muthialaqilahAvatar border
TS
muthialaqilah
#DiaryAqilah : Memasuki Paradigma Kecil



Kekuatan Persepsi.
Sebelum memulai argumentasi, tampaknya suara rintik pasukan hujan dan gemuruh-gemuruh petir di langit sana semakin mendukungku untuk lebih menghayati paragraf selanjutnya yang akan kutulis di sini.
"Persepsi kita belum tentu benar, dan argumentasi orang lain belum tentu salah." Itulah pentingnya memandang segala macam kreasi hidup melewati sudut pandang yang berbeda. Bertahan dalam pendapat sendiri, memaksakan kehendak dan bersikap idealis yang sampai 'menggoda iman' orang lain adalah bukti nyata dari keegoisan jati diri dan tidak beradabnya cara penyampaian pendapat kita--memulai debat, misalnya. Terkadang kita tidak menyadarinya. Contohnya saja, pada kasus-kasus religi seperti mengkafirkan orang lain, merasa sok paling benar lalu menganggap dirinya sebagai ahli surga. Berita-berita sensitif tersebut bukanlah salah para pemeran media massa, melainkan orang-orang yang berpikir dan orang-orang yang terpengaruh itu sendiri. Memahami diri sendiri dan menghargai orang lain itu sangatlah mudah : berpikir secara jauh, cermat, kritis, dan masuk akal, kemudian kemukakan pendapat, dengarkan pendapat lawan bicara kita, ambil sudut pandangnya, dan mulailah strategi (jika kita berpikir pendapat kita lebih baik dan tepat) bagaimana caranya ungkapan kita diterima namun tidak sampai terlihat memaksakan kehendak (dan tidak menyinggung teman diskusi, tentu saja). Sering berprasangka itu tidak baik. Menyimpulkan hal apa pun, padahal itu belum tentu seperti apa yang kita pikirkan, sungguh tidak rasional. Dan..... Saya akan membuat beberapa kalimat keterangan tentang REPUTASI ditulisan selanjutnya❤ #thankyouNEXT


Reputasi Lagi.

#REPUTATION
Menjaga reputasi (nama baik) bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang. Mereka yang telah lama dikenal dengan sebutan dan julukan yang positif memilki kekhawatiran tersendiri. Mereka berpikir bagaimana caranya mempertahankan apa yang sudah orang-orang nilai terhadap dirinya, dan bertindak sesuai dengan apa yang orang katakan. Dan hal ini dapat menjadi dasar untuk berbuat baik yang pastinya harus memiliki relevansi dengan kaidah-kaidah etika yang berlaku. ~

Tetapi, menjaga nama baik tidak perlu, tolong digaris bawahi : Mempermalukan Orang Lain.
Contohnya, ketika perilaku kita dianggap salah dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada. Padahal, kita sudah di-cap 'ini dan itu' oleh orang lain. Apakah kita akan menyalahkan dan mempermalukan kawan kita demi menjaga, juga mempertahankan pandangan/penilaian orang-orang terhadap kita?
Kita tidak bisa pilih kasih terhadap diri sendiri. Maksudnya, jika salah ya salah. Terima tata tertib yang sudah dibuat jauh-jauh hari. Apabila kita melanggar, hukuman (di sekolah atau di tempat kerja) adalah hak kita selanjutnya.
Question of the day-nya, lelahkah kita menjaga nama baik hanya karena ingin dinilai 'WOW' oleh orang lain? Bukankah kita dituntut untuk bersikap apa adanya? With no-drama on it and you don't have to face reveal if there's bad case got you at the end.
Tapi di samping hal itu, Tuhan Maha Tahu niat kita sebenarnya adalah APA dan untuk SIAPA.


Resolusi Tahun Baru.

"Urusi saja hidupmu! Jangan mengatur kami!" Begitulah kira-kira perkataan seseorang yang hatinya belum terketuk untuk menerima nasehat. Si pengajak kebaikan pun menjawab dengan lantang dan berani, "Tak ada salahnya, 'kan, mengingatkan sesama?". Tolak ukur pertama untuk menjadi seorang yang 'sesungguhnya' adalah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Istilahnya, akil balig. Perlu ditekankan di sini bahwa orang-orang yang mengajak kepada kebaikan bukanlah orang yang 100% suci dari kesalahan. Serta merta hanya ingin bisa mempertanggung jawabkan keadaan tersebut kepada Tuhannya. Kau tahu.
~
Namun, aku hanya ingin memberi saran kepada kawan-kawan yang tak ingin kerabatnya terjerumus ke dalam hal yang tidak-tidak :
Ingatkanlah mereka, bukan rubahlah mereka. Kita hanya bisa memutar situasinya, bukan kondisinya (maksudku, sifat orang itu berbeda-beda. Kita tak bisa menuntut mereka persis seperti yang kita mau. Mengajak kebaikan bukan dengan paksaan). Jika mengingatkan mereka sudah dengan cara apa pun yang kita bisa, lalu apa lagi yang harus dilakukan? Doakan agar mereka mendapatkan hati yang lapang dari Tuhan. Percuma saja mengingatkan orang yang hatinya telah keras dan jiwanya telah menolak kebaikan secara mentah-mentah. Yang hanya dapat membolak-balikkan hati hanyalah Tuhan. Berbagai kejadian, termasuk yang spiritualis sekalipun semua itu atas kehendak-Nya. ~
Tetapi tetapi tetapi, menjadi baik jangan selalu menunggu kehendak Tuhan. Jangan hanya hidup di atas peran drama dengan naskah yang telah dibuat oleh-Nya, tanpa membuat sedikit pun improvisasi yang menguntungkan. Tuhan menciptakan kita untuk menentukan kisah kehidupan kita sendiri. Semacam dihadapi dengan dua jalur, yang beberapa meter kemudian memiliki dua lajur yang beranak, kemudian menghasilkan tiga jalur berakar, lalu empat jalur berliku dan seterusnya. •

Masih ada kurang lebih sekitar dua minggu lagi untuk kita mengintrospeksi diri. Memikirkan bagaimana caranya berubah menjadi lebih baik lagi di tahun berikutnya. Mari bosan dengan zona nyaman. ~
~
#2019gantikebiasaan



Sebuah Usaha.

Aku akan terus mengingat makna dan pengalamannya. "I wish you a very good lives." -J.K. Rowling.
Suatu hari nanti pastinya, bukan untuk tulisan yang telah kuselesaikan ini, ingin sekali mengungkapkan pendapat tentang "Kebahagiaan"--tapi itu terlalu dan sangat rumit untuk dibahas. Perlu beberapa postingan, mungkin. *Mark Manson telah merasuki pikiranku seketika.

Adapun sesuatu yang merubah dunia bukanlah dari kekuatan sihir yang kita miliki atau kepercayaan diri kita yang terlalu tinggi untuk bisa menjadi apa saja. Pikiran kitalah yang mewakili bersama jiwa sebagai pembuktiannya. Sejauh ini, orang-orang menghakimi, membenci dan mengumpat kepada diri mereka sendiri karena mereka merasa tidak bisa mengontrol akal sehatnya (tetap katupkan gigi dan katakan : tidak bisa menggunakan waktunya sebaik mungkin). Sebut saja, orang yang pernah gagal. Bukan hidup namanya jika kita tidak pernah merasakan kegagalan walaupun hanya sekali seumur hidup. Sebelum semua itu--penyesalan yang paling disesali terjadi--ada 24 jam dalam sehari yang Tuhan berikan. Itu cukup dibandingkan 30 jam sehari. Wabah bosan akan melanda jika begitu. Dalam 24 jam, 40% diisi dengan kebutuhan jasmani dan rohani : beribadah, makan, buang air dan tidur. Semua adalah yang utama. 60%nya adalah kesempatan. Itu adalah kembaran si utama. Entah mencari ilmu atau mencari nafkah. Kebanyakan kita masih bersikap menyalahkan waktu karena tak memberikan cukup waktu bebas dari tugas sekolah dan kantor, atau waktu luang untuk bermain, atau waktu untuk menghirup udara lingkungan hijau, meskipun itu hanya 99 hembusan rileks. Inspirasi dan tindakan bukanlah tamu yang akan mengetuk pintu rumah kita di hari libur, namun mereka adalah dua hal yang saling berkaitan yang menunggu dijemput oleh kita di jalan butut sana (memang, mencapai inspirasi dan tindakan banyak rintangan dan halangannya). Pernah aku membaca kutipan yang membuat mataku melebar selama kurang dari 1 detik : Kita tidak bisa merubah hari kemarin dan hari esok. Yang kita dapat rubah hanyalah hari ini. Time is money menjadi penuturannya.
Diubah oleh muthialaqilah 13-05-2020 09:24
ayaswordsAvatar border
ayaswords memberi reputasi
1
420
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan