mrbutong
TS
mrbutong 
Pendakian Penuh Misteri Ke Pulosari


Quote:




Hari itu sehabis melahap makan siang di kosannya, Azmi seperti biasa membuka laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliah yang di dapat setelah kelas hari itu. Azmi memang tipe orang yang selalu mengerjakan segala sesuatu di awal waktu. Prinsipnya jika memang bisa di kerjakan sekarang, mengapa harus nanti. Di tengah fokusnya mengerjakan tugas, handphone Azmi berdering tanda ada panggilan masuk. Suatu hal yang jarang karena dirinya jomblo dan bukan orang penting juga di tempat-tempat dia berada. Telpon tersebut dari Lutfy, saudara kandung dia dari Kaka Ibunya.



"Mi, Posisi dimana? Kosan bukan? Gue kesana ya, ada kabar asik nih buat lo." Kata Lutfy


"Waalaikumsalam, iya gue di kosan lagi ngerjain tugas. Kesini aja pi, bawa yang bisa di cemilin yak hahaha." Respon Azmi sambil tertawa.

"Eh iya lupa Assalamualaikum haha. Ok sip 10 menit lagi sampe." Sambung Lutfy.


Tidak sampai 10 menit, Lutfy sudah sampai kosan Azmi dengan tahu crispy yang dia bawa. Setelah bersenda gurau Lutfy langsung bilang tujuan dia kesana adalah untuk mengajak Azmi pergi naik Gunung Pulosari akhir pekan ini. Lutfy bersedia menampung seluruh biaya dan lainnya. Jadi Azmi hanya perlu persiapkan dirinya saja. Tidak ketinggalan Lutfy juga bilang akan mengajak Bram, Icang, Azhar dan Reza. Sempat menolak halus ajakan Lutfy, akhirnya Azmi mengiyakan dan melanjutkan penyelesaian tugas kampusnya.




Satu hari menjelang keberangkatan Azmi lupa belum meminta izin ke orang tuanya di Desa, Azmi langsung bergegas menelpon Ibunya. Setelah berbincang beberapa hal, Azmi langsung meminta izin untuk ikut Lutfy naik Gunung Pulosari esok hari. Ibunya sempat terdiam ketika Azmi meminta hal itu, seolah firasat tidak baik langsung terfikirkan. Sang Ibu hanya merespon dengan nada bercanda yang mengatakan. "Kamu badan gede gitu emang kuat naik gunung?"

Dengan berbagai penjelasan selayaknya pria dewasa, Azmi akhirnya mendapat izin dari Ibunda tercintanya. Tentu dengan syarat Azmi bisa menjaga diri sendiri dan teman-teman lainnya. Tidak lupa sang Ibu menitip salam hangat untuk Lutfy dan orang tuanya disini. Ketika telpon sudah di tutup entah angin mana yang masuk kosan Azmi, tapi Azmi mendengar seseorang berkata. "Jangan berangkat."secara terus menerus semakin lama semakin kencang dan Azmi tiba-tiba bangun karena Lutfy datang ke kosannya. Panik bukan main, Azmi mengecek handphonenya dan melihat panggilan keluar dari handphonenya untuk memastikan apa benar dia telah menelpon ibunya tadi. Hasilnya panggilan keluar itu ada 1 jam yang lalu. Lantas selama 1 jam berikutnya Azmi hanya merasakan kejadian janggal itu secara singkat. Lutfy yang sedari tadi kebingungan langsung bertanya. "Kenapa lu? barang-barang yang gue list di WA udah di siapin kan?" Azmi mengangguk pelan dan langsung membantingkan badannya lagi ke kasur.


