Picture: CNNIndonesia

Saya bergabung dengan sebuah ekstrakulikuler Pencak Silat sejak tahun 2003. Tepatnya saat saya masih duduk di sekolah menengah atas. Alasan mengikuti ekskul ini untuk menyalurkan hobi gelut(berkelahi) saya.

Bisa dibilang sebagai cewek saya dahulunya sangat tomboi. Gak bisa anteng alias sangat aktif dan sering gelut dengan anak lelaki sewaktu sd. Sebagaimana kata kebanyakan orang di kampung bahwa saya ini memang petrak alias tomboi.

Kecintaan akan Pencak Silat membuat saya memilih Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci sebagai wadah hobi gelut saya. Selepas SMA, saya masih susah lepas dari Pencak Silat berseragam merah kuning ini. Meski sempat bekerja di Surabaya, saya tetap menyisihkan waktu untuk berlatih di salah satu cabang Tapak Suci. Tepatnya di SMP Muhammadiyah Genteng dibawah kepelatihan Mas Jamal.

Saat masih SMA, teman satu angkatan sudah banyak yang hengkang dari latihan. Namun, saya terus berlatih dan berkumpul dengan para anggota lain dari berbagai sekolah di Kota Batu. Bahkan alasan utama kuliah di Universitas Negeri Malang adalah karena ada Tapak Suci.

Picture: PIMDA TS 27 Malang

Dalam komunitas ini banyak manfaat yang bisa saya rasakan, antara lain;

A. Berolahraga Secara Rutin

Picture: Nena Nora

Jadwal latihan Tapak Suci di SMA dulu hanya sekali dalam seminggu. Namun sering kali pelatih meminta kami untuk ikut latihan di tempat lain. Sehingga dalam seminggu saya bisa berlatih 2 sampai 3 kali. Bahkan saat kuliah seminggu bisa lima kali berlatih. Itupun secara gratis.

Sobat Kaskus pastinya sudah tahu manfaat berolahraga khan? Selain untuk kesehatan olahraga bisa juga menyegarkan pikiran dan menjadi pelampiasan emosi terbaik. Jadi saat aktif menjadi pesilat saya jarang sekali uring-uringan gak eperti sekarang jadi emak-emak rempong.

B. Ikut Banyak Event Kejuaraan

Picture: fb-Agung Subarkah

Meskipun bukan atlit nasional. Saya bersyukur punya banyak kesempatan mengikuti berbagai kejuaraan baik antar perguruan maupun yang diadakan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Banyak pengalaman berharga yang kudapat saat mengikuti event kejuaraan.

Selain bisa bepergian ke beberapa kota seperti Surabaya, Madiun, Yogyakarta dan Purwakarta. Saya juga berkesempatan mendapat juara. Minimal juara tiga sudah di tangan. Sebab dalam kelas saya biasanya peserta yang ikut ada lima hingga tujuh orang.


C. Punya Keluarga Kedua

Picture: dokumen pribadi

Ini adalah manfaat terpenting yang saya rasakan hingga sekarang. Para pelatih dan anggota Tapak Suci Se-Malang Raya adalah keluarga kedua bagi saya. Disinilah saya banyak belajar tentang kebaikan dan tentang agama Islam yang tak diberikan oleh kedua orangtua saya.

Para pelatih sudah seperti ibu dan ayah bagi kami, para senior pun layaknya kakak. Dan teman-teman seangkatan yang sering berkumpul berlatih bersama sudah seperti saudara. Para junior jadi adik bagi kami.

Merasakan beratnya berlatih bersama membuat ikatan batin kami jadi kuat. Bahkan hingga sekarang hubungan bersama beberapa orang masih terjalin, meski sudah tak seaktif dahulu.

D. Sering Hang Out Bareng



Diluar aktifitas latihan dan kejuaraan, para saudara Tapak Suci PIMDA Malang sering mengadakan acara bepergian bersama. Jadi kegiatan kami tak melulu latihan. Pernah sekali waktu bersama Tapak Suci Brawijaya mengadakan try outke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Otomatis selain try out, kala itu kami menghabiskan waktu untuk memgelilingi kota Yogjakarta. Mulai berburu oleh-oleh di Malioboro, Candi Borobudur dan banyak memgunjungi beberapa destinasi wisata lainnya. Sungguh menyenangkan.

Selain itu kami juga sering pergi untuk sekedar kongkow, cari kuliner atau pergi ke tempat karaoke. Yang paling berkesan bagi saya adalah perjalanan ke Paralayang di Batu.




E. Berkesempatan Jadi Aktifis di Kampus

Semasa kuliah, senior memaksa menjadi ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci Universitas Negeri Malang. Dengan penuh keterpaksaan saya menjadi Ketua yang merangkap jadi sekretaris dan bendahara serta jadi anggota. Wow serakah??

Bukan serakah, kala itu Tapak Suci UM sedang dalam kondisi mati suri dan anggotanya hanya dua orang yaitu saya sendiri dan seorang lagi mahasiswa dari Banyuwangi. Dikarenakan mahasiswa dari Banyuwangi masih siswa baru di Tapak Suci jadi saya ngalahimengurus organisasi sendiri.

Saat menjabat ketua UKM Tapak Suci itulah, saya berkesempatan menjadi ketua pelaksana PORMABA cabor Pencak Silat. Sebuah pengalaman berharga ya tak akan terlupakan. Terlebih setelah itu Tapak Suci UM yang mati suri mulai dilirik lagi oleh mahasiswa baru. Saat saya tak lagi menjabat ketua UKM sudah ada 20 orang lebih yang menjadi anggota baru.



Pasca saya berhenti dari jabatan Ketua Tapak Suci UM saya terpilih jadi Ketua LPBD. Sebuah UKM yang berisi keseluruhan unit beladiri di Universitas Negeri Malang. Antara lain: Karate, Taek Kwondo, Nur Harias, Perisai Diri, PSHT dan Tapak Suci. Disinilah kemampuan organisasi saya semakin terasah.

Kebetulan saat menjabat menjadi ketua LPBD, Universitas Negeri Malang didapuk menjadi panitia penyelenggara event antar mahasiswa POMDA. LPBD berkesempatan menjadi panitia cabor Pencak Silat.

Picture: dokumen pribadi

F. Melestarikan Pencak Silat sebagai warisan budaya dan beladiri asli Indonesia.

Sebagai orang Indonesia, saya bangga berkesempatan aktif dalam Pencak Silat. Mengingat kebanyakan anak muda Indonesia lebih memilih beladiri dari luar negeri. Seperti Taek Kwondo dari Korea atau Karate dan Judo dari Jepang.

Siapa lagi yang akan melestarikan Pencak Silat kalau bukan generasi bangsa ini? Jangan sampai kedepan Pesilat dari Indonesia kalah dari pesilat dari negara lain. Terlebih Pencak Silat sekarang sudah jadi salah satu cabor dalam Sea Games. Membanggakan.

Picture: instagram

Sekian thread saya kali ini. Terima Kasih