerja dan berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuhnya.


2. Agar Bisa Berkomunikasi dengan Warga Sekitar

Dengan memilih kerjaan sebagai pemulung, menurut LF membuatnya bisa berkomunikasi dengan warga sekitar, terutama dengan warga tempatnya mengambil sampah, atau warga lainnya yang ditemuinya di lapangan. Ini yang membuat LF merasa senang, karena dapat menghapus sifat dan rasa individualis.


3. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Dengan mengambil sampah di jalanan atau di sekitar pemukiman warga, lingkungan jadi bersih dan indah. Inilah yang mendorong LF memungut sampah di sekitar pemukiman warga dan tempat lainnya.


4. Sebagai Hobi

Ini alasan LF yang terdengar rada aneh. Masa sih memulung adalah sebuah hobi? Tapi orang lain mau bilang apa, jika yang bersangkutan sendiri mengaku bahwa itu adalah hobinya, dan ia merasa asyik dan enjoy aja melakoninya, meski sebagian orang mungkin memandang rendah pekerjaannya.

So, ngapain gengsi dan malu mengerjakan sesuatu yang bisa dikerjakan, jika itu dirasa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain?(*)
***
Ref 1, Ref 2.