Tak dirasa fenomena kebakaran hutan dan kebakaran lahan semakin sering terjadi. Meningkatnya frekuensi terjadinya kebakaran hutan sering dikaitkan dengan dampak pemanasan global yang membuat curah hujan makin sedikit, daerah yang kering makin banyak dan menimbulkan angin kuat yang bisa membangkitkan dan memperparah kebakaran.

Kebakaran hutan dalam beberapa dekade ini juga terbukti menghasilkan kerugian yang tak terkira lagi, apalagi bila titik kebakaran hutan berdekatan dengan pemukiman warga, perkantoran, hingga kantor pemerintahan seperti yang kerapkali terjadi di California, Amerika Serikat.

Perbedaan kebakaran hutan disana sangat berbeda dibanding Indonesia. Dimana disaat Indonesia melakukan pembakaran hutan untuk dijadikan perkebunan, di California justru kebakaran hutan terjadi tiba-tiba karena kondisi pergeseran iklim yang lebih ekstrim di banding Indonesia.

Maka dari Itu studi kompleks dan panjang pun dilakukan hingga akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kebakaran hutan semata-mata terjadi karena berkurangnya suatu populasi hewan yang secara tak langsung berkorelasi dengan kebakaran hutan. Hewan apakah itu?? Yuk check thread berikut!


500 kambing resmi dilepaskan untuk mencegah kebakaran hutan. Kambing-kambing tersebut diletakan dititik-titik kota California yang rawan terjadi kebakaran hutan. Setelah trends kebakaran yang selalu terjadi setiap tahunnya, segenap pihak-pihak yang terlibat melakukan studi lebih lanjut untuk menyimpulkan bahwa Kebakaran hutan ini diperparah karena kurangnya keseimbangan ekosistem.

Keseimbangan ekosistem yang dimaksud disini adalah adanya suatu organisme yang berperan vital dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan yakni organisme grazing (memakan rumput) yang spesifik. Namun populasinya kurang sehingga jumlah rumput tinggi semakin tak terkendali hingga menyasar ke pemukiman warga dan pusat kota. Tanpa disadari, justru dari rerumputan tersebut lah yang menyebabkan kebakaran meluas.

Pada dasarnya rerumputan hijau memang dibutuhkan dilingkungan dan juga boleh ada tetapi jumlahnya harus seimbang. Karena jika rerumputan hijau terus menerus tumbuh subur tanpa adanya pemangsa, maka saat kemarau terjadi rerumputan-rerumputan yang sangat banyak tersebut akan mengering kemudian menjadi pemicu kebakaran dahsyat yang sering menyasar ke hutan hingga pemukiman.

Ternyata dengan penambahan populasi kambing di California terbukti bisa mencegah kebakaran. Caranya yaitu meletakkan populasi kambing yang banyak di titik rawan kebakaran. Kambing tersebut nantinya akan memotong jalur-jalur penyebaran api berupa rerumputan yang panjang dengan memakannya sehingga jikalau kebakaran terjadi, dampaknya bisa diminimalisir. Hal ini tak lain karena rerumputan yang tinggi semakin berkurang setelah dikonsumsi kambing membuat celah-celah penyebaran api bila mana terjadi kebakaran makin minimal. Setidaknya bisa dibuktikan dengan ketiadaan fenomena kebakaran lagi dalam beberapa tahun terakhir.

Karena keberhasilan ini Reagan Foundation selaku pihak yang menyediakan kambing untuk pencegahan kebakaran, kini menambahkan populasi kambingnya sebanyak 305 buah lagi. Artinya ada 805 kambing yang bekerja menghabiskan jalur-jalur peredaran api dititik rawan kebakaran sebesar 5 hektar dengan memakan rumput-rumput tersebut. Selain digunakan sebagai pencegah kebakaran. Kambing-kambing tersebut diketahui bisa memakan tanaman-tanaman berbahaya dan menghabiskan populasi hewan invasif yang merugikan seperti hama tanaman.

Wah keren sekali ya teknik pencegahan kebakaran hutan yang dilakukan California. Walaupun armada pemadam kebakaran disana sebenarnya sudah cukup mumpuni, tetapi sebaik-baiknya pencegahan ya dilakukan dengan cara yang alami agar bisa tetap berkelanjutan. Setelah dipikir-pikir keputusan yang diambil California ini cukup tepat dimana operasional pencegahan dengan cara ini lebih murah hanya membutuhkan biaya operasional sebesar US$1000 per acre. Baru sadar sih ane kalau kambing ternyata berperan vital dalam mencegah kebakaran.