Ketika Joleah Lamb ditemui, ia pasti selalu menggendong tabung scuba kemudian melakukan back roll untuk menyelam. Rupanya kegiatan tersebut menjadi makanan sehari-harinya sampai 13 tahun terakhir ini. Alasan Joleah melakukan rutinitas ini dalam waktu yang sangat lama merupakan wujud dedikasinya terhadap terumbu karang.



Padahal masih banyak rutinitas yang bisa ia lakukan didalam bidang riset selain menyelam kemudian mengumpulkan data untuk riset. Namun ia lebih memilih menjadi penjaga terumbu karang agar ia dapat mengetahui secara pasti apa yang sedang dihadapi terumbu karang, mulai dari proses bleachingnya dari tahun-ketahun, pergeseran alga zooxanthellanya dari tahun-ketahun, dan degradasi polip terumbu karang dapat ia rasakan didepan mata membuat hatinya terguncang, kenapa ini masih terus berlanjut dan tidak bisa dihindari.



Pengalaman selama 13 tahun menatap kondisi terumbu karang didepan mata membuat Joleah dapat mengungkapkan segala macam penyebab rusaknya terumbu karang dan yang paling penting apa yang harus kita lakukan. Joleah Lamb yang merupakan peneliti dari University Of California bergabung dengan 80 peneliti dunia lainnya untuk menghasilkan data terkait kondisi terumbu karang dari total 2500 terumbu karang di dunia, dalam jurnal Nature Ecology and Evolution.



Joleah sendiri menjadi penghasil data kondisi terumbu karang terbanyak dalam riset berjudul Nature Ecology and Evolution ini, setidaknya sudah ada dataset lebih dari satu juta individu terumbu karang terkait bagaimanakah kondisinya dari tahun ke tahun. Hal itu tidak mudah karena ia harus menghabiskan waktu 6 jam setiap hari didalam laut sambil membawa meteran khusus untuk mengukur terumbu karang, kertas anti air, pensil anti air, dan kamera yang digunakan untuk identifikasi ukuran dan kesehatan terumbu karang.



Akhirnya setelah penelitian hingga 13 tahun ini Joleah dapat menyimpulkan bahwa coral bleaching (pemutihan terumbu karang) selama bertahun-tahun ini disebabkan suhu air laut semakin hangat akibat pemasan global. Terumbu karang akhirnya mati sebab alga zooxanthellae yang menjadi makanannya pergi karena suhu yang hangat. Kepergian dari alga tersebut membuat terumbu menjadi putih dan akhirnya mati.

Seluruh peneliti yang tergabung dalam jurnal Nature Ecology and Evolution inj menyatakan bahwa kita belum terlalu terlambat untuk menyelamatkan terumbu karang bila 3 langkah berikut dilaksanakan secepatnya di perairan Indo-Pacific :

Mantap betul ya dedikasi wanita ini terhadap terumbu karang. Kalo dipikir-pikir ane pasti gak sanggup tuh menyelam 6 jam/hari selama 13 tahun demi menjaga terumbu karang dan demi ilmu pengetahuan. Salut deh sama beliau semoga makin banyak orang yang cinta terumbu karang supaya terumbu karang tidak rusak demi anak dan cucu kita