Hari pendakian telah tiba, titik kumpul keberangkatan telah disetujui berada di kampus karena memang orang-orang yang ikut pendakian kali ini berasal dari Kota yang sama. Azmi dan kawan-kawan lainnya sepakat untuk mengendarai sepeda motor ke lokasi pendakian. Dengan pengetahuan yang minim dan ke sok tahuan Lutfy, setelan pakaian Azmi dan kawan-kawan lainnya seperti halnya ingin pergi ke kampus atau ke mall. Tidak ada satu orangpun yang memakai sepatu khusus pendakian gunung atau memakai celana yang mudah meresap air. Semuanya rata memakai celana jeans dan sepatu sneakers.

setelah semuanya sudah berkumpul, ya meskipun ngaret 1-2 jam dari jam yang di tentukan, toh pada akhirnya semuanya berangkat ke lokasi bersama-sama. Total ada 3 motor yang di bawa, saling susul-menyusul ketika di perjalanan menjadi hal yang sudah biasa disini. 1 jam 30 menit tepat perjalanan dari kampus ke lokasi pendakian Gunung Pulosari, Azmi dan kawan-kawan telah sampai di pos pendaftarannya. Waktu itu jam telah menunjukan pukul 5 sore, senja sudah mengintip dari cakrawala. Azmi dan kawan-kawan memutuskan untuk beristirahat di pos pendaftaran sampai magrib dan baru mulai mendaki setelahnya.


"Udah mi santai aja pokoknya, lagian ini ga sampai 2000mdpl kok." Jelas Bram.


"Iya ri, ini mah ez lah hahaha." Sambung Icang.

"Wehh udah biarin aja si Azmi menikmati sensasi pendakian pertamanya, mana malem-malem gini lagi. Siapa tau ketemu cewek nanti pas nanjak hahaha." Goda Reza sambil menepuk bahu Azmi.

"Jangan sembarang cuk ngomongnya, mana ada cewek yang nanjak malem-malem gini." Potong Azhar ditengah tawa.

"Selow aja zar, kalau ada apa-apa mah bilang aja ke gue." Jelas Lutfy dengan nada sombong.


Perbincangan demi perbincangan tak terasa adzan magrib telah berkumandang, Azmi dan kawan-kawan sholat magrib berjamaah dengan Azhar sebagai imamnya. Memang, diantara 6 orang ini, Azhar keimanannya lebih menonjol kuat dibanding yang lainnya. Setelah sholat magrib, Azhar kembali memimpin doa sebelum semuanya berangkat nanjak.




Perjalanan dimulai dengan jalan yang di pavimblok secara menanjak, lanjut di sambung oleh bambu-bambu yang disusun menyerupai anak tangga. Jalan yang di lalui terus menerus menanjak, tidak ada jalanan yang datar. Hal tersebut membuat stamina Azmi terkuras sangat cepat sehingga membuat team pendakian harus sering berhenti untuk menunggu Azmi. Untunganya dari pos pendaftaran sampai pos Curug Putri nantinya akan ada banyak sekali warung-warung warga.

Tidak terhitung berapa kali jumlah Azmi menyatakan ingin menyerah dan ingin kembali turun kebawah. Tidak terhitung pula semangat yang diberikan teman-temannya ini untuk tetap membantu Azmi dengan membari dorongan moral dan dorongan fisik. Di tengah-tengah pendakian hujan lebat tiba-tiba turun. Karena Azmi dan kawan-kawan tidak membawa jas hujan dan raincover untuk tas yang mereka bawa, akhirnya mereka semua meneduh di salah satu warung warga yang tutup. Sambil menunggu redanya hujan, di tengah lamunan sambil diiringi nafas engos-engosan dari mulut Azmi, Azmi mendengar ada suara mesin pemotong pohon keras sekali di kupingnya, seolah sumber bunyi tersebut ada di sekitarnya.


"Kalian denger ga?" Tanya Azmi.


"Denger apa mi?" Jawab semuanya hampir secara bersamaan.

"Itu tuh kaya bunyi mesin gergaji pemotong gitu. Nyaring banget anjir berisik ya. Padahal malem-malem hujan lagi, masih ada aja ya yang motong pohon pas kaya gini." Sambung Azmi dengan antusias.

"Eh mabok apa kenapa lu, mana ada orang yang kerja jam 8 malem, di atas gunung, hujan-hujannya gini. Bunyi mesin apalagi dah ga kedengeran cuk." Respon Icang dengan sedikit ngegas.

"Salah denger kali elu mi." Sambung Azhar.


Hujan telah reda, pendakian kembali di lanjutkan. Tidak butuh waktu lama setelah berteduh tersebut, rombongan telah sampai di Curug Putri. Ada yang bilang Curug Putri artinya sudah setengah jalan dari pendakian Gunung Pulosari ini. Tapi jangan lupakan peribahasa yang terkenal yang berbunyi. "Perjalanan terberat adalah perjalanan ketika sebentar lagi mencapai garis akhir"

Di Curug Putri rombongan sepakat untuk makan persediaan makanan yang di bawa seperti Mie Instan, Nugget dan Sosis. Sementara yang lain memasak, Azmi memandang langit yang sangat indah bertabur bintang. Ya, pemandangan di atas gunung memang tiada duanya. Ketika sedang menikmati suasana, Azmi melihat Reza terdiam sambil melihat ke satu arah kemudian dia berpaling dan tertawa-tawa kembali sambil memasak. Azmi yang penasaran langsung menghampiri Reza dan berbisik. "Tadi elu liat apa za?" Reza hanya menggeleng dan bilang "Makan dulu aja, nanti gue ceritain."

Setelah selesai makan dan yang lainnya lagi asik sendiri, Reza menghampiri Azmi dan bilang kalau sebelumnya dirinya melihat seorang cewek cantik dari arah naik ke tempat itu. Sampai tiba-tiba si cewek tetap jalan menembus batu-batu besar di ujung Curug. Mendengar cerita Reza, Azmi langsung ikut merinding dan merasa takut ketika disuruh Lutfy untuk mengambil sumber air dari Curug. Namun pada akhirnya Azmi tetap mengambil air tersebut dengan ditemani Bram. Ketika sedang berdua dengan Bram, Bram cerita jika saat di warung warga tadi dia juga mendengar hal yang sama dan mengatakan semoga nantinya tetap akan baik-baik saja.

Setelah merasa cukup kenyang makan dan istirahat, pendakian kembali dilanjutkan. Bedanya sekarang jalur pendakian lebih curam, bahkan ada beberapa spot yang mengharusnya pendaki memegang tali yang telah disediakan. Stamina Azmi yang semakin lama semakin habis membuat teman-temannya harus menggunakan tenaga lebih untuk mendorong dari belakang dan menarik dari depan. Dari situ Azmi tau jika semua teman-temannya ini tulus berteman dengannya dan Azmi memutuskan akan terus berbuat baik kepada mereka-mereka ini.

Udara yang semula tidak terlalu dingin tiba-tiba menjadi sangat dingin. Tebalnya jaket tidak bisa melindungi hembusan angin dingin pada malam ini. Dengan diirinya gerimis rintik-rintik yang jatuh diantara pepohonan hutan, pendakian terus berlanjut sampai tiba-tiba Bram berhenti dan gemetar. Bram memang orang yang berjalan paling depan karena sudah pernah mendaki Pulosari sebelumnya. Bram tiba-tiba berhenti karena dia seperti melihat seseorang di atas pohon. Sontak sehabis bercerita demikian semuanya langsung terdiam dan kemudian kembali kaget ketika Icang tiba-tiba ngomong dengan setengah berteriak. "Yaelah palingan juga si Bram salah liat, udah hayuk naik lagi, bentar lagi sampai nih."




Perjalanan panjang itu akhirnya sampai pada titik Camp Ground. Namun ternyata Camp Ground sepi, hanya ada 1 tenda yang berdiri. Lutfy langsung membuka tasnya untuk mengambil tenda yang telah ia sewa. Ternyata kebodohan Lutfy semakin terlihat karena dia menyewa tenda dengan kapasitas 4 orang saja. Sempat terjadi ribut-ribut adu cekcok kecil antara Lutfy dan Azhar, Azmi mencoba menengahi dengan mengusulkan idenya untuk tidur secara bergiliran di tenda. Jadi 3 orang pertama tidur di tenda jam 11 malam saat itu sampai jam 2 dini hari. 3 orang lainnya akan tidur di tenda dari jam 2 dini hari sampai subuh tiba. Semuanya setuju. 3 orang pertama yang tidur di tenda adalah Icang, Reza dan Azhar. Sedangkan Azmi, Lutfy dan Bram tidur di warung warga yang kalau kata warung sebelah sudah 1 minggu tutup.


Udara malam itu semakin lama semakin dingin, tidak ada satu orangpun dari rombongan yang membawa atau menyewa Sleeping Bag atau sejenisnya. Semuanya hanya membawa sarung yang biasa di pakai untuk sholat. Tentunya hal itu masih kurang untuk menutupi dingin. Ditambah lagi tas dan pakaian yang telah terguyur hujan membuat semuanya menjadi basah. Kalau di ingat-ingat dinginnya tersebut membuat ingin cepat-cepat turun kembali.


Untuk mengurangi rasa dingin, Azmi, Lutfy dan Bram menyalakan kompor yang rombongan bawa untuk memasak Mie Instan dan Kopi. Anehnya ketika memasak tersebut tidak ada satu orangpun yang berkata-kata. Semuanya diam seribu bahasa seolah-olah terpaku sesuatu. Icang, Reza dan Azhar yang belum bisa tidurpun akhirnya memutuskan untuk keluar tenda dan berkumpul bersama yang lainnya untuk memasak Kopi. Baru saja mereka semua duduk melingkari bara api dari kompor kecil yang di bawa, Icang, Reza dan Azhar ikut terdiam sampai akhirnya semuanya serentak berteriak dan lari berhamburan ke tenda pendaki yang ada. Namun saat mereka berenam masuk ke tenda itu, ternyata di dalamnya tidak ada siapapun. Jam sudah menunjukan pukul 12 malam lewat sedikit. Mereka berenam lari keluar dari tenda tersebut dan tiba-tiba tendanya menghilang. Tidak banyak basa-basi semuanya berlarian ke tenda dengan kapasitas 4 orang yang dibawa. Semuanya berdesakan masuk yang hampir membuat tenda roboh.


Dari luar tenda Azmi mengintip api pada kompor telah padam. Heran karena hal itu, Azmi sontak menanyakan siapa yang mematikan kompor, kan semuanya lari berbarengan. Tidak ada yang menjawab. Semuanya terdiam sambil mengigil dan satu-persatu tertidur dengan posisi yang tidak nyaman.


Semuanya hampir terbangun di waktu yang bersamaan, jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. Sontak mereka semua keluar dari tenda dan keadaan masih sepi, hanya ada mereka saja. Padahal hari itu adalah akhir pekan dan Pulosari sedang ramai diperbincangkan kala itu. Tapi mengapa hanya ada rombongan mereka saja yang mendaki hari itu. Tanpa berbicara, semuanya merapihkan barang masing-masing dan sewaan, Azmi dan kawan-kawan serentak turun gunung dengan tergesa-gesa tanpa istirahat. Bila saat pendakian memakan waktu 5 jam karena dipotong istirahat yang terus-menerus, saat perjalanan turun gunung hanya memakan waktu 1 jam 30 menit.




Sesampainya di pos pendaftaran, semuanya langsung tepar dan tertidur dengan ransel yang masih dipakai. Herannya sebelum masuk ke pos, Azmi dan kawan-kawan melihat banyak sekali rombongan pendaki yang sedang bersiap-siap untuk mendaki. Padahal itu adalah hari minggu, besoknya sudah aktifitas kembali. Tapi mengapa ya malah banyak yang baru mulai mendaki.

Satu persatu rombongan Azmi terbangun. Satu persatu juga mereka-mereka menceritakan apa yang mereka semua alami saat di atas gunung. Mulai dari Icang, Reza dan Azhar yang keluar dari tenda karena ga bisa tidur karena mendengar suara orang tertawa. Lalu Azmi, Bram dan Lutfy yang terdiam saat memasak Mie Instan karena hal yang serupa. Ketika semuanya duduk membentuk lingkaran, tiba-tiba saja di depan mereka semua tanpak sesosok Kuntilanak sambil tertawa. Tertampak jelas dan semuanya dapat melihat. Pantas saja semuanya langsung melarikan diri. Semuanya juga merasa terheran-heran karena tenda pendaki lainnya tiba-tiba menghilang dan kompor yang mati entah sama siapa. Yang jelas, pendakian kali itu penuh dengan misteri yang sampai saat ini belum terpecahkan.



TAMAT



Quote:




Copyright : MrButong2019


sebelahblogzafinsyurganona212
nona212 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.1K
2
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan