
Kita hidup di era dimana film non-blockbuster/indie bagi sebagian org dianggap membosankan.
(Padahal film indie sudah jauhhh berkembang & lebih "ringan" ketika influence QT melalui Reservoirs Dogsnya mengalir).
FYI, QT itu yg mendobrak batasan antara kaum indie/snob dengan kaum mainstream/awam.
Film indie yg biasanya identik dengan seni tingkat tinggi & gak enjoyable berhasil didobrak QT melalui Reservoirs Dogs.
Tapi bagi sebagian org masih banyak yg males nonton film indie atau bahkan non-blockbuster krn sudah dijejali popcorn movie selama bertahun-tahun lamanya.
Gak heran, kini persaingan industri film memang sangatlah ketat.
Jika seorang filmmaker membawa proposal & studio mengestimasi film itu tidak meraup setidaknya 100 juta dollar, then it's a no.
Jangan pula heran jika filmmaker sekelas engkong Martin Scorcese merilis film terbarunya di Netflix. Emang zaman sekarang siapa yg mau nonton film isinya hanya obrolan tanpa jedag jedug phew-phew duar bombastis?
Agar termodali, filmmaker juga musti memutar otak lebih & bahkan sampai mengubah ideologi mereka. Mau gak mau, mereka harus berdamai dengan zaman krn fungsi seni kalau tidak diapresiasi (?)
Meski begitu, pecinta film yg udah jenuh dengan tontonan monoton yg hanya bermodalkan CGI fest gak perlu kuatir.
Sebab, ada satu perusahaan yg berani melawan arus & berdiri tegak melindungi para filmmaker yg ingin "kebebasan" sembari bersaing dengan studio raksasa.
Perusahaan itu gak lain gak bukan bernama A24. Penggemar film zaman baheula mungkin lebih dahulu akrab dengan Miramax, perusahaan yg mewadahi & ikut membesarkan filmmaker indie seperti Quentin Tarantino, Soderbergh, Minghella, Kevin Smith, dll.
Setelah Miramax "menghilang" krn petingginya terjerat kasus, tongkat estafet pelindung film indie kini ada di tangan A24.
On its first year (2013), A24 started everything with a bang. Penggemar film & kritikus dikejutkan dengan rilisnya Spring Breakers, The Bling Ring & The Spectacular Now (poster sederhana tp memikat, temanya generik tp kemasannya bagus jd filmnya kerasa tulus bgt)
A24 pun gak butuh menunggu lama utk menunjukkan taringnya di peta persaingan studio film.
Di tahun 2015, film-film A24 seperti Room, Ex Machina (film yg bikin susah move-on, masih kerasa aura magicalnya), The End of Tour Ex & Amy berseliweran di ajang penghargaan & headline media ternama.
Setahun kemudian bahkan A24 berhasil menggondol Best Picture Oscar melalui Moonlight. Di tahun 2017 pun A24 memberikan kita seperti nafas segar dari surga lewat rilisan mereka, antara lain : Good Time (powerful performance from Robert Pattinson), A Ghost Story, It Comes At Night, The Florida Project, The Disaster Artist (film biopik living legend Tommy Wiseau

Di tahun 2018 lagi-lagi A24 mempunyai Hereditary sebagai kuda hitam yg dianggap salah satu modern horror masterpiece & membesarkan nama Ari Aster yg kemudian dipuja-puja di kalangan horror stan.
Gw senang sekali mulai banyak yg sadar akan studio A24 ini & memberikan apresiasi luar biasa. Beberapa tahun belakangan ini udah mulai progresif apresiasi masyarakat terhadap studio ini, terutama di mancanegara. Gak jarang gw sering nemuin headline, stuff atau topik & diskusi mengenai A24
All in all, A24 bukanlah sekedar payung bagi mereka yg menggemari film non-blockbuster/indie, tp juga rumah bagi mereka yg mengambil risiko. Beberapa dari agan-agan & sista mungkin akrab dengan tulisan A24 yg muncul diawal film. Bagi yg belum, i promise you, everything about A24 is fresh & "radical".
FACTS
Quote: