novaarlisantyAvatar border
TS
novaarlisanty
[Creepy Pasta] Hutang


"Saya terima nikah dan kimpoinya Maysaroh binti Nasrun dengan seperangkat alat salat dibayar tunai."

"Gimana? Sah?"

"Sah!"

Doa mengalun indah dilisankan untuk kebahagiaan kedua mempelai. Tidak ada buliran hangat yang mengalir di pipi tirus Maysaroh. Tubuhnya menegang, namun berusaha tetap tersenyum.

-*-*-*-*-*-*-*-

Anak buah Bagja, menggedor pintu dengan kasar. Perbuatan mereka membangunkan lelaki bermata besar itu dari mimpinya.

"May, bukakan pintu!" teriak Ayah dari sudut rumah berdinding bambu itu.

"I-iya, Yah."

Maysaroh bergegas membuka pintu. Ada beberapa orang bertubuh tegap tengah berkumpul di depan rumahnya.

"Mana Ayahmu!" gertak salah satu dari mereka.

"A-ada di dalam, Pak."

"Hah, minggir kau!" Seorang pria penuh tato mendorong Maysaroh.

Maysaroh bangkit lalu mengurung diri dalam kamar. Dia tak mampu berbuat banyak dengan keadaan sekarang.

Setelah kepergian ibu, sikap ayah semakin beringas. Tiada hari tanpa alkohol. Berjudi dan pulang larut malam sudah menjadi kebiasaannya.

Hari ini, mereka datang menagih hutang dan mengancam akan menghabisi ayah jika tidak dibayar.

Setelah puas memukul ayah, mereka berhamburan keluar. Maysaroh, menghapus bening dari wajahnya lalu keluar melihat kondisi ayah. Mata bulat milik ayah melotot tajam ke arah Maysaroh.

"Semua ini karena kamu, May!" murka Ayah.

"Coba kalau kamu mau jadi istri si Bagja, gak mungkin aku dihajar sama preman-preman tadi." lanjut Ayah sengit.

Maysaroh mengulum luka di hatinya. Jika ibu masih ada, tak mungkin ayah tega memaksanya menikah dengan Bagja, rintenir busuk itu.

"May, kau harus menerima pinangan Bagja! Jika tidak, akan kujual kau ke kota untuk membayar hutang-hutangku!" hardik Ayah dengan mata melotot tajam.

-*-*-*-*-*-*-*-

Baru tadi pagi ayah sambung Maysaroh masih bertandang kerumahnya. Kebiasaannya meminta uang dan mengancam wanita berambut ikal itu, membuat dahi Maysaroh berkerut. Wanita semampai itu selalu bergidik ngeri setiap melihat mata besar milik ayah.

Siang ini mentari masih malu untuk keluar dari peraduannya. Sisa-sisa curahan air masih menggenang di halaman rumah.

Semangkuk sop hangat telah tersaji di meja makan. Maysaroh bersiap untuk menyantap bersama Bagja, suaminya. Sebuah seringai kemenangan menghias di paras Maysaroh, saat melihat kedua bola mata milik ayah masih melotot di dalam mangkuk sop.
Diubah oleh novaarlisanty 09-02-2020 11:50
lina.whAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
3.1K
74
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan