dewiqoriAvatar border
TS
dewiqori
Bayi Baru Lahir Mampu Bertahan Hidup Tanpa Asupan Apapun Selama Tiga Hari?
Kelahiran Premature

Assalamu'alaykum Warohmatulloohi Wabarokatuh. Ketemu lagi dengan ane, DeQor. Maaf untuk thread ketiga ini agak lama launchingnya. Ane akan tetap lanjutin kisah lahiran anak-anak ane sesuai janji. Cekidot, Guys!

Oke, kemarin udah ane bahas tentang Rectovaginal Fistula yang bikin ane selanjutnya kudu melahirkan dengan cara operasi caesar. Setelah cukup tersiksa akibat si fistula, dokter kandungan menjadwalkan kelahiran anak kedua ane melalui SC, dan ane ga boleh sampe lahiran normal. Dikhawatirkan jalan lahir yang baru sekali menjalani operasi repair akan rusak lebih parah. Maka diambillah waktu lebih awal dari HPL normal. Sayangnya, si dokter salah perhitungan. Mungkin karena lelah, atau saking banyaknya pasien, dokter malah menjadwalkan ane SC pada minggu ke-35 (perhitungan menurut para bidan, perawat, dan dokter anestesi).

Sayangnya ane udah ga bisa diskusi, karena dokter anestesi, bidan dan perawat mengatakan itu saat ane udah di ruang persiapan bersalin. "Bu, kalo dari perhitungan saya, ini baru 35 minggu. Tapi kalo dokter kandungan menyarankan sekarang, mungkin ada perhitungan dan pertimbangan lain." Ane cuma mengiyakan dan mengatakan bahwa memang ane kudu lahiran lebih awal.

Saat itu malam takbiran, GanSis. Ane masuk ruang operasi dinginnya bukan main. Sedingin hati ane yang sedih kudu takbiran di rumah sakit. Eh, ditambah lagi, tim dokter masuk ruangan sambil bertakbir, mau operasi ane juga sambil takbiran. Ane berasa kayak hewan kurban yang mau disembelih, GanSis!
emoticon-Cape d... emoticon-Cape d... emoticon-Cape d...




Ini operasi caesar pertama buat ane. Ane antusias menjalaninya. Ga ada sakit yang terasa sama sekali. Anak ane lahir, kemudian dilakukan prosedur IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Eh terus, dokter kandungannya pamit, GanSis. "Ibu, sudah ya, nanti kontrolnya bukan sama saya. Saya cuti agak lama. Minal Aidin, ya, Bu!" Sang dokter pergi setelah mengucapkan selamat. Kebetulan ane pasien terakhir yang ditanganinya malam itu.
emoticon-Bingung

Ane liat bayi ane, rambutnya, kulitnya, ane sentuh dan susuri perlahan pake telunjuk. Item, ane pikir emang item. Ga lama bayi langsung diangkat. Ane pikir emang cuma sebentar gitu. Ane disuruh istirahat. Obat bius disuntikan melalui selang infus agar ane bisa terlelap beristirahat.

Saat ane dipindah ke ruang perawatan, kondisi ane udah sadar. Selalu ane tanyain bayi ane di mana, kapan boleh lihat? Perawat kompak bilang kalo ane butuh istirahat, besok baru bisa liat bayinya. Sampe ruang perawatan, ane langsung dipasangin selang oksigen. Perawat bilang, napas ane kurang teratur. Okelah ane terima. Kembali ane tanyain si bayi, dan dijawab, "besok kalo Ibu dah bisa jalan, kita ke atas ya, Bu. Sekarang Ibu istirahat aja dulu." Ane cuma ngangguk pelan.

Suami dengan cepat tertidur. Ane bikin broadcast dong menyampaikan berita gembira kelahiran anak ane. Eh, kakak pertama ane bales, "oh, bayinya udah keluar dari NICU, syukur deh, alhamdulillah. Semoga sehat terus ibu dan bayinya." Kaget bukan main, segera ane bangunin suami dan menanyakan keadaan bayi ane yang sebenarnya.

Begini penjelasan suami ane, "iya, tadi dede ga bisa napas, paru-parunya belum berkembang sempurna, dicoba pakai selang biasa, ga bisa. Dicoba pake helm, ga bisa juga, masih sulit napas. Terpaksa pake ventilator untuk napas dan harus masuk NICU untuk penanganan lebih serius." Kontan ane nangis, GanSis. Ane ga terima, bayi ane begitu kondisinya. Ane panggil suster, ane nangis terus dan minta dianter ke NICU lihat bayi ane. Bayangin aja, ane baru lihat sebentar banget, gimana kalo ane ga bisa lihat lagi?

Suster berusaha menenangkan ane. Mereka berjanji kalo ane udah bisa jalan, akan diantar ke atas (NICU). Ane juga dilarang nangis, karena akan mempengaruhi produksi ASI. Masih dengan cateter yang terpasang, malam itu ane ga bisa tidur. Ane fokus belajar miring, dan duduk. Paginya ane lanjutin belajar duduk, kemudian berbohong bilang mau buang air besar, dan menolak menggunakan pispot. Satu tujuan ane, biar cateter bisa dilepas. Berhasil, cateter dilepas, ane latihan jalan.

Siangnya ane panggil suster lagi dan laporan udah bisa jalan. Semua demi bisa lihat bayi ane. Suster cukup kaget, tapi memaklumi, The Power Of Mother. Ane diantar ke NICU dengan menggunakan kursi roda. Tangis ane pun pecah saat melihat si baby malang itu. Dadanya berlekuk cekungan seperti ditusuk dengan jari. Matanya terpejam seperti orang dewasa dalam kondisi koma, seperti ini penampakan bayi ane waktu itu, GanSis:




Ane nangis, yaiyalah ...! Namun, kembali perawat mengingatkan untuk menjaga kestabilan emosi, dan tidak menangis, karena dikhawatirkan ASI tidak keluar, sementara bayi ane butuh banget ASI untuk bertahan hidup. Saat ane berusaha memberikan telunjuk untuk dipegang si bayi, dia respon dengan menggenggam jari ane meskipun sangat lemah. Air mata ane kembali luruh beserta tubuh ane yang merosot ke lantai. Akhirnya ane menguatkan diri dan berusaha mengembalikan kestabilan emosi agar produksi ASI tidak terganggu.
emoticon-Sorryemoticon-Turut Berduka

ASI ane sempat terhenti produksinya. Namun, ane ditenangkan, ada fakta yang perawat NICU sampaikan bahwa,
Quote:


Jadi kebayang larva ikan, GanSis. Larva ikan yang masih memiliki kantung kuning telur 'yolk', akan bertahan hidup meski tidak diberi pakan. Demikian juga bayi manusia, yang masih memiliki cadangan makanan pada tali pusatnya yang tersisa.




Lambung bayi masih terlalu kecil untuk menerima asupan berlebih selain ASI. Untuk itu, bayi tidak diberi makan hingga berusia enam bulan. Sebelum enam bulan, organ pencernaan bayi belum kuat dan belum siap menerima asupan selain ASI.

Setelah kembali dari ruang NICU, ane lebih tenang. Ane pasrahin semua pada Allah. Eh, malah suami ane yang tiap abis jenguk si bayi, masuk ke kamar ane, dia nangis. Ane bilang, "kamu kenapa? Aku yang udah ngandung dan ngelahirin, InsyaaAllah udah ikhlas. Dede milik Allah, terserah Dia mau gimana menentukannya. Tinggal kita yang berdoa memohon agar diberi kepercayaan untuk merawat si dede hingga dewasa kelak." Suami ane cuma ngangguk dan bilang kasihan lihatnya, ga tega. emoticon-Mewekemoticon-Sorry

Setelah tiga hari di rumah sakit, ane pulang tanpa membawa serta si bayi. ASI ane perah, setiap saat harus standby karena sewaktu-waktu ditelphone dari NICU yang meminta dibawakan ASI yang sudah diperah. Ga peduli tengah malam ataupun dini hari, tiap ada telphone dari NICU, suami ane akan segera meluncur membawakan ASIP. Ya, memang rumah sakit tersebut sangat pro ASI, dan kami sangat senang dengan hal itu. emoticon-Angel

Bayi ane selama 10 hari dirawat di NICU dengan 4 hari mengalami kondisi kritis. Banyak bayi dengan masalah serupa tidak dapat terselamatkan. Abang ane menyarankan untuk bernadzar sedekah. Ane pun melaksanakannya. Alhamdulillah berhasil, GanSis! Bayi ane dinyatakan sembuh dan diperbolehkan dibawa pulang. emoticon-Angel

Setelah keluar dari rumah sakit, ane dan suami keliling rumah sakit di Jakarta untuk memeriksakan kondisi bayi lebih lanjut. Dokter anak mengatakan bayi ane terpapar banyak oksigen langsung. Dampaknya dapat negatif. Bila diketahui lebih awal maka penanganannya dapat lebih awal juga. Kami lakukan USG kepala, pemeriksaan mata, dan THT.

Hasil pemeriksaan dinyatakan baik-baik saja, normal. Hanya saja dokter sempat berpesan bahwa anak kami kelak bisa menderita autisme, baik itu down syndrome ataupun hyperactive. Alhamdulillah, sekarang dia sudah berusia 9 tahun 4 bulan, dan telah duduk di kelas 3 SD. Hingga sejauh ini, tak ada masalah berarti padanya. Hanya sekarang diketahui jika ia menderita asma akut.




emoticon-Kissemoticon-Kissemoticon-Kiss

Sumber narasi: Opini Pribadi
Sumber gambar: Pinterest, DokPri
Diubah oleh dewiqori 21-01-2020 16:43
dillafarAvatar border
tata604Avatar border
makolaAvatar border
makola dan 54 lainnya memberi reputasi
53
8K
168
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